Senin, 17 Maret 2014

Peran Keteladanan Dalam Pendidikan

Tulisan ini adalah sedikit oleh2 pengajian di Masjid Islamic Centre Imam Ibnu Hajar, yg bertemakan Peran Keteladanan Dalam Pendidikan bersama Ustadz Abu Haidar As Sundawy hafidzahullah.

Hari Sabtu pagi kemarin, kami bertiga, (aku, Kevin dan mamanya) berangkat menuju ke rumah kakakku di Cimanggis. Setelah bersilaturahim, ketemu sodara, ngobrol sana sini, kami pun lanjut menuju ke lokasi pengajian bermodalkan googlemap. Jarak boarding school Ibnu Hajar dari rumah kakakku deket beud, cuma sekitar 5km. Sempet nyasar dikit karena gang nya kecil banget cuma satu mobil, akhirnya kamipun masukin gang itu. Rupanya udah ada satpam pake baju biru2 gelap membawa handytalkie.
"Assalamualaikum." sapanya. Orangnya jenggotan. Celananya laa isbal. Lalu aku bertanya ttg lokasi tujuanku. "Tabligh akbar? Ustadz Haidar? Iya benar, lanjut aja terus di pintu yg sana."
Lalu diujung jalan udah ada lagi satpam yg menyambutku.Orangnya jenggotan. Celananya laa isbal. Lalu aku pun memasuki pintu gerbang.



Wah masih sepi. Acaranya sih ba'da Ashar, dan kami memang dateng sekitar setengah tiga-an lah. Kami diarahkan dimana harus parkir mobil. Disambut lagi ama satpam berpenampilan sama. Wah senangnya. Mereka menyambutku dengan salam dan senyum ramah.
"Di sebelah situ ikhwan. Kalo akhwat di sebelah sana." katanya ramah. Kami bertiga pun menuju masjid. Banyak siswa2 pondok situ bersliweran. Keren2 ganteng2 berbaju gamis panjang2. "Aku mau Pa mondok di sini." kata Kevin sambil liat sana sini. Kayanya dia tertarik. Apalagi pondok ini deket ama rumah sodara. Aku membayangkan Kevin dgn gamis begini berada di antara mereka, nenteng mushaf kecil dan tilawah dengan nada bak Muhammad Thaha Junayd. Masyaa Allah.
Oh iya FYI ma'had ini dibawah bimbingan Ustadz Zaenal Abidin bin Syamsudin, Lc hafidzahullah.

Usai shalat Ashar rupanya Ustadz Abu Haidarnya belum datang. Jadi kami masih harus menunggu sambil beli teh botol di luar gerbang. Kevin mondar mandir antara tempat ikhwan ke tempat akhwat. Sekalian anter teh botolnya Mama K. Banyak muslimah2 berjilbab lebar2 dan syar'i. Sebagian ada yg bercadar. Di sana disediakan sebuah televisi yg tersambung dengan kamera di hadapan meja pemateri.

Akhirnya pengurus pondok kembali memanggil semua ikhwan dan akhwat yg masih di luar masjid utk kembali ke dalam karena acara segera dimulai. Aku emang udah di dalem duluan, sambil siapin gtab buat nyatet materi Ust Abu Haidar. Aku dan Kevin duduk agak belakang nyender tembok, sementara orang2 pada duduk mendekati Al Ustadz.

Beliau hafidzahullah menyampaikan tentang beberapa poin pentingnya akhlak mulia dan keteladanan bagi para pendidik. Karena kita di sini pendidik semua (terutama bagi keluarga di rumah) maka materi ini insyaa Allah akan bener2 bermanfaat.
-ini kusampaikan hanya sebatas ingatan dan catatanku yg terbatas aja ya teman2-

Pertama, pendidik akan jadi PD, percaya diri dengan apa yg disampaikannya. "Dia tidak malu menyampaikan kebaikan karena kebaikan udah menghiasi dirinya." tuturnya dalam logat Sunda yang lembut. Ga akan mungkin pede seorang perokok membawakan materi nasehat ttg anti rokok. Pasti dia malu.
Jadi, kalo kitanya udah baik dulu nih gan, maka kita pun bisa menyampaikan ilmu dengan lebih percaya diri.

Kedua, pentingnya akhlak mulia dan keteladanan yaitu pendidik akan lebih menghayati apa yg disampaikannya. Si guru ini pengalamannya udah banyak, karena si pendidik udah mengamalkan banyak kebaikan. Biasa tahajud, maka dia akan lebih menghayati saat menyampaikan bab soal tahajud, dibanding guru yg ngga pernah mengamalkannya.


Tentu beda antara orang yg ngomong teoritis doang dengan orang yg berpengalaman. Aku contohkan misalnya orang bercerita tentang teori ibadah haji dengan orang yg benar2 pernah berangkat haji. Pasti lah beda.
Kalo Ustadz Abu Haidar mengisahkan tentang seorang akhwat yg pendiam dan sangat pemalu. Kalo ditanya, dia hanya menjawab dgn anggukan atau gelengan kepala. Pendiam sekali. Tapi suatu hari si akhwat ini dikejar anjing. Dia jalan, anjingnya ngikutin. Dia percepat langkah, anjing itu pun percepat langkah. Dia ketakutan dan lari sekencang2nya, dan si anjing pun mengejarnya. Hingga si akhwat pun meloncati pagar dan sampai ke masjid tujuannya mencari ilmu. Sampai masjid dia ditanya akhwat lain ada apa? Maka si akhwat pemalu tadi langsung bercerita banyak dan menggebu2, "Tadi itu aku dikejar anjing.. bla bla bla.."
Lho, yg tadinya pendiam ternyata jadi bisa banyak bercerita karena pengalaman nya dikejar anjing barusan.
Si akhwat yg mendengarkan pun ikut terbawa, "Terus trus.."
"Alhamdulillah bisa lompati pagar."
Lalu si akhwat yg mendengarkan ikut bahagia dan lega, "Alhamdulillah...."
See?
Sesuatu yg keluar dari hati akan lebih mudah masuk ke hati.

Ketiga, dengan akhlak mulia bisa meluluhkan hati. Dicontohkan lah akhlak mulia Imam Abu Hanifah yang bertetangga dengan orang majusi. Lalu saat orang majusi ini dipenjara, Imam Abu Hanifah yg membebaskannya dengan jaminan tanpa sepengetahuan si orang majusi. Saat akhirnya si orang majusi ini tau siapa yg membebaskannya, maka dia pun mendatangi Imam Abu Hanifah dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Terpikat oleh kemuliaan akhlaknya.
Begitu pula contoh lain yg Ust. Abu Haidar berikan, yaitu kisah Sahl bin Abdillah At Tastari yg bertetangga juga dengan orang kafir majusi yg selama bertahun2 air kotoran dari kamar mandinya merembes ke dinding rumah Sahl bin Abdillah namun Sahl tidak pernah mengeluh. Jika tidak karena beliau sudah merasa dekat ajalnya dan kuatir si orang majusi melakukan hal yg sama kepada orang lain, tentu Sahl tidak akan mengatakan hal itu kepada tetangganya. Setelah diberitahu dan melihat sendiri akibat buruk dari kotorannya di dinding dan bagaimana kemuliaan akhlak Sahl, maka si orang majusi pun menyatakan masuk Islam.

Ustadz Abu Haidar juga mengisahkan tentang pemuka Yamamah yang sangat membenci Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ketika ia tertangkap dan dibawa ke Madinah, justru Rasulullah dan para sahabat memperlakukannya dengan baik, sehingga luluh hatinya dan memeluk Islam.

Keempat, akhlak mulia akan mengundang simpati. Coba temen2 bikin list nama-nama siapa aja orang yg kita sukai dan siapa aja yg kita benci. Misalnya, kita tulislah nama2 orang yg kita cintai dulu. Misalnya si A, si B dan si C. Rupanya apa yg menyebabkan kita menyukainya adalah karena kemuliaan akhlaknya. Si A ini orangnya ramaaah banget, menyenangkan kalo bersamanya. Si B ini gemar menolong orang lain tanpa pamrih. Kalo si C itu lembut dan halus tutur katanya. Lalu mari kita tengok orang2 yg ga kita sukai. Rupanya kita tidak menyukainya karena keburukan akhlaknya. Males banget ama si D, kalo minjem duit selalu ngemplang, menghindar terus kalau ditagih. Jauh2 deh ama si E, tukang adu domba, di depan kita baiknya minta ampun, tapi di belakang suka jelek2in orang. Wah kalo si F itu peliiiitnya minta ampun, serba hitungan ama duit, kaya hartanya mau dibawa mati semua.

Ah jadi begitu ya, empat peran keteladanan dan akhlak mulia dalam dunia pendidikan. Kita jadi pede saat menyampaikan ilmu, kita jd lebih menghayati karena udah mengamalkan duluan, aklak mulia bisa meluluhkan hati dan mengundang simpati.

Pendidik yg baik akan dicintai anak didiknya.
Ustadz Abu Haidar berkisah di Taman Kanak2 miliknya, anak2 kecil itu pada sedih kalo sekolah libur. Saking cinta dan kagumnya kepada guru2nya di sekolah. Belum waktunya masuk udah pada datang. Kalo ketemu ustadzah nya mereka berlarian memeluk, "Ustadzaaaaaaahhh...." Kalo ditanya gedenya pengen jadi apa, serentak menjawab "Pengen jadi kaya ustadzaaaah.." Saking mulianya akhlak pendidik di mata mereka. Anak2 pun ga butuh teladan artis. Mereka sudah melihat kebaikan begitu dekat di depan mereka.

Nasehat Al Ustadz ini mirip ya ama nasehatku di twitter beberapa waktu lalu:
Anak2 itu suka dgn sumber ilmu seperti serangga menyukai lampu. Kalo kita suka berbagi cerita, ngobrol, ngajarin ini itu, mereka akan suka. Kalo kita mau "anggep mereka ada", maka mereka jd merasa dihargai. Mereka jadi mau menimba ilmu dari kita. Akhirnya mereka nurut klo dkasih tau, insyaa Allah.

Demikianlah kemudian ada sesi tanya jawab, lalu acara pun usai. Kami bertiga pun pulang kembali ke rumah kontrakan.

Sepulang dari acara, setelah mampir sana dan sini, kami pun sampai di rumah sudah malam. Mgkn sekitar jam sembilan malam lah. Baru turun dari mobil tiba terdengar bentakan2 menggelegar seperti orang sedang bertengkar.
Waduh! Aku tau sumbernya dari rumah yang itu.

Ada apa ini?
Kesitu engga kesitu engga kesitu engga.
Bimbang. Orangnya badannya gendut gede, brewokan dan mukanya sangar. Jarang senyum. Ternyata kaya begitu kalo lagi marah. Apa ribut ama istrinya? Kenceng sekali hingga terdengar dari rumah kami yg berjarak selisih beberapa rumah.
Rupanya dia membentak2 anaknya!!
Anak kecil, cewek, kalo ga salah kelas 1 SD (kata Kevin) atau kelas TK A (kata istriku). Aku suka senyum ke anak kecil ini, dia cantik sekali, sekalipun dia ga pernah membalas senyumku cuma bengong malu2. Tapi ibunya biasanya suka balas tersenyum.

Ya Allah.
Kok beraninya ama anak kecil? anaknya sendiri pulak.
Kata Ustadz Haidar As Sundawy, sekali ortu membentak anak, maka anak akan langsung belajar bahwa ooo jadi kita boleh ya membentak2 orang yg kita anggep salah. Setelah merekam dalam benaknya, dia akan lakukan hal yg sama kpd adiknya. Dia akan lakukan hal itu juga pada temannya di sekolah. Selain itu, bentakan hanya akan mengukit dendam dan kebencian anak kepada orangtuanya.

Moga2 bermanfaat ya.
Ilal liqo'.

2 komentar: