Senin, 16 Oktober 2006

Salamku dibalas dengan gerutu >:-(

Hari senin selalu jd hari yg beda dlm hal penampilan. Apalagi kalo bukan "harus pake kemeja putih bawahan gelap". Kalo aku pake putih hitam, kadang suka dikira anak PKL (halah2). Yang parah kalo aku pake putih abu2, suka dikira anak SMA, hihihi. Pernah ada WP yg negur gitu, "Kenapa ga jadi pemain sinetron mas? Kan banyak tuh sekarang sinetron2 remaja gitu jadi anak SMA."
"Iya ya, Bu. Saya jadi guru-nya." kataku. Anak2 lain yg juga di TPT waktu itu ikutan ketawa. Emg kayanya secara tampang squ pantes deh jd guru agama, hihihihi.
"Engga lah." si ibu masih serius. "Maksud saya jd pelajarnya."
"Iya Bu. Pelajar yg udah tiga tahun ga naik2 kelas." hehe.


Cerita kali ini berhubungan ama celana panjang abu-abu ku yg legendaris itu. 75% saku nya jebol alias sobek ga bisa dipake lagi. Saku kiri dan kedua saku di belakang. Yang bisa dipake cm saku kanan depan aja. Itupun kondisinya bakal segera sobek dalam waktu dekat, karena semua bawaan aku kantongin di situ, mulai dari sapu tangan, kunci motor, hape-hape, flashdisk, dompet, bedak, lipstik, maskara (halah2 ngaco, bokis bangetttt).


Karena itulah, hari minggu malem aku pergi ke sebuah tailor. Rumah yg kecil sederhana dengan dua mesin jahit dan mesin obras. "Ga bisa selesai sekarang, mas." kata si tailor.
"Gapapa kok, kapan selesai?"
"Mmm... besok malam ya?" tawarnya, dan aku mengiyakan. Tapi karena aku sakit, maka baru selasa siang aku kesitu. Kata dia, "Belum selesai mas, nanti sore ya." Aku mengiyakan lagi, "Bener ya nanti sore."
"Iya iya." katanya. Oke lah, aku pulang, dan ba'da maghrib aku kesitu lagi ngajak Kevin.


"Assalamualaikum..." ucapku sambil ketuk2 pintu. Lampunya nyala. Pintu kudorong ternyata ngga terkunci, berarti ada orang. "Assalamualaikum." berkali2 kuucapkan salam tetep aja ga ada jawaban, sampe setelah sekiaaaaan lama muncul dua anak kecil cowok, kakak dan adeknya. "Ada apa?" tanya si kakak. Aku jawab, "Mau ambil celana."
"Besok." jawab kakak. Hmm.. pasti disuruh bapaknya nih. Feel not good. Aku mulai ga suka, "Ya udah aku ambil aja celanaku. Yg abu2 ya."
"Sebentar." si kakak masuk lagi, sementara adeknya tetep di ruang tamu. Lamaaaa banget. Keluar lagi nyari2 di lemari, trs masuk lagi. Aku pun duduk (walau ga ada yg mempersilakan masuk). Kasihan Kevin berdiri di luar. Kevin kupangku sementara si adek ngajak becanda Kevin.


Karena terlalu lama, akupun ga sabar. Berkali2 aku mengucap istighfar, moga2 tidak terbakar emosi. Sampai kapan aku nunggu gini.
"Dek, bapakmu mana?"
"Tidur." jawab nya. Ya ampun, jam segini kok tidur. Lalu aku nyuruh dia panggilin kakaknya yg ga keluar2. Si adek masuk, lalu keluar lagi, "Mas ngga mau keluar." Hmmm... grrhhh.... emosii emosii... Astaghfirulloh.


Aku lalu berdiri, membuka tirai pembatas ruang tamu dengan ruang tengah yg cukup luas. Si kakak lagi baca buku, sementara si tailor lagi tidur di tempat tidur (di ruangan itu jg). Mgkn pura2 tidur. Posisinya memunggungi aku. Okelah aku tamu yg ga tau sopan santun main nyelonong masuk. Tp kayanya aku udh cukup sopan karena udh bersabar cukup lama. "Assalamuaikum.. Pak pak.. assalamualaikum." berkali2 salam kuucapkan dengan keras. Si tailor pun "terbangun" setelah diguncang2 si adek yg kooperatif ini.


Si tailor membalik badan dengan menggerutu, sambil duduk ia mengusirku pergi kembali ke ruang tamu. "Pak celananya saya ambil aja." kataku dgn nada seramaaah mungkin. Dgn wajah merengut marah dia menyuruhku ke depan,"Iya iya sana duduk sana."
"Saya sudah duduk dari tadi." kataku sambil tetap melongokkan kepala dr balik tirai. Si tailor tetep ngotot, "Iya silakan duduk."


Akupun kembali duduk di ruang tamu. Si tailor pun menyusul ke ruang tamu, sambil mengembalikan celana abu2ku yg ngga disentuhnya sama sekali sejak kemaren, dengan kondisi tetap 75% saku berlubang. Aku menerimanya sambil mengucap, "Terima kasih." kataku. Ga tau buat apa, mgkn basa basi. Si tailor langsung masuk lagi ke dalam, mgkn lgsg tidur lagi, meneruskan mimpinya jadi orang kaya tanpa harus bekerja. Si adek mengantar aku pulang sambil melambaikan tangan ke Kevin, "Dadaaa dadaaa.."


Belasan kali salam dan doa ku terucap buat si tailor, malah dibales dengan gerutuan. Halah sudahlah. Biarin aja. Rejeki yg sudah di depan matapun ngga dia ambil, apalagi cm sekedar jawab salam. Aku jg ga tau apa iya dia sodaraku atau bukan. Ada sebuah riwayat, ketika dua orang muslim bertemu, siapakah yg mengucapkan salam lebih dulu?
"Yang lebih dekat dengan Allah." jawab Rosulullah SAW.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar