Pulang kantor, aku dikasih tau Mama K, bahwa nanti abis maghrib ada undangan acara walimatul haml dari pak haji tetangga di kampung sini. Apaan tuh walimatul haml? Ngga tau. Aku ngga pernah denger. Ternyata beliau yg punya hajat bikin acara pengajian sambil sukuran atas kehamilan istrinya yg menginjak usia beberapa bulan, aku lupa (sambil celingak-celinguk nyari di mana undangannya kemaren).
"Aku dateng ngga Ma?" tanyaku.
"Dateng aja." jawab Mama K.
"Ntar jangan2 manaqiban?" tanyaku lagi.
Mama K mengerutkan kening, "Undangannya kan abis maghrib. Waktunya pendek, sebelum Isya' pasti udh bubar. Ngga mgkn lah manaqib2an segala."
"Dateng aja." jawab Mama K.
"Ntar jangan2 manaqiban?" tanyaku lagi.
Mama K mengerutkan kening, "Undangannya kan abis maghrib. Waktunya pendek, sebelum Isya' pasti udh bubar. Ngga mgkn lah manaqib2an segala."
Oke oke, stop bentar. Tadi walimatul haml. Sekarang manaqiban. Apalagi itu? Manaqiban itu sebuah acara di kampung, di mana para undangan hadir, berdoa bersama, lalu kemudian dibacakanlah manaqib, sebuah cerita dlm bahasa arab yg berisi riwayat hidup Syekh Abdul Qodir Jaelani. Satu orang membaca, para undangan yg lain mendengarkan dgn gaya khusyu'. Memejamkan mata. Sesekali mulut komat-kamit mengikuti bacaan manaqib. Dulu, ketika awal2 aku ngga tau apa itu manaqib, yg ada aku malah nyaris tidur terkantuk2. Dan sejak itu aku ga pernah dateng kalo diundang manaqib2an, hihihihi.
Menurutku sih, kalo memang mau berkumpul melingkar, kemudian dibacakan riwayat hidup seseorang untuk diteladani, kenapa ngga dibacakan siroh nabawiyah aja? Ya gak? Kisah hidup Rasulullah Muhammad SAW tentu jauuuuh lebih baik. Trs diceritakan dalam bahasa Indonesia biar pd ngerti. Itu baru bernilai ibadah karena bisa banyak mengambil teladan dari Rasulullah SAW, dan tentu saja, makin bertambahlah cinta kita kepada beliau.
Di jaman Rasulullah SAW ngga ada tuh acara keagamaan berupa manaqiban Syekh Abdul Qodir Jaelani kaya gini, karena ybs ketika itu juga belum lahir. Ya kan?
Oke kembali ke ceritaku malem itu.
Singkat cerita, setelah meyakini ngga akan ada manaqiban sehubungan dgn pendeknya waktu antara maghrib dan isya', usai bubaran jamaah maghrib aku pun berangkat memenuhi undangan. Masyarakat ternyata sudah sangat ramai berkumpul di situ. Di halaman rumahnya yg luas dan besar (halamannya luas, rumahnya besar) digelarlah terpal dan karpet. Aku pun duduk di luar rumah bersama warga situ.
"Sini aja Bah, isis (sejuk)." ajak seseorang. Aku pun duduk di sampingnya. Ya sih karena di luar angin emg sepoi2. Tapi karena aku duduk d bawah lampu yg terang benderang dan kemudian didatangi buwanyak ratusan ribu serangga, huiiih, aku pun jadi ngga betah. Mulai dari kumbang, kepik, jangkrik, belalang, trs serangga yg ada sengatnya itu, beredar di punggung, pundak, lengan dsb. Hiii geli dan ngeri. Akupun kemudian pindah masuk ke dalam ruang tamu, duduk di dekat akuarium, persis di samping tuan rumah. Aman sudah dari gangguan serangga.
