Senin, 14 Mei 2012

Kalo Marah = Jelek

Siang itu kami bertiga (aku, Kevin dan Mama K) sedang berencana makan2. Konon, ada sebuah rumah makan baru dekat pasar baru Mojoagung agak ke Utara. Ah tidak ada salahnya kami mampir makan siang ke sana, di hari spesial kami hari itu. Maka dari jemput Kevin di sekolahnya, kami pun melaju ke arah rumah. Mobil melaju santai sementara Kevin di jok belakang terus bercerita tentang poster Dragon Ball yang baru dibelinya.

Sampai di perempatan jalan -depan kantor polisi Mojoagung-, aku belok ke arah utara. Jalanan yang tidak begitu besar, hanya pas untuk dua mobil bersimpangan, karena sisi kiri sungai dan sisi kanan pertokoan. Waktu itu traffic light menyala ijo, maka aku pun gas terus, lanjut menikung ke kanan, ke jalan yang tidak begitu besar tadi. Mobilku pun masuk berada di sisi kiri jalan. Sementara di sisi lain jalan itu, mobil2 dan sepeda motor sedang berderet antri, menunggu lampu merah berubah menjadi hijau.


Tapi ternyata, betapa kagetnya aku ketiga belum sampai mobilku masuk penuh di jalan tersebut, tiba2 di depanku nongol sebuah angkot kuning yg penuh penumpang -bahkan di atas kap nya dijejali barang2-. Angkot kuning yg ngga sabaran. Persis ketika moncong mobilku baru saja hendak masuk di jalan tersebut. Angkot kuning ini melawan arus, berusaha mendahului mobil2 lain yang sedang antri lampu merah, dia ambil kanan dan whalah, mentok berpapasan dengan mobilku.

Dua mobil pun berhadap2an moncong. Tidak bisa bergerak.
Seperti dua cowboy lusuh yg berdiri berhadap2an di tengah jalanan yang berdebu. Siap beradu tembak, di bawah terik matahari. Di siang yg panas. Hanya dua pasang mata yg saling menatap tajam. Sementara semua mata orang2 yg berada di situ, tertuju kepada kami.

Aku diem aja.
Cuma tanganku memberi kode supaya si angkot kuning ini minggir. "Pergi sana, lo ngalangin jalan gue." gitu kira2 kata hatiku. Tanpa terucap, tentu aja.
Si sopir angkot memaki-maki, kepalanya nongol dari jendela mobilnya yg terbuka. Kulitnya hitam, berkumis, tangannya berotot nunjuk2. Ia bersuara keras dan bertampang seram. Wajah emosi, kesal dan jengkel. Matanya melotot, marah2. Si sopir angkot ini menyuruh mobilku minggir. Mungkin maksudnya, mobilku suruh minggir masuk sungai aja. Aneh memang, ketika orang salah tapi tidak merasa salah, dan orang lain disuruhnya mengalah.

Well, oke, let's see. Anggap lah aku seharusnya mengalah.
Kalo aku mengalah, harus mengalah kemana? Ke kiri masuk sungai lah. Ke kanan, maka aku akan berhadapan dengan belasan mobil dan motor yang antri menunggu lampu merah. Mundur? Berarti pantat mobilku akan masuk lagi ke perempatan dan dihajar mobil2 yang melaju kencang di jalan besar.

Maka aku diem. Mematung. Dan menunggu.
Si sopir angkot terus berteriak2 marah. Kali ini dia nunjuk2 lampu traffic light yg ada di belakangku. "Ijo tuh! Ijo!! Minggir!!" teriaknya.
Bayangkan, mobilku dgn kondisi kaca yg tertutup bahkan bisa mendengar teriakannya dengan jelas.
Ya eyalah anak kecil juga tau, kalo abis lampu merah nyala maka akan berganti dengan ijo.
Dan ngga usah lo nunjuk2 nyuruh aku liat ke belakang, karena aku ga mungkin nengok2. Sebab mataku hanya tetap menatap tajam ke depan. Seperti dua cowboy lusuh yg berdiri berhadap2an di tengah jalanan yang berdebu. Siap beradu tembak, di bawah terik matahari (halah apa coba gini lagi!).

Dan ternyata lampu merah telah berganti menjadi hijau. Mobil2 dan motor2 yg tadi berhenti di sebelah kanan ku perlahan2 bergerak maju ke depan satu persatu. Aku tetap diem, sementara si angkot akhirnya nyalain lampu sign kelap-kelip, kembali ke jalurnya sendiri. Jariku siap2 membuka jendela. Aku ga mau teriak2, aku cuma mau ngomong. Mama K mencium gelagat kalo aku hendak membuka jendela bertepatan ketika angkot kuning itu lewat persis di sebelahku.
"Sabar. Sabar. Ngga usah diladenin. Sabar. Sabar." gitu terus yang diucapkan Mama K lirih.
Kevin diem. Aku diem. Jariku yg semula berada di tombol pembuka jendela, akhirnya kutarik. Kubatalkan niatku membuka jendela. What for. Ngga penting. Buang energi.
Dan ternyata dia tetap marah dan memaki2. Sambil tetap kami saling menatap mata, dia berteriak. Kenceeengg bangeettt meluapkan hawa amarahnya.
"Hooowwaaaaaaaaaghhhhh...!!!!!!!!!"
Ngga tau sebenernya dia teriak apa, mgkn begitu, mgkn juga misuh2. Mungkin maksudnya seperti singa yg mengaum. Atau hulk yg berteriak sebelum menghancurkan tank2 musuh.
Pokoknya berteriak sekuat2nya dan sangat kenceng.
Tapi ini jelek sekali.
Sungguh jelek diliat dan didenger.
Begitu lah penampilan orang kalo marah. Andai ada cermin waktu itu.
Gimana kalo anaknya liat. Istrinya liat. Temen2nya liat. Mertuanya liat.

Kenapa ngga bisa mengendalikan hawa nafsu amarah?
Padahal "wa amma man khoofa maqooma robbihii (dan adapun orang2 yg takut kepada kebesaran Tuhannya) wan nahan nafsa 'anil hawaa (dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya), fa innal jannata hiyal ma'waa (maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya)) [QS. An Naazi'aat: 40-41]

Tuh, wan nahan nafsa 'anil hawaa, fa innal jannata hiyal ma'waa.

Apakah dengan berteriak begitu keliatan dia hebat, kuat, jago berkelahi, tak tertandingi?
Yg ada justru makin tampak jeleknya. Sudah melanggar lalu lintas, eh maki2 orang lain.
Orang yg kuat itu bukan orang yg kuat dan jago berkelahi. Dari Abu Hurariah radhiallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bukanlah orang yang keras -kuat- itu dengan banyaknya berkelahi -bergulat-, sesungguhnya orang-orang yang keras -kuat- ialah orang yang dapat menguasai dirinya di waktu sedang marah-marah." (Muttafaq 'alaih) [1]

Mobilku pun kemudian melaju. "Astaghfirullahal adziim. Kamu liat, K." kataku kepada Kevin yg masih duduk diam di jok belakang, menyaksikan pertunjukan ilmu pengetahuan barusan. "Orang marah itu jelek. Jelek sekali."
"Kalo aku gede Pa, waah orang itu.." Kevin berandai2 dirinya pendekar silat yg siap menghajar orang itu tadi. Biasa lah anak2 suka bergaya super hero dan jagoan kaya gini.
"Lhoo jangaaaan." aku dan Mama K bereaksi serempak. Aku pun lalu menasehati Kevin.
Ketika ada org memaki2 kita dan kita bersabar, maka malaikat akan mencatat satu org buruk dan satu org berakhlak mulia, Insya Alloh. Tapi ketika ada org memaki2 kita dan kita balas memaki, maka malaikat akan mencatat dua org buruk sedang caci maki.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah, dan para sahabatnya sedang duduk bersama. Tidak lama kemudian, datang seorang laki-laki yang tanpa sebab memaki Abu Bakar. Abu Bakar hanya diam, hingga pada cacian yang ketiga kalinya, dia baru menampakkan reaksi kemarahannya. Rasulullah lalu berdiri. Kemudian, Abu Bakar bertanya, “Apa pendapatmu tentang aku” Beliau menjawab, “Malaikat turun dari langit dan mendustakan setiap yang dikatakan orang ini kepadamu, tetapi engkau memberikan reaksi, malaikat itu pergi dan kemudian diganti dengan setan.” (HR, Abu Dawud dan al-Bukhari).
Semoga bermanfaat.

Catatan : _________________

[1] Ashshura-ah dengan dhammahnya shad dan fathahnya ra', menurut asalnya bagi bangsa Arab, artinya ialah orang yang suka sekali menyerang atau membanting orang banyak (sampai terbaring atau tidak sadarkan diri).
(keterangan ini dari Hadits web, dari riyadush sholihin Imam Nawawi)

2 komentar: