Senin, 16 Juni 2014

Masih Aja Ghibah?

Ghibah itu membicarakan sesuatu tentang sodaramu muslim saat dia tidak ada, yg andai jika dia tau, dia akan tidak suka dibicarakan begini.
Kita semua tau seperti apa ghibah itu. Bahasa indonesianya bergunjing. Kalo bahasa jawanya ngrasani. Menceritakan keburukan dan aib orang lain di belakang yang bersangkutan.
Ada fulanah yang selaluuuuu dan selaluuuuuu menceritakan keburukan adik iparnya. Seakan2 ngga ada sedikitpun kebaikan pada diri si adik iparnya. Yang males lah, yang pelitlah, yang jahat lah. Padahal sebenernya si adik iparnya itu yang justru sangaaat baik, sederhana, sopan, ramah, andap asor, gemi (pandai mengatur keuangan di keluarganya), dan ngga pernah sekalipun menjelek2an si fulanah. Sekalipun ngga pernah. Tuh kan.

Ada lagi Jeung A yang selaluuu dan selaluuuu menceritakan keburukan tetangganya samping rumah. Sementara si tetangganya ini baiiiik, ramah, akrab, menyenangkan, dan ga pernah sekalipun menjelek2an Jeung A. Nah lho.

Atau contoh lain.
"Coba lihat ini gayanya siapa?" tanya seorang ayah di depan keluarganya. Lalu si ayah melawak, mengenakan pakaian dgn gaya pakaian seseorang, lalu menirukan cara jalannya dan cara sisirannya yang aneh. Lalu sekeluarga tertawa terbahak2, "Ituuu kan om fulaaan!!!" Serempak mereka menebak.
Bayangkan jika om fulan tahu dia dibuat olok2an seperti itu di belakangnya. Tentu dia tidak suka dan tidak ridho jika caranya berpakaian, caranya sisiran dan cara jalannya ditertawakan di belakangnya.
Yup, itu termasuk ghibah.

Maka jauhi ghibah sejauh2nya. Lawan! Dosa ghibah itu setara dengan dosa riba yg paling parah, yaitu seseorang yg merusak saudaranya (yang termasuk di dalamnya adalah menggunjingnya).
Kalo kita tahu dosa riba paling rendah adalah seperti menzinahi orang tua sendiri, maka dosa ghibah lebih besar daripada itu.

Mungkin aja lho gini2 kita ada juga yang mengghibahi.
Al Hasan Al Basri rahimahullah juga pernah dighibah orang. Ulama besar aja dighibah, apalagi kita, cuy. Mustahil memang mendapat ridho semua manusia. Begitu tahu dirinya di-ghibah, Al Hasan Al Basri rahimahullah lgsg pulang ambil kurma dan menghadiahkan kepada org yg telah meng-ghibahnya. Lho kok begitu? Kalo kita mgkn pulang ambil golok (hihihi) tapi beliau justru menghadiahinya dengan makanan.
Karena dengan telah mengghibah, maka orang tersebut sebenarnya telah menghadiahi pahala2nya kepada orang yg di-ghibah-nya. Al Hasan Al Basri juga meminta maaf karena tidak bisa menghadiahi sebagaimana dia menghadiahi beliau rahimahullah.


Apakah masuk akal, jika kita benci kepada seseorang lalu kita beri dia uang satu juta?
"Nih duit sejuta! Gue bencci ama elo!"
Kalo ga masuk akal, terus kenapa kita mau2nya berikan pahala2 sholat berjamaah kita, pahala2 puasa2 kita kepada orang yg kepadanya kita tak suka dgn cara menggibahnya? Rugi ya akhi.

Sahabatku.
Jika si penggibah tak punya pahala amal kebajikan utk diberikan, maka kepadanya ditimpakan dosa2 orang yg telah dighibahnya. Naudzubillah. Bisa bangkrut kita kelak di akhirat 1).
Lalu bagaimana jika ada orang yg mengajak kita utk berghibah? Sama reaksinya dgn bagaimana jika kita ditawarin makan siang bangkai, misalnya. Mau? Karena ghibah itu seperti memakan bangkai saudara kita sendiri.

Bayangkan aja jika kita suatu hari bertamu di rumah kawan kita, kebetulan pas jam makan siang, lalu kita ditawarin makan siang sekalian. Udah dimasakin ama istrinya.
"Ayo ayo makan yuk." Kita diajaknya duduk di meja makan. "Tuh udah dimasakin menu spesial: Bangkai Bebek Asem Manis." katanya. "Ayo ayo disantap jangan malu2, ini bangkai spesial!"
Howweeeek. Mau?
Sangat menjijikkan. Kita pasti menolak.
Bahkan jika dia memaksa pun, kita pasti menolak dengan keras.
Bahkan jika dia ngajak berantem, "AYO MAKAN! ATAU BERANTEM!" Maka kita pilih berantem lah daripada dipaksa makan bangkai.
Lalu kenapa ketika ditawarin ghibah langsung kita santap?


Maka jika kita ditawarin ghibah, beri tahu dia klo itu ghibah, kita ga mau dengar. Sampaikan dengan ahsan dan lemah lembut. Atau tutup kuping, atau alihkan topik atau menyingkir sehingga aib saudara kita tak kita dengar. Insyaa Allah bisa. Dengan menghindar dan mengingatkan kebaikan, maka kita telah membela saudara kita dighibahi orang itu tadi.

Tidak lah seorang dikatakan sebagai teman yg setia, hingga ia jaga sodaranya: di saat musibah, di saat temannya tidak ada di hadapannya dan setelah wafatnya.

"Barangsiapa yg membela kehormatan saudaranya ketika dia tidak ada, maka Allah pastikan Allah akan bebaskan dia dari siksa api neraka". (HR Ahmad)

Iyas bin Muawiyah pernah bertanya kepada orang yg menggibahi saudaranya sesama muslim di hadapannya. "Wahai saudaraku, pernahkah kau berperang melawan Romawi? Dijawab tidak. Berperang melawan Turk? Juga dijawab tidak. Lalu Iyas bin Muawiyah rahimahullah berkata Romawi selamat darimu, Turk selamat darimu, sementara saudara2mu sesama muslim tidak selamat dari mu? Subhanallah.

Musuh2 Islam selamat dari kita, tapi saudara2 kita tidak selamat dari caci maki, fitnah dan ghibah kita? Musuh2 Islam selamat dari kita, tapi ustadz2 kita, ulama2 kita tidak selamat dari caci maki, fitnah dan ghibah kita?
Lalu saudara mana yg sudah kita bela? Atau justru sebaliknya, kita hinakan, kita gunjing saudara kita dgn ghibah dan fitnah?

Astaghfirullah.

Kata Ustadz Nuzul Dzikri, Lc ghibah akhirnya menjadi gaya hidup.
Dianggep biasa, ngga dosa. Gatel mulut kita kalo ga ngomongin orang. Bahkan udah jadi profesi. Na'udzubillah.

"Eh gue ada gosip baru nih." kata si fulan yg udah gatel mulutnya ingin mengabarkan terbongkarnya aib baru seseorang kepada temannya yg lain. Subhanallah.
Kapok ya? Ternyata kita masih jadi bagian dari budaya ghibah.
Ngeri ya? Astagghfirullah. Astaghfirullah.

Apalagi masalah copras capres ini. Semuanya muslim. Kita demen bingit menyantapnya. Adakah kita ikut2an ghibah? Ataukah ikut2an sebar fitnah?
Klo aku atau kamu qadarallah jadi capres, subhanallah, mgkn kita akan bernasib sama dibongkar aibnya oleh orang2 lain. Dighibah & difitnah.
Klo qadarallah kita jd capres, maka dicari2 digaruk2 dibongkar2 aib yg selama ini kita tutup2i. Dipublish kekurangan kita dibuat tertawaan.
Misalnya kita punya aib yang kita simpan rapat2, kita kubur di dalam tanah di bawah pohon, mungkin udah digali tuh tanahnya ama orang2. Kalo perlu pohonnya dicabut biar aib kita terang benderang ketahuan orang.
Apakah kita sekarang sedang menggali2 aib orang?
Apakah kita sekarang sedang membongkar2 keburukan orang?
Apakah kita -termasuk saya- masih aja ghibahi orang?
Halo?

Maka nasehat Ustadz Nuzul Dzikri hafidzahullah (sebagaimana tulisan ini bersumber dari kajian beliau yang kukemas dengan bahasaku sendiri), hindari ghibah dengan DIAM.
Klo di televisi ada acara gosip: Matiin.
Klo ada yg nelpon curhat ngajak ghibah, mending tutup telponnya.
Klo di depan kita, ingetin bahwa ini ghibah. Ganti topik. Menyingkir dari orang tsb.
Ingatlah sebelum kita bongkar aib-aib orang lain, bahwa kita juga punya aib2 yg sama. Kita juga punya keburuk2an yg kita tutupi. Hati2, ghibah akan membuat aib kita sendiri terbongkar. Naudzubillahi min dzalik.
Ini nasehat untuk diriku sendiri. Semoga Allah Ta'ala mengampuni dosa2 kita.
CMIIW, Wallahu a'lam.

***


Catatan : _______

1) “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.” Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/ kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim)

1 komentar:

  1. Saya Achmad Halima Saya ingin menyaksikan karya bagus ALLAH dalam hidup saya untuk orang-orang saya yang tinggal di sini di Indonesia, Asia dan di beberapa negara di seluruh dunia.
     Saat ini saya tinggal di Indonesia. Saya seorang Janda dengan empat anak dan saya terjebak dalam situasi keuangan pada MARET 2017 dan saya perlu membiayai kembali dan membayar tagihan saya,
    Saya adalah korban penipuan pemberi kredit 3-kredit, saya kehilangan begitu banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Saya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang yang saya berutang, saya dibebaskan dari penjara dan saya bertemu dengan seorang teman, yang saya jelaskan mengenai situasi saya dan kemudian mengenalkan saya ke perusahaan pinjaman yang ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM dapat diandalkan.
    Bagi orang-orang yang mencari pinjaman? Jadi Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman di internet penipuan di sini, tapi mereka masih sangat nyata di perusahaan pinjaman palsu.
     Saya mendapat pinjaman dari ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM sebesar Rp900.000.000 dengan sangat mudah dalam waktu 24 jam setelah saya melamar, jadi saya memutuskan untuk membagikan karya bagus ALLAH melalui ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM dalam kehidupan keluarga saya. Saya saran jika anda membutuhkan pinjaman silahkan hubungi ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM. hubungi mereka melalui email:. (alexanderrobertloan@gmail.com)
    Anda juga bisa menghubungi saya melalui email saya di (achmadhalima@gmail.com) jika Anda merasa sulit atau menginginkan prosedur untuk mendapatkan pinjaman.

    BalasHapus