Ikhwatal Islam rohimakumullah.
Dulu, pertama kali aku tinggal di kampungku ini (setelah sebelumnya tinggal di luar pulau jawa-pen) ada banyak pemandangan sehari2 yg bikin aku menjerit tak bersuara, terpaku, mata melotot, tangan di kedua pipi agak di bawah dagu dan mulut menganga lebar (sok imut banget posenya).
Apa itu yg membuatku tercengang?
Tiada lain tiada bukan, adalah anak kecil yg pipis sembarangan!!!
Dulu, pertama kali aku tinggal di kampungku ini (setelah sebelumnya tinggal di luar pulau jawa-pen) ada banyak pemandangan sehari2 yg bikin aku menjerit tak bersuara, terpaku, mata melotot, tangan di kedua pipi agak di bawah dagu dan mulut menganga lebar (sok imut banget posenya).
Apa itu yg membuatku tercengang?
Tiada lain tiada bukan, adalah anak kecil yg pipis sembarangan!!!
Anak kecil ini berdiri di tepi teras rumahnya, lalu dia turunin tuh bagian depan celana kolornya, kemudian toweng, dan cuuurrrr di tanah. Belum habis air kencingnya, masih tes tes tes, ia lalu menaikkan lagi celananya (ssesssss, lgsg ada noda basah bulet di celananya). Kemudian ia berjalan santai masuk lagi ke dalam rumah. Tanpa rasa bersalah. Ngga peduli kaki nya terpercik najis, yang lalu najisnya akan terbawa ke dalam rumah. Ngga peduli lantai teras ikut terpercik najis, walaupun teras itu menjadi tempat favorit ibu2 duduk ngerumpi.
Reaksiku spontan adalah bisikin anak-tidak-dikenal itu? "Koyo weDDHHUUUUSS!!" (kaya kamBIING!!)
Astaghfirulloh, saya esmosi sodara2. *tepok jidat*
Si anak pun takut. Hiks hiks. Jadi nyesel T_T
Ah tapi itu dulu.
Sekarang udah ngga ada lagi pemandangan gitu.
Kalo kita mau nih, sbnrnya kita bisa ikut mendidik anak2 kecil yg anti kemapanan itu (hahaha, apa coba) supaya ngga lagi2 pipis sembarangan dan ngga cebok. Supaya mereka tau betapa menjijikkannya perbuatan itu.
Maka ketika kemudian anak2 kecil itu tau wudhu, tau sholat dan tau arti najis, maka ngga ada lagi sekarang anak2 yg pipis sembarangan. Semua diajarin bahwa pipis itu di kamar mandi, cebok disiram pake air yg bersih. Begitu pula tempat pipisnya disiram pake air hingga bersih. Bagi anak2 yg memakai celana panjang, kudu digulung dulu supaya bagian terbawah tidak terpercik najis.
Sedangkan si anak-tidak-dikenal tadi (kalo ga salah namanya Adri) mudah2an setelah tau sholat, dia udah ga pnh pipis sembarangan lagi. Memang sih Adri bukan murid ngaji kami, tapi karena ibunya suka sholat berjamaah, si Adri ini jg suka ikut sholat berjamaah bersama anak2 kecil lain. Dan walaupun bukan muridku, Adri ini suka nyapa, "Tumbas nopo Bah?" (beli apa Bah) kalo ketemu aku di warung. Hehehe lucu. Hubungan kami skrg baik2 aja. Mgkn dia udh lupa pernah kubentak. Mudah2an.
Yaaah, harap maklum lah om, namanya jg anak kecil.
Iya, kita semua tau kok anak kecil belum ada kewajiban menjalankan syariat Islam [1]. Tapi najisnya tetep najis kan? [2]
Karena itu lah tugas orangtua untuk mendidik mereka. Dan syarat mendidik adalah harus berilmu. Kalo pagi siang sore ibunya liat infotainment melulu, pagi siang sore duduk2 di teras ngrumpi ama tetangga, pagi siang sore ndangdutan, dan malemnya liat sinetron, lalu kapan seorang ibu belajar (sbg bekal utk mengajarkan kebaikan kpd anaknya)? Jadikan rumah kita madrasah, tempat belajar Al Quran dan sunnah Rasulullah. Anak2 santrinya. Bapak dan ibu yg jadi ustadz dan ustadzah nya.
Dan kita semua tau lho ya, bahwa kebiasaan pipis sembarangan ini bukan cm kebiasaan buruk anak kecil. Tapi juga kebiasaan buruk orang dewasa -yg memang sudah biasa pipis sembarangan sejak kecil (pasti begitu). Karena ada anak kecil yg sejak kecil selalu dididik utk pipis di kamar mandi. Begitu dalam perjalanan di mobil dan dia kebelet pipis, darurot nih, maka si ayah menepikan mobilnya di jalan tol. Pintu dibuka, si anak kecil turun, dan ngga mau pipis di rerumputan. Akhirnya si anak naik mobil lagi dan si ayah buru2 mencari rest area terdekat.
Mungkin karena lingkungan di desa yg mgkn berpenghasilan menengah ke bawah, om?
Oh kata siapa? Ngga lah. Ngga ada hubungannya dgn tingkat ekonomi.
Ada kenalanku orang kaya, setauku gajinya puluhan juta sebulan, tinggal di perumahan elit dan anak2nya sekolah di sekolah mahal. Tapi ketika anaknya pipis, yg dicari bukan toilet, tapi selokan!! Si anak ini hanya bisa pipis di selokan dpn rumah, cuuuurrr, tes tes, ssessss. Selesai, dan najis ikut ke dalam rumah. Na'udzhubillahi mindzalik.
Mungkin karena tingkat pendidikan yg rendah, om?
Oh engga.
Suatu hari aku ikut sebuah acara sosialisasi di sebuah hotel di sebuah kota di Jawa Timur yg berawalan huruf G. Nah suatu ketika aku ke toilet. Di situ berjejer urinoir2 porselen nempel di dinding. Sebelum pipis, biasanya aku suka ngecek tuh tombolnya, beneran keluar airnya apa engga. Ternyata mati, gan. Semua kucek, mati semua. Ya sudah, berarti aku pun antri di satu2nya kamar mandi di situ. Di belakangku ada jg beberapa temen yg ikutan antri pipis di kamar mandi setelah kuberitahu urinoirnya mati.
Tiba2 datenglah seorang pejabat, S2 tentu saja, pipis di urinoir kering tadi, cuuur, tes tes, ssessss, dan pergi begitu saja. Aku cuma melongo. Gimana sholatnya nanti???
Urinoir pun sbnr nya rawan oleh percikan air kencing ya, kecuali urinoir yg disediakan pembatas plastik berdiri yg menghalangi percikan (seperti pada gambar di bawah ini).
Iya tuh kebiasaan buruk cowok tuh.
Eeitt jangan salah.
Eeitt jangan salah.
Emang sih sering kita liat cowok pipis di bawah pohon, di ban mobilnya sendiri (sekalipun mobilnya mahal), bahkan di tembok terminal Bungurasih yg jelas2 ada tulisannya DILARANG KENCING DI SINI. Ya elah Mas, toilet umum cuma serebu, bersih pula. Hobi bener sih ngencingin tembok.
Tapi, pernah jg aku tau cewek pipis sembarangan.
Jadi cowok cewek (mgkn suami istri) naik motor gitu, menepi di pinggir jalan, kebetulan di situ ada sebuah kebun rindang yg dikelilingi tembok dan ada sebuah dinding yg terbuka (mgkn bekas ambrol) yg bisa dimasukin orang. Dan si mbak itu celingak celinguk, lalu masuk ke dalam kebun dan jongkok. Tentu aja aku mengasumsikan dia mau pipis. Ya dong. Masa lagi enak2 naik motor, tiba2 liat kebun kosong lgsg menepi, trs jongkok di rumput2 gelap gitu karena si mbak mau beli pulsa? Ya engga lah. Kemungkinan besar emg mau pipis. Mudah2an sih si mbak bawa botol Aqua. Atau mau beristinja' memakai tiga buah batu [3]?
Artinya apa?
Artinya itu kebiasaan.
Dan kebiasaan buruk harus dikalahkan dgn kebiasaan baik ya.
Dengan terus membiasakan pipis di toilet, lalu cebok dan disiram dengan air, akhirnya kebiasaan buruk pipis sembarangan pun jadi luntur, karena mind set kita perlahan2 akan berubah jadi baik.
Misalnya nih, kembali ke cerita mbak tadi, Bagaimana jika kejadian kebelet pipis luar biasa itu menimpa kita? Rasanya udah diujung bangeeettt.
Nah, kenapa ngga berhenti di pom bensin? Kan ada toiletnya bersih. Lagian jaraknya mgkn ga nyampe 100 meter lho dari kebun itu. Atau cari masjid dan mushola di pinggir jalan, biasanya mereka menyediakan kamar mandi umum juga 'kan? Atau kalo darurat bangeeeett, kenapa ga ketuk rumah orang. "Bu bu, maaf saya kebelet banget buang air." Ucapkan dgn sopan. Jgn lupa tinggalin sedekah sepuluh dua puluh ribu sebagai ucapan terima kasih ke pemilik rumah.
Trus, satu lagi nih, penting.
Doain pom bensinnya (karyawan2 dan pemilik SPBU), doain takmir masjidnya, dan doain si ibu pemilik rumah tadi. Karena mereka udah menolong kita yg udah dlm keadaan di ujung tanduk tadi. Dapet pahala deh Insya Alloh. Lalu malaikat2 pun mendoakan kita dgn kebaikan yg sama.
Ikhwatal Islam rohimakumullah.
Setelah berbagai contoh perilaku sehari2 aku ceritain di atas, maka ada satu pertanyaan besar yg menggelitik kita semua. Dengan pipis sembarangan dan tidak beristinja' (cebok) sesuai yg disyariatkan, apa ngga takut badan dan baju kita najis? Padahal orang yg sholat dengan ada noda najis air kencing pada pakaiannya, maka sholatnya tidak sah. Tapi orang2 itu cuek2 aja ya. Ga peduli gitu. Atau memang mereka meninggalkan sholat?
Kalo meninggalkan sholat ya udah jelas ya, nanti di padang mahsyar akan dikumpulkan bersama Fir'aun,
Qorun dan mereka lainnya yg diadzab Alloh [4], na'udzubillahi mindzalik.
Tapi bagaimana kalo ternyata mereka itu sodara2 kita juga yg selalu menjaga sholat? Lalu karena keteledorannya (menganggap hal remeh, bukan hal besar) maka sholatnya menjadi tidak sah? Tidak tahukah bahwa kebanyakan siksa kubur disebabkan karena kita lalai terhadap air kencing? [5]. Na'udzubillahi mindzalik.
Yuk mulai sekarang, belajar lbh bersih lagi. Betapa Alloh memuji orang yg suka menjaga kesuciannya. Alloh Ta'ala berfirman, "Di dalamnya ada orang-orang yang suka membersihkan diri Dan Allah menyukai orang yang membersihkan diri." (QS. An-Taubah : 108)
Mari kita tinggalkan kebiasaan buruk kencing sembarangan dan tidak cebok. Bukan cuma kita, tapi juga anak2 kita. Kalo perlu juga anak2 tetangga kita. Kita ajarin tentang ini.
Lalu hati2 sehati2nya menjaga air kencing ketika buang hajat di kamar mandi. Usahakan sejauh mgkn badan kita dari air seni. Usahakan tidak terpercik najis. Kalo bercelana panjang ya digulung bagian bawahnya, atau dilepas sekalian. Lalu setelahnya, siram yg bersih. Semoga segala usaha kita utk berhati2 dicatat Alloh sebagai pemberat amalan sholeh kita di akhirat kelak.
Sebenernya bahasan ttg bab thaharah ini sangat luas. Ayo belajar lagi adab2 buang hajat. Tapi memang hari ini aku hanya memfokuskan kepada jaga najisnya aja dengan bahasa2 yg sederhana yg semoga mudah dicerna dan diamalkan.
Semoga bermanfaat ya akhi wa ukhti fillah.
Catatan hadits: ____________
[1] Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Diangkatnya pena (kewajiban) dari tiga orang: Dari anak kecil hingga ia baligh, orang yang tidur sampai ia bangun, dan dari orang gila sampai kembali akalnya." (HR. Abu Dawud, al-Nasa'i, al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)
[2] Dari ‘Ali bin abi Thalib, bahwa Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: kencing anak laki-laki yang masih menyusui, cukup di perciki (air), dan kencing anak perempuan harus dicuci. Qatadah berkata : Dani ini selama mereka belum makan (makanan) maka kalau mereka sudah makan, harus dicuci, baik laki-laki maupun perempuan. (HR ahmad dan at-Tirmidzy, dan berkata at-Tirmidzy, hadist ini Hasan, Nailur Authar hadist no. 31)
[3] Dari buku Fiqh Islam Kitab Thaharah-nya Ust Ahmad Sarwat, Lc, beristinja' dengan batu atau benda lain selain air disebut Istijmar. Dari Aisyah radhiallahu anha bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, `Bila seorang kamu datang ke WC maka bawalah tiga buah batu, karena itu sudah cukup untuk menggantikannya`. (HR. Abu Daud, Baihaqi dan Syafi`i)
Sedangkan selain batu, yang bisa digunakan adalah semua benda yang memang memenuhi ketentuan dan tidak keluar dari batas yang disebutkan :
1. Benda itu bisa untuk membersihkan bekas najis.
2. Benda itu tidak kasar seperti batu bata dan juga tidak licin seperti batu akik, karena tujuannya agar bisa menghilangkan najis.
3. Benda itu bukan sesuatu yang bernilai atau terhormat seperti emas, perak atau permata. Juga termasuk tidak boleh menggunakan sutera atau bahan pakaian tertentu, karena tindakan itu merupakan pemborosan.
4. Benda itu bukan sesuatu yang bisa mengotori seperti arang, abu, debu atau pasir.
5. Benda itu tidak melukai manusia seperti potongan kaca beling, kawat, logam yang tajam, paku.
6. Jumhur ulama mensyaratkan harus benda yang padat bukan benda cair. Namun ulama Al-Hanafiyah membolehkan dengan benda cair lainnya selain air seperti air mawar atau cuka.
7. Benda itu harus suci, sehingga beristijmar dengan menggunakan tahi / kotoran binatang tidak diperkenankan. Tidak boleh juga menggunakan tulang, makanan atau roti, kerena merupakan penghinaan.
Bila mengacu kepada ketentuan para ulama, maka kertas tissue termasuk yang bisa digunakan untuk istijmar.
Namun para ulama mengatakan bahwa sebaiknya selain batu atau benda yang memenuhi kriteria, gunakan juga air. Agar istinja’ itu menjadi sempurna dan bersih.
[4] Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang menjaganya, ia akan memperoleh cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari kiamat. Dan siapa yang tidak menjaganya, dia tidak akan punya cahaya, petunjuk, dan tidak selamat. Dan kelak pada hari kiamat ia akan bersama Qarun, Fir’aun, Hamman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, Ad-Darimi, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
[5] Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda saat mendatangi sebuah kubur, "Sesungguhnya keduanya (penghuninya) sedang mendapat siksa. Keduanya tidak disiksa karena perkara yang besar. Adapun salah satunya karena tidak menutupi (dengan bersih) dari kencingnya. Adapun yang kedua karena sering namimah (menjelekkan orang lain)". (HR. Bukhori)
Dalam hadits lain, Beliau juga bersabda, "Bersihkan dirimu dari kencing, sebab kebanyakan siksa kubur disebabkan olehnya." (HR ad-Daraqutni)
Subhanalloh...bagus banget tulisannya.
BalasHapusSyukron.
Syukron, afwan,
Hapusmoga2 bermanfaat