Ternyata dari susunan acara, ngga ada tuh acara manaqiban, alhamdulillah. Acarapun dimulai dgn istighosah, dipimpin salah satu tokoh masyarakat. Lalu dibacakan dzikir2 yg aku sudah hapal, kemudian dibaca bersama2 sholawat. Rasulullah SAW memang memerintahkan kita untuk bersholawat untuk beliau, maka Alloh Ta'ala akan bersholawat kepada kita sepuluh kali [1]. Namun, di antara sholawat yg dibaca malam itu terdapat sholawat nariyah dan sholawat munjiyat, yg dibaca dgn begitu khusyu', memejamkan mata. Ada yg bersuara keras keliatan kalo hafal, ada yg cm komat-kamit mulutnya.
Barangkali sodara2ku yang biasa mengamalkan kedua sholawat ini adakah yg bisa membantu dari mana sumbernya? Kalo memang kedua sholawat itu diajarkan oleh Rasulullah SAW, mohon dituliskan haditsnya dan diriwayatkan oleh siapa, soalnya sepengetahuanku (mohon maaf, barangkali aku keliru) itu berasal bukan dari ajaran Rasulullah SAW. Wallohu a'lam.
Para sahabat Rasulullah SAW adalah orang2 yg sehari2nya berbahasa arab. Di jaman itu pun banyak pujangga yg pandai merangkai syair. Namun mereka ngga ngarang sholawat sendiri, tapi bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui salam kepadamu, lalu bagaimanakah caranya bershalawat kepadamu?" Maka Rasulullah pun mengajarkan kepada kita bagaimana bersholawat [2]. Lalu yg jadi pertanyaan, kenapa kemudian bermunculan aneka ragam sholawat2 baru yg diciptakan generasi berikutnya dan seakan2 harus selalu dihapal dan diamalkan? Bahkan konon, sholawat tertentu punya fadhilah begini begini apabila dibaca sekian ribu kali.
"Ah yang penting kan niatnya baik."
Niat yg baik aja ngga cukup dalam beribadah. Niat baik ngga bisa menjadikan sebuah amalan yg bid'ah menjadi sunnah. Bukankah kita semua tau, mengerjakan amalan yg tidak diperintahkan oleh Rasulullah SAW akan tertolak. [3]
Dan..
seperti yg kutakutkan sebelum berangkat, sementara acara istighosah berlangsung, waktu sholat Isya' pun ditabrak.
Astaghfirulloh.
Gelisah dan sedih rasanya. Aku yg lemah ini ngga sanggup berdiri meninggalkan lokasi acara, melewati ratusan orang yg duduk2 bersila utk pamit mau sholat Isya'. Betapa lemahnya diri ini. Lunglai pundak ini. Ampuni kami ya Alloh, ketika masjid dan mushola2 kampung tidak mengumandangkan adzan karena imam dan muadzin nya berkumpul semua di sini membaca berbagai macam sholawat yg kusebutkan di atas tadi.
Menurut Ust. Abduh Tuasikal, soal mengundurkan waktu shalat Isya' pernah hal itu dibahas oleh Syaikh Hammad Al Hammad (Imam Masjid Jami'ah Malik Su'ud, Riyadh-KSA). Jika memang telat untuk adzan, maka sebaiknya adzannya tidak dikumandangkan agar tidak membuat rancu masyarakat sekitar krn mereka malah mengira waktu shalat baru dimulai ketika itu. Jadi saran kami, tetap adzan tepat waktu, setelah itu dilanjutkan lagi pengajiannya setelah adzan, lalu akan shalat baru iqomah.
Selesai istighosah, acara ditutup dengan doa yg dibacakan oleh tokoh masyarakat yg duduk persis di sampingku. Alhamdulillah, doa2nya doa yg umum yg kutau berasal dari sunnah Rasulullah SAW dan dari Al Quran. Selesai doa, hadirin menikmati hidangan, dan pembaca doa tadi pun kemudian merokok dengan nikmatnya. Org lain pun banyak merokok. Asap beracun pun berhembus mengusir serangga. Acara utk mendoakan kesehatan ibu hamil, malah disuguhi asap rokok yg bisa mengganggu kesehatan janin ybs.
Tidak lama kemudian, pak kiai nya dateng. Beliau datang terlambat, ketika acara sudah usai. Aku tidak kenal siapa pak kiainya, tp namanya memang sering disebut2 oleh warga kampung. Sepertinya pak kiai ini memang sudah populer di sini dan memiliki jamaah banyak. Beliau sudah sepuh, berjenggot putih dan berwajah ramah. Para hadirin yg tadinya bersila kemudian pada berdiri tergopoh menyambut kedatangannya, lalu menciumi tangannya, sementara aku mojok di bawah akuarium ngga ada yg memperhatikan. Aku memilih untuk tidak berdiri karena Rasulullah membenci hal tersebut [4].
Pak Kiai pun mulai memberikan tausiyah singkat. Gaya bicaranya lucu diselingi senda gurau sehingga banyak undangan yang tertawa, termasuk aku. Sehubungan dgn kehamilan pihak tuan rumah, pak kiai membacakan surat Yusuf beberapa ayat sekaligus artinya. Pak Kiai juga bilang ke para undangan, kalo mimpi baik jangan dicerita2kan, kalo mimpi buruk cerita2kan lah. Subhanalloh, kok beda ya penjelasan pak Kiai dengan hadits Rasulullah SAW yang ku tau sejak dulu, bahwa kalo mimpi baik itu datangnya dari Alloh Ta'ala maka kabarkanlah, sedangkan mimpi buruk datangnya dari setan, maka jangan diceritain kesiapapun [5].
Hmmmhhh.. (menghela nafas).
Banyak sekali hikmah yg kudapet dalam cerita satu malam, banyak segudang tanya yg rasanya pengen segera kudiskusikan bersama temen2 yg lebih berilmu. Ada gelisah, ada sedih, ada geregetan, ada jg tertawa sedikit waktu pak Kiai ngelawak. Malam yg panjang bagi seorang penuntut ilmu biasa seperti aku, yang memang pengetahuan ttg sunnahku sangat2 sedikit. Yang ngga boleh menghukumi amalan yg ini bid'ah yg itu bid'ah. Cukuplah sebagai dasar kita tau, wa kulla muhdatsatin bid'ah, wa kulla bid'atin dholalah, wa kulla dholalatin fin naar. Dan akhirnya jadilah tulisan ini yg bisa dibagi di sini.
Semoga ada manfaatnya.
Mohon maaf kalo ada salah kata, mohon dikoreksi. Cmiiw.
Wallohu a'lam.
====
[1] Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, \"Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.\" (HR Muslim)
[2] Abdurrahman bin Abu Laila dia berkata; Ka'b bin 'Ujrah pernah menemuiku, lalu dia berkata; \"Maukah kamu aku beri petunjuk? Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alahi wasallam pernah keluar menemui kami, lalu kami bertanya; \"Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui salam kepadamu, lalu bagaimanakah caranya bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: \"Ucapkanlah; ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHALLAITA 'ALAA AALII IBRAAHIM INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAAHUMMA BAARIK 'ALAA MUHAMMAD WA'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAARAKTA 'ALAA 'AALI IBRAHIIMA INNAKA HAMIIDUM MAJIID (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia).\" (HR Bukhari)
[3] Dari 'Aisyah dia berkata, \"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Barangsiapa mengada-ngada sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kami, padahal kami tidak perintahkan, maka hal itu tertolak.\" (HR Muslim)
[4] Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Tidak ada seorang pun yang lebih mereka (para sahabat) cintai selain Nabi Shollallaahu 'alaihi wasallam. Namun jika melihat beliau, mereka tidak pernah berdiri karena mereka mengetahui kebencian beliau atas hal itu." (HR Bukhari, At Tirmidzi, Imam Ahmad dan yg lain)
[5] Dari Abu Sa'id Al Khudzri, bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Jika salah seorang diantara kalian bermimpi yang disukainya, maka itu berasal dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah karenanya, dan hendaklah menceritakannya, sebaliknya jika bermimpi selainnya yang tidak disukainya, hanyasanya yang demikian itu berasal dari setan, maka hendaklah ia meminta perlindungan dari kejahatannya, dan jangan menceritakannya kepada seorang pun, sebab tidak akan membahayakannya.\" (HR Bukhari. Dalam hadits yg lain riwayat Imam Muslim disebutkan "Barang siapa yang bermimpi baik maka janganlah menceritakannya, kecuali kepada orang yang dia cintai")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar