Jumat, 18 November 2011

Labirin Yang Sulit Atau Jalan Tol Yang Mudah?

Ini kisah nyata yg dituturkan kepadaku kemarin. Cerita tentang menyulitkan atau memudahkan urusan orang lain. Apakah kita memberikan labirin yang sulit dan berkelok2, atau jalan tol yang mudah dan lurus bagi orang lain. Kisah tentang mendzolimi atau menolong orang lain. Tentu saja cerita ini kusajikan dgn nama dan karakter yg aku samarkan, tanpa menggunakan nama sebenarnya. Semoga ada hikmah yang bisa kita petik dalam dua kisah ini.

"Pejabat Berwenang"

Nik seorang ibu muda dengan satu anak yg masih balita. Sedangkan suaminya Dul bekerja sbg kuli dgn penghasilan sangat minim. Nik hidup susah sejak kanak2. Begitu pula Dul, hidup miskin sejak kecil. Rumahnya berdinding gedek dari bambu. Beberapa hari lalu, Nik berobat ke bidan kampung karena ada benjolan pada payudaranya. Dan bidan kampung pun menganjurkan Nik agar berobat ke RSUD aja untuk mendapat perawatan lebih intensif.


Sebelum berangkat, Nik mampir dulu ke rumah Bu Yah tetangganya, untuk meminjam uang 300rb buat jaga2 biaya pengobatan. Apa arti uang 300rb buat kita? Buat beli pulsa doang ya. Atau buat beli kemeja satu potong. Tapi bagi Nik, uang segitu dipake jaga2 berobat, itupun masih berhutang ke tetangganya.
Ternyata untuk rontgen nya doang aja udah abis 300rb. Karena itu petugas di RS pun menganjurkan Nik untuk mengurus jamkesmas. Itu lho, program pemerintah bagi pengobatan keluarga miskin. Konon, udah ada dua tetanggaku dirawat opname di RSUD, biayanya Rp. 0,- menggunakan jamkesmas. Alhamdulillah.

Maka Nik pun pulang, dan berniat mengurus kartu peserta jamkesmas baginya. Ia pun menuju rumah salah satu Pejabat berwenang, seorang pria berkumis yg berkulit gelap. Namun ternyata si Pejabat berwenang menolak memberikan surat keterangan dgn alasan Nik punya sepeda motor.
"Sepeda motor kulo sepeda motor kreditan, Pak." kata Nik memohon-mohon pengertian, "Kulo niki sakit." Namun beliau tetap menolak. "Ngga, ngga bisa, ngga bisa." tolaknya. Ya Alloh, apa beratnya sih membantu orang yg sedang sangat kesulitan dan butuh pertolongan seperti itu. Nik pun pulang dgn berurai air mata. Sedih sekali. Ia lantas mengadu kepada ibunya, Mbok Mar.

Keesokan harinya Mbok Mar pun mengurus sendiri ke kantor balai desa setempat, untuk mendapatkan formulir, yg ternyata formulir tersebut tetap harus ditanda tangani oleh si Pejabat berwenang. Mau tidak mau, setelah mengisi formulir tersebut, Mbok Mar dan Dul kembali menemui Pejabat berwenang tsb untuk meminta tanda tangan. Dan lagi2 ditolak. Mbok Mar yg bahkan tidak dipersilakan masuk itu kemudian menangis di teras, "Kalo saya mampu Pak, saya ngga akan minta-minta tanda tangan kaya begini." Tapi Pejabat berwenang itu tetap menolak.

Hmmhh. Aku ngga tau ada alasan apa lagi sebenarnya yg membuat dia bersikukuh berbuat demikian kerasnya.

Mbok Mar dan anak mantu nya yang merasa didzolimi selama dua hari ini kemudian pulang dan mengadu kepada Bu Yah, tetangganya tadi, sambil menangis. Di depan Bu Yah, Mbok Mar mendoakan hal yang kurang pantas atas perbuatan Pejabat yg berwenang terhadap keluarganya. Wew, mgkn beliau mengambil kesempatan bahwa doa orang yg terdzolimi akan dikabulkan Alloh ya?
Bu Yah pun jadi tergerak untuk ikut membantu, dan kemudian mengajak Nik menemui Pejabat berwenang tsb.

Ternyata Bu Yah cukup disegani. Walaupun ibu2 rumah tangga biasa tapi Bu Yah tidak diremehkan seperti ketika Nik dan ibunya diremehkan. Setelah Bu Yah membantu memohonkan dan menjelaskan dgn kepala dingin, baru Pejabat berwenang tsb mau tanda tangan juga. Fiiuh, alhamdulillah ya.

"Razia Lalu Lintas"

Cerita belum usai sampai di sini. Setelah urusan membantu tetangganya selesai, Bu Yah pun berangkat menyusul anaknya pulang sekolah mengendarai sepeda motor. Dalam keadaan masih berwudhu Bu Yah berangkat, karena beliau selalu menyempatkan dulu sholat dhuha barang dua rakaat.

Bu Yah memang belum punya SIM C. Maklum selama ini cuma jadi biker perumahan, jarak dekat doang, jadi beliau merasa SIM C belum dibutuhkan. Akan tetapi, sekarang setiap hari beliau harus lewat di jalan raya. Dan Bu Yah pun selalu tegang di jalan, kuatir bertemu dengan polisi.
Maklum, di jalan raya yang dilaluinya sering kali diadakan razia, dan tempatnya berpindah2. Bu Yah sering mendapat info dari ibu2 wali murid lain kalo ada razia.
"Bu Yah, ada razia di deket telkom." Maka Bu Yah lewat belakang terminal menghindari telkom.
"Bu Yah, ada razia di deket jembatan." Maka Bu Yah pun muter belakang pasar menghindari jembatan.
Ternyata ibu2 kompak juga ya.

Pasti ada pertanyaan, kenapa sih Bu Yah ngga ngurus SIM C aja. Ternyata Bu Yah belum pede ikut ujian di samsat. Kuatir gagal ujian seperti teman2nya ibu2 lain yg konon berkali2 ikut tes masih aja nabrak pembatasnya.

Oke, kembali ke cerita. Hari itu tidak ada razia sama sekali di lokasi2 yg biasanya. Baik ketika berangkat ke sekolah, maupun ketika pulang, alhamdulillah. Sepeda motor pun dikemudikan dengan gembira, hati riang bahagia. Anaknya duduk di belakang sambil memeluk ibunya erat2. Siapa sangka ketika sudah dkt gang rumahnya, di tikungan U turn, berjejerlah sekitar delapan polisi berompi kuning, yg sedang berdiri di tepi jalan, merazia sepeda2 motor dan mobil.
Ya Alloh, Subhanalloh.
Deggg.
Bu Yah tercekat.
Jantungnya berdegup cepat, dag dug dag dug dag dug.
Dengkulnya lemes. Pundaknya layu.
Hanya nama Alloh yang terus terucap di bibirnya.

Akhirnya, setelah selama ini selalu menghindar, tibalah pertemuan yg tak terelakkan ini. Mungkin kalo jubah gaib nya Harry Potter ada, pasti Bu Yah segera memakainya dan menghilang dari pandangan. Tapi sayang di bawah joknya cuma ada jas hujan biasa."Wahai polisi, ini lah aku yg selama ini selalu menghindarimu." mgkn begitu batin Bu Yah.

Mata Bu Yah mulai berkaca2 karena takut. Sepeda motor menikung perlahan di U turn. Motor2 lain pun mulai dirazia polisi, satu per satu dihentikan. Sudah tidak ada lagi Bu Yah ibu2 perkasa yang berani melawan si Pejabat berwenang. Yang ada hanya seorang perempuan desa yg belum pernah urusan dengan Polisi sam sekali. Perempuan biasa yang lemah dan pasrah atas kehendakNya.
Akhirnya...
Akhirnya....
Akhirnya motor Bu Yah tetap melaju perlahan.
Melewati keramaian razia lalu lintas di tepi jalan tadi.
Melewati delapan polisi yang berdiri sigap menghentikan motor2 di jalan.

Lho.
Ngga ada satupun polisi yang memperhatikannya!
Subhanalloh.
Kok.. dicuekin?

Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Diberi kemudahan oleh Alloh Azza wa Jalla.
Plong hatinya. Bu Yah dan anaknya pun melenggang kangkung. Sepeda motornya terus jalan, lalu masuk ke dalam gang. Lolos dari razia polisi. Fiuuuh, alhamdulillah. Bu Yah pun bertekad secepatnya ngurus SIM biar ngga spot jantung begini tiap hari.

"Kesimpulan"

Ikhwatal Islam yang semoga selalu diridhoi Alloh Ta'ala. Pelajaran apa yang bisa dipetik dari dua cerita di atas?
Kadang ya, karena hawa nafsu (mgkn pas lagi emosi atau dendam), tanpa sadar kita jadi mendzolimi orang lain. Mgkn ketika itu kita lupa kalo nanti ada qishosh di hari kiamat [1]. Tapi kadang kita sendiri emang suka ga sadar sih, kalo sebenarnya kita pernah mendzolimi orang lain.

Kenyataannya kita lebih sering merasa sbg org baik yg terdzolimi. Kita sibuk mikirin siapa aja orang2 yg pernah mendzolimi kita, lalu mendoakan keburukan bagi org tersebut. Padahal kalo kita mendoakan kebaikan, maka malaikat2 akan mendoakan kita dengan kebaikan yg sama.

Itulah sebab aku pernah bilang, daripada kita lelah mikirin dan mengingat2 siapa aja orang2 yg (menurut kita) pernah mendzolimi kita, mending kita ingat2 siapa aja orang yg pernah kita dzolimi. Karena kelak, ya akhi wa ukhti fillah, org2 yg kita dzolimi itu akan menagihnya di hari kiamat. Hari dimana dinar dan dirham sudah tidak ada manfaatnya [2]. Astaghfirullahal 'adziim.

Dan betapa mulianya perbuatan menolong orang lain yg membutuhkan pertolongan. Tolong lah semampu kita. Kalo denger di pengajian sih, yg namanya mengerjakan amal soleh itu lakukan semampu kita. Misalnya sholat ngga bisa berdiri karena sakit, ya boleh duduk. Ngga bisa duduk ya boleh berbaring. Begitu pula dengan menolong orang lain. Kalo emang mudah untuk menolong kenapa ngga kita tolong. Kalo sehubungan dgn ceritaku di atas, cuma tanda tangan doang lho, apa susahnya. Ya kan?

Ketika Bu Yah menolong memudahkan urusan tetangganya, maka Alloh memudahkannya di urusan yang lain. Siapa yang memudahkan satu kesulitan saudaranya, maka Alloh akan memudahkannya di dunia dan di akhirat kelak. Alloh akan selalu menolong hambaNya yang mau menolong saudaranya [3]. Yuk kita inget2 betul soal ini. Semoga cerita ini ada manfaatnya buat kita semua ya, terutama buat diriku sendiri.

====
[1] Dari Abu Mutawakkil An Naji, bahwasanya Abu sa'id Al Khudzri radhilayyahu'anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Orang mukmin selamat dari neraka, kemudian dihisab diatas jembatan antara surga dan neraka, sehingga kezhaliman sesama mereka di dunia diqisas satu sama lainnya, sehingga jika mereka telah bersih dan suci, mereka dipersilahkan masuk surga, Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh mereka lebih kenal hunian mereka di surga, daripada mereka kenal terhadap huniannya ketika di dunia.\" (HR Bukhari)

[2] Dari Abu Hurairah radhilayyahu'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: \"Barangsiapa yang memiliki kezhaliman terhadap saudaranya, hendaklah ia meminta dihalalkan, sebab dinar dan dirham (dihari kiamat) tidak bermanfaat, kezalimannya harus dibalas dengan cara kebaikannya diberikan kepada saudaranya, jika ia tidak mempunyai kebaikan lagi, kejahatan kawannya diambil dan dipikulkan kepadanya.\"

[3] Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Barangsiapa memudahkan satu kesulitan dari saudaranya sesama muslim di dunia maka Allah akan memudahkan baginya kesulitan di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa menutupi aib saudaranya sesama muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat, dan Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.\" (HR Imam Ahmad, juga diriwayatkan Imam Muslim, Abu Daud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar