Jangan Remehkan Buah Tangan

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:
تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
“Tahaaduu tahabbuu Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)

Sehubungan dengan judul, dalam kamus besar bahasa indonesia, Buah Tangan berarti barang yang dibawa dari bepergian; atau oleh-oleh.
Nah, terus terang aja, aku tuh dulu paling males bawa oleh-oleh kalo bertamu atau pulang kampung. Abisnya mau bawa oleh2 apa coba? Misalnya nih ya, buat yg berasal dari Palembang dateng ke Jakarta bawa oleh2 pempek. What for? Di Jakarta juga pempek ada di mana-mana. Bisa beli dengan mudah. So, dengan skeptis nya aku memandang remeh apa yg namanya oleh-oleh (atau dalam hal tulisan ini, kusebut dgn Buah Tangan).

Tapi tidak demikian halnya dengan Mama K. Dia ini seneng bawa buah tangan. Tiap mudik atau main ke rumah sodara atau kemana lah, mesti bawa sesuatuk. Dan agak heboh gitu memikirkannya jauh2 hari ntar mau bawa apa. Dan ternyata begitu pula dengan kakakku dan ibuku yg walaupun mungkin mereka belum tau hadits di atas, tapi ternyata buah tangan mereka membuat kami jadi semakin saling mencintai.


Yang ekstrim, ada temenku dulu di Jember yang bawa oleh2 meja belajar dari Jember ke Jakarta naik kendaraan umum. Whattt? Ciyus? Kenapa ngga beli di Jakarta aja di toko meubel trs dibawa deh ke rumah?
Konon katanya, "Kalo begitu sih bukan oleh-oleh namanya." Jadi mungkin baginya, perjuangan bawa2 buah tangan itu yg tak ternilai harganya. 
Oke, untuk sementara silakan membayangkan sejenak bagaimana angkat2 meja belajar di dalam metro mini (karena aku waktu diceritain juga membayangkan seperti ini).

Lanjut ya ceritanya.
Masih inget ngga ketika suatu hari Mama K pengen buah apel merah washington dan aku tidak punya uang untuk membelikan (hiks), tiba2 ba'da Maghrib ada tamu datang bersama keluarganya membawa apel2 merah satu tas plastik? Masyaa Allah, itu luar biasa sekali senangnya.

Alhamdulillah, selama di sini udah tiga keluarga sahabat2 kami yg mampir ke rumah bersama anak2nya. Bagi pendatang seperti kami, seneeeng banget rasanya didatengin, alhamdulillah dan mereka pun tidak lupa membawa buah tangan. Mungkin hal kecil bagi mereka, tapi bagi kami yang diberi senengnya luar biasa, alhamdulillah. 

Hayoo jangan skeptis kemudian bilang "Wah kalo gitu kalo main ke omsqu harus bawa oleh2 dong? Kalo ngga ntar dikatain pelit."
Bukan begitu ya sahabat fillah ^_^. Ngga bawa oleh2 juga ngga papa. Su'udzon ah kalo berpikiran gitu.
Ini cuma pelajaran berharga bagi kami, ternyata begini ya rasa senangnya kalo dihadiahi sesuatu oleh saudaranya. Sekali lagi bukan soal nilai secara materi, tapi soal berbagi kasih sayangnya. So, jangan pernah remehkan buah tangan kepada saudaranya. Yuk kembali tengok hadits di atas tadi.


Ada sebuah cerita lucu (tapi jangan ditiru).
Suatu hari atasanku Pak Untung bercerita, dulu di jaman mudanya dia kedatangan tamu temennya sekantor. Si temen ini bawa seplastik buah apel. Dalam hati tentu si tuan rumah mengira si tamu membawa oleh-oleh, tapi ternyata buah apel seplastik itu tetep aja dipegang oleh si tamu. Pak Untung membatin, "Grrr dasar pelit!"
Ketika si tamu pamit ijin mau ke kamar mandi, langsung ama Pak Untung itu semua apelnya digigitin satu satu, kreess kress kresss kresss. Seplastik digigitin semua.
Pas balik temennya kaget, "Lho Tung!!? Kok mbo cakoti!?" (kok kamu gigitin)
"Abis pelit banget, ke rumah orang nenteng apel tapi ngga dikasihin." ledek Pak Untung.
 Trs ngakak2 deh mereka berdua. Yang diceritain juga waktu itu pada ngakak2 semua.

Cerita lucu di atas emang jangan ditiru, itu cuma gurauan dua sahabat baik aja gara2 yg satu bawa2 makanan tp ngga dikasih.

Ada cerita lain lagi.
Ada dua kepala seksi di kantorku dulu. Pak A dan Pak B. Pak B ini jauh lebih senior, udah mau pensiun, terkenal orangnya keras. Hati2 lah bersenggolan ama beliau. Tapi oleh Pak A, saat pulang dari mudik, dia bawakan oleh2 Pak B berupa celana panjang. Nilainya ngga seberapa, tapi bagi Pak B itu hal besar. Sejak itu Pak B sangat bersahabat dan hangat. Bahkan ketika Pak A ada kesulitan, Pak B dgn sigap lgsg dateng menolong.

See?
Ngga harus hadiah yg wow geto, karena bukan materinya yang dinilai. Bahkan hanya separoh kurma [1] ataupun berbagi makanan dgn kuah yg banyak [2]. Bukankah Allah berfirman: faman ya'mal mitsqaala dzarratin khoiran yarah.
Siapa yang mengerjakan kebaikan walau seberat dzarrah niscaya nanti ia akan melihat (balasan)nya. (QS. Al-Zalzalah ayat 7)

Ya perlu diingat juga, bagi yang dihadiahi sepantasnya menerima hadiah yang diberikan tetangganya (saudaranya) tersebut dan jangan menganggapnya remeh. (Al-Minhaj 7/121, Fathul Bari 5/245, Subulus Salam 5/241 dari asysyariah.com)

Mudah2an bermanfaat ya.
Barakallahu fiikum.

Catatan hadits: _____________

[1] Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Maka jagalah diri kalian dari neraka walaupun dengan bersedekah sepotong belahan kurma.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

[2] Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Abu Dzar, “Wahai Abu Dzar, bila engkau memasak makanan berkuah maka perbanyaklah air/kuahnya dan berikanlah kepada tetanggamu.” (HR. Muslim)