Kamis, 07 Juni 2012

Extra Ordinary 90 Derajat

tatap mata saya
"Extra Ordinary"

Ini sebuah kisah extra ordinary di malam antrian pemotretan E-KTP di sebuah kantor kecamatan.
Saat itu adalah puncak-puncaknya keramaian. Penduduk desa berduyung-duyun, berbondong-bondong mendatangi kantor Kecamatan. Semua orang memiliki harapan yang sama, yaitu secepat mungkin menyelesaikan urusan foto-fotoan ini. Kalo bisa nih, begitu dateng, langsung dipotret, trs pulang. Selesai.

Sebenarnya acara pemotretan E-KTP di mana2 sih dimulai sejak pagi ya. Cuma mungkin karena pagi siang sore udah penuh antrian, panas pula, akhirnya orang lebih banyak yang memilih datang malem aja, "Yaa siapa tau udah pada abis." Tapi ternyata jauh panggang dari api. Berharap sepi malah ramai. Justru mereka2 yg menunda malem, akhirnya ketemu dengan orang2 lain yg memang siangnya bekerja. Akhirnya menumpuklah begitu banyak orang pada malam hari.


Tapi di antara begitu banyak penduduk desa yang hendak antri pemotretan E-KTP, ada seorang pemuda yg berpikiran tidak biasa. Alias extra ordinary.
Kalo orang-orang lain berbondong-bondong menuju kantor Kecamatan, si pemuda ini justru meninggalkan kantor Kecamatan. Kalo orang2 lain (sebutlah) berjalan ke Timur, maka si pemuda ini justru berjalan ke Barat. Lho mau kemana?

Ternyata pemuda ini mencari orang2 lanjut usia yg belum berangkat pemotretan E-KTP!
Sampailah ia di kediaman seorang nenek tua yang biasanya berjualan nasi pecel. Semua dialog tentu saja menggunakan bahasa Jawa yang sudah kuterjemahkan. Kira2 inti percakapannya seperti ini:
"Nek, udah foto KTP?" tanya si pemuda.
"Ngga.. usah, ..Nak." kata si Nenek tua dengan suara khas nenek-nenek. "Udah- punyaaa.. yang- seumur hiduuup.."
"Lho, ya tetep harus buat, Nek. KTP yang lama itu udah ngga kepake lagi abis ini."
"Ngga ada- yang- .. anteeriiin." kata si Nenek lagi.
"Sini aku yg anter."
Akhirnya si Nenek tua itu pun berganti baju (pakaian khas nenek2), lalu memakaikan kerudung di kepalanya. Mereka pun berangkat berboncengan sepeda menuju kantor Kecamatan.
Setelah didaftarkan ke meja petugas panitia, si Nenek itu pun berdiri menunggu di dekat situ. Dan ternyata sosoknya yang sudah begitu tua dan rapuh berdiri sendirian menarik perhatian salah satu petugas.
"Lho nenek udah foto?"
"Beeeluum- Naak.." kata si Nenek dengan suara khas nenek-neneknya.
"Ya udah yuk, duluan aja." ajak si Petugas, yg lalu bilang ke orang2 minta ijin si Nenek untuk diprioritaskan. Tentu saja orang2 setuju karena iba melihat sosok si nenek yang sudah renta.
Tapi ternyata setelah difoto, si Nenek kembali berdiri menunggu di tempat yg sama dan ngga segera pulang. Petugas pun bertanya lagi kenapa kok nenek ngga segera pulang.
"Ngga ada yang anteeeeriin." jawabnya.
"Lho emang tadi kesini ama siapa?" tanya si petugas. Nenek itu pun menunjuk pemuda tadi yang masih menunggu antrian reguler bersama orang2 lain.
"Ya udah mas foto duluan aja, kasihan si Nenek ini ngga ada yg anterin pulang." usul si petugas.
Maka si pemuda itu pun kemudian difoto, dan segera mengantarkan si nenek pulang ke rumahnya. Alhamdulillah. Alloh Ta'ala senantiasa menolong hambaNya selama hambaNya itu suka menolong saudaranya. [1]

"90 Derajat"

Cak Mul seorang pegawai pabrik di sebuah perusahaan modal asing di Mojokerto. Usianya kalo ngga salah sekitar 45 tahunan, memang sudah tidak muda lagi. Suatu hari di pabrik tempatnya bekerja, ketika ada sebuah barang yang jatuh di lantai, Cak Mul lalu membungkuk mengambil barang itu. Namun ternyata, tubuhnya tidak bisa lagi tegak seperti semula. Tubuhnya tertekuk, membentuk sudut 90 derajat, seperti posisi ruku' dalam sholat. "Adduh adduh adduh.." kira2 begitu. Cak Mul pun dilarikan ke rumah sakit.
Setelah diperiksa, dokter pun mendiagnosa ada yang terjepit di tulang punggungnya dan harus dioperasi. Untunglah semua biaya pengobatan ditanggung oleh perusahaan, Alhamdulillah. Selain itu seperti halnya kerukunan di tempat2 kerja lain, rekan2 Cak Mul di pabrik pun mengumpulkan infaq buat bantu2 keperluan Cak Mul untuk sedikit meringankan beban musibahnya.
Operasi besar pun siap dijalankan.

Cak Mul berbaring 90 derajat di atas dipan beroda, didorong oleh perawat menyusuri lorong rumah sakit. Saat itu Cak Mul hanya didampingi oleh ayahandanya yang sudah kakek2. Mereka bertiga sejatinya akan menuju ke ruang operasi, ketika tiba2 si perawat titip pesan kepada si kakek, "Pak sebentar ya, saya tinggal dulu sebentar." Sepertinya ada sesuatu yang ketinggalan, sehingga si perawat kemudian menitipkan Cak Mul dan dipan beroda nya kepada si kakek.

Si kakek -ayahanda Cak Mul- yang sudah tua ini tidak begitu paham, dan sudah tidak begitu peka pendengarannya, sehingga hanya diam saja. Dan setelah si perawat pergi meninggalkannya, ternyata dipan beroda itu pun pergi sendiri meninggalkannya!
Karena lorong rumah sakit jalannya agak menurun, perlahan2 dipan beroda itu pun bergerak sendiri, rrrrrrrrrr meluncur ke bawah kaya di film2 Dono Kasino Indro.
Semakin cepat. Rrrrrrrrrrr.
Cak Mul yang tadinya berbaring tiba2 merasa terkejut melihat dipan yang ditidurinya melaju begitu kencang, tanpa ada yang memegangi. Lho lho lho. Cak Mul kaget sekali. Hooowaaaaaa. Secara reflek, tangan Cak Mul pun bergerak meraih tiang tiang yang berjajar di tepi lorong rumah sakit, berharap bisa menghentikan laju dipan nya.
Ceppp!! "Huuppp!!" Tiang berhasil dipegangnya.
Tapi dipan pun terbalik!
Tubuh Cak Mul pun jatuh terlempar, terbanting di tanah. Gubraakk, gabruuukkk, gedubraaakk!!
Urrgghhhh.
Perlahan2 Cak Mul mencoba berdiri.
Ternyata ia bisa berdiri tegak sempurna.
Subhanalloh. Udah ngga 90 derajat lagi.
Cak Mul pun ngga jadi dioperasi!
Sedangkan uang2 hasil infaq teman2 yang telah terkumpul dan disumbangkan kepadanya pun kemudian dibelikan sepeda motor baru. Alhamdulillah.

Siapa sebenernya Cak Mul?
Cak Mul ini orang yang ringan tangan untuk agamanya.
Yang selalu menata2 karpet ketika akan ada pengajian. Yang selalu membersihkan kotak2 kue dan gelas aqua. Yang selalu menggulung karpet dan merapikannya setelah acara pengajian usai. Tau ya orang2 seperti ini di lingkungan kita. Orang2 ringan tangan yg berada di balik layar, ngga pake penunjukkan panitia2an tapi sbnrnya ikut membantu mensukseskan sebuah kegiatan keagamaan.
Yang mungkin bagi kita malah ngga kepikiran sama sekali.
Kita mgkn tau nya cuma duduk di majelis, dan pulang.
Karena itu jagalah Alloh, maka Alloh akan menjagamu. Kenalilah Alloh ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. [2]

Kisah nyata ini kutulis kurang lebih, sebagaimana diceritakan oleh Ustad Khoiri dalam pengajian rutin di mushola Asy Syariif di kantor kami.
Semoga bermanfaat.


Catatan hadits : __________________

[1] Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim)

[2] Dari Ibn ‘Abbas radhiallahu anhu, dia berkata, “Suatu hari aku berada di belakang Nabi Shallallahu alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, ‘Wahai Ghulam, sesungguhnya ku ingin mengajarkanmu beberapa kalimat (nasehat-nasehat), ‘Jagalah Allah, pasti Allah menjagamu, jagalah Allah, pasti kamu mendapatinya di hadapanmu, bila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah dan bila kamu minta tolong, maka minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah, bahwa jikalau ada seluruh umat berkumpul untuk memberikan suatu manfa’at bagimu, maka mereka tidak akan dapat memberikannya kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan Allah atasmu, dan jikalau mereka berkumpul untuk merugikanmu (membahayakanmu) dengan sesuatu, maka mereka tidak akan bisa melakukan itu kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan Allah atasmu. Pena-pena (pencatat) telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. at-Turmudzy, dia berkata, ‘Hadits Hasan Shahih’. Hadits ini juga diriwayatkan Imam Ahmad)

 Dalam riwayat lain, “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”

1 komentar:

  1. saya suka cerita yang pertama...
    memang kalo kita suka berbuat baik, inys allah bakal berbnalik ke kita. ya...ibarat bumerang

    BalasHapus