Jumat, 01 Juni 2012

SEMUA BRENGS*K!! katanya

*Semua brengs*k! Negara rusak!! Pejabat korup!! Mulai dari Lurah sampe Presiden semua busuk!! Korup! Semua Polisi doyan duit! Rekening gendut! Semua anggota DPR mikirin partai dan kelompoknya sendiri ! Ujung-ujungnya cuma duit!! Semua pegawai pajak bobrok!! Mental biadab! Ngga ada yg bermoral! Semua PNS ngga ada otaknya! Isi kepalanya kosong!! Cuma bisa ngabisin uang rakyat!


Sering denger maki-makian kaya gini ya di masyarakat?
Di angkot2. Di tempat nongkrong. Di kampus2. Di televisi. Di koran.
Di internet. Di forum2 dunia maya.
Siang malem siang malem maki-makian begini ngga pernah berhenti. Kenapa siang malem memaki? Ya karena memang hanya itulah yang mereka bisa (haghaghag).




Bukannya sebaik2 orang itu yg bermanfaat buat orang lain? Kalo tiap hari maki2 doang, dapet apa? Apanya yg bermanfaat buat orang lain?

Oke. Tarik nafas dalem2.
Inhale. Exhale. Mudah2an setelah ini kita mulai introspeksi diri, apakah kita termasuk yg gemar memaki-maki dan menghujat kaya junker ababil di komik di atas.

Sebenarnya, mereka itu -yg gemar menghujat- tau dari mana hal-hal negatif itu? Apakah tau sendiri?
Iya, mungkin. Mungkin sebagian masyarakat yg gemar mencaci maki itu tau sendiri keburukan sebagian oknum pejabat di masyarakat yang tidak amanah, sehingga dia mencaci. Dan cerita buruk tentang sebuah layanan publik memang lebih cepat menyebar daripada cerita baiknya.

Contoh ya.
Seorang abege naik motor tanpa helm. Lalu dicegat polisi dan diancam akan ditilang.
Lalu si abege minta damai. Akhirnya dia nyelipin uang lima puluh rebu, lalu dikantongin diam2 oleh si polisi. Selesai. Tau sama tau. Masing2 tersenyum senang saat itu.
Tapi di belakang, jalan damai itu ngga berarti damai bagi si abege. Dia pun misuh2, koar2 ke teman2nya. Cerita ke temen2nya, "Polisi brengsek!! Gue kena palak lima puluh rebu!!" Temen2nya pun ikut memaki2 dan cerita nyebar kemana2. Whatta.. Dia lupa cerita ke temen2nya kalo itu terjadi karena dia melanggar peraturan lalu lintas. Bukankah sebenernya yg salah ini dua2nya? Tapi cerita yg beredar kemudian jadi tidak seimbang.
Dan karena kejadian itu, ia dan temen2nya pun menghakimi bahwa semua polisi brengsek.

Tapi taukah di sisi lain, ada seorang ibu lanjut usia yg mencari2 seorang polisi baik hati hingga bertahun2. Jadi, duluuu bertahun2 yg lalu, polisi baik hati itu bersama keluarganya pernah menolong si ibu ini ketika beliau in the middle of nowhere. Akhirnya setelah cari kesana kesini, telpon sana sini, si ibu itu berhasil bertemu dengan polisi ini (yg ternyata sudah pensiun dan sedang bertani). Si ibu lanjut usia ini hanya ingin sekedar mengucapkan terima kasih yg sebesar2nya karena dulu pernah ditolong. Sementara si pensiunan polisi ini mungkin sudah lupa2 ingat pernah menolong. 
Ah. Ini cuma contoh kisah yg pernah dituturkan ibu ini kepadaku.


Oke lanjot.
Lalu, selain kebetulan mengalami sendiri, dari mana kita tau ada kebobrokan lain? Yup, dari media. Ada media yg kerap menyajikan berita2 negatif. Berita disajikan lengkap dengan narasumber yg mendukung beritanya, membombardir masyarakat dgn berita negatif yang sama berulang2. Dikupas sangat mendalam, karena kata mereka bad news is good news. Dan sebagian masyarakat pun percaya 100% bahwa kebenaran adalah milik media. Ngga peduli orang bilang apa, kalo media bilang kuning2 di kali adalah emas, maka semua orang akan bilang kuning2 di kali adalah emas.



Padahal belum tentu benaaar!!!
Media tsb menghakimi dengan kata semua-semua-semua. Dan sebagian masyarakat pun ter-brainwash bahwa semua buruk, semua bobrok, pemerintahan kita buruk, pemerintahan kita rusak. Gulingkan. Gulingkan. Gulingkan. Intinya itu aja sih.

Karena itu, jangan bilang SEMUA buruk, jangan bilang SEMUA brengsek, ketika kita ternyata hanya tau beberapa orang aja yang buruk (apalagi sumbernya hanya dari kata media).
Ketika kita ngatain semua polisi buruk, tau ngga polisi2 lalu lintas yg nyebrangin anak sekolah setiap pagi? Ada tuh pak polisi2 yg selalu berdiri tiap pagi di depan jalan raya Mojoagung, nyebrangin anak2 sekolah, sambil tersenyum ramah. Semoga Alloh senantiasa melindungi dan menjaganya.
Dan tentu masih banyak lagi polisi2 yg baik. Yang panas2 berdiri di pinggir jalan atur lalu lintas. Yang angkatin korban2 kecelakaan. Yang meraup otak2 yang berceceran, darah dimana2. Pernah tau ya?
Hanya saja yang baik2 dan berjasa ini ngga diberitain di media. Ngga papa sih, ngga semua orang liat. Tapi Alloh Ta'ala Maha Melihat kok.

Ketika ngatain semua anggota DPR buruk, tau ngga anggota dewan yg hafal Al Quran? Yang bener2 berjuang atas nama rakyat? Yang mementingkan umat, bukan golongannya sendiri? Ngga tau, karena yang baik2 dianggap ngga laku diberitakan. Maluuuu bener, ketika siapa yg kita maki2 itu ternyata jauh lebih mulia dari kita. Tapi kebanyakan dari kita ngga liat hal itu.
Ya memang ngga papa sih, ngga semua orang liat. Tapi Alloh Ta'ala Maha Melihat.

Ketika ngatain pegawai negeri sipil buruk, makan gaji buta, keluyuran di tempat bilyard pake baju pemda coklat2. Itu kan cuma sebagian oknum. Tau ngga guru2 yang mengajar dengan sungguh2 di sekolah?
Trus yang katanya sumbangsih PNS kepada rakyat NOL BESAR, tau ngga 32 ribu pegawai pajak harus turun ke jalan berpanas2. Berhadapan2an dengan wajib pajak nakal hampir tiap hari. Dan mereka harus kerja keras nyetor lebih dari 800 trilyun ke APBN.
Ya memang ngga semua orang liat. Tapi Alloh Ta'ala Maha Melihat.

Bagaimana cara kita minta dihalalkan (meminta maaf) kepada mereka yang baik yang ikut kita fitnah dan caci maki dengan kata "SEMUA"?

Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang memiliki kezhaliman terhadap saudaranya, hendaklah ia meminta dihalalkan, sebab dinar dan dirham (dihari kiamat) tidak bermanfaat, kezalimannya harus dibalas dengan cara kebaikannya diberikan kepada saudaranya, jika ia tidak mempunyai kebaikan lagi, kejahatan kawannya diambil dan dipikulkan kepadanya." (HR Bukhari)

5 komentar:

  1. suka artikelnya...
    terima kasih sudah mencerahkan.. :)

    BalasHapus
  2. @anna : makasih anna, semoga bermanfaat ya
    @angga: alhamdulillah, makasih ya angga

    BalasHapus