Senin, 25 November 2013

Dapur Bersih

Kata temenku -Adit-, aku itu dapur bersih. Hihihi.
Well, jadi begini. Aku itu angot2an. Someday aku rame, ngelawak, lucu, becanda. Someday aku dingin, diem, silent, kacamata kuda. Dulu jaman SMA kelas satu, aku pernah jam istirahat diem aja di kelas, lalu temen2 di luar melongokkan kepala di pintu, "Yan lapo koen, ndang mrene dienteni arek2 iki." (Yan ngapain kamu (dalem kelas aja), cepetan kesini ditungguin anak2.
Rupanya mereka nungguin aku cerita konyol2 di teras kelas seperti biasanya, lalu tertawa gaduh bersama.

Begitu pula di ruangan kantor ini.
dari eramuslim
Kadang aku rame. Kadang juga aku diem. Kalo udah diem temenku akan negur, "Serius banget, mas." atau "Kok diem aja." Lalu dengan bijak (halah) kujawab, "Fal yaqul khairan, aw liyasmut." Berkatalah yang baik, atau diam.  Kalo versi panjangnya sih "Man kana yu'minu billah wal yaumil akhir, fal yaqul khairan aw liyasmut.", sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari riwayat shahihain Bukhari Muslim.

Itu kalo pas aku lagi sadar begitu tuh.
Tapi ntar kalo kumat, ya aku becanda lagi ngelawak2 -sigh-. Dan kalo udah ketawa2, maka temenku akan komentar, "Ya gini nih dapur bersih." Hihihihi. "Andai temen2 fesbuk nya omsqu tau, hahaha." katanya ama ngakak2. Wo wo wo. Sebenernya jg temen2ku di dunia maya tau kok kalo aku gokil suka ngelucu2. Bisa keliatan kok ya dari tulisan2ku. Ya kan? Ya kan? Ya? Ya? (nyari temen hihihi). Tuh buktinya kusediain katagori khusus "gokil" di blog ini, walaupun tidak menutup kemungkinan kegokilanku yg lain kususup2i juga di tulisan yg berbau nasehat hihihi.


Tapi baiklah, komentar dapur bersih ini malah menginspirasiku bikin tulisan hari ini.
Dapur bersih itu bisa diartikan hanya menampilkan yang baik dan indah saja di depan, sementara dapur kotornya di belakang sana engga keliatan.
Sebagian orang mungkin seketika akan menganggap bahwa ungkapan dapur bersih sama dengan pencitraan? Mirip ya? Sebenernya kalo dapur bersih konotasi nya masih bagus, tapi kalo pencitraan konotasinya jelek. 
Seakan2, orang yg menuduh pencitraan itu ngatain ,"munaaafffik!!!" sekalipun bukan kata itu yg terucap, tapi -well yeah- sebagian orang menganggap bahwa munafik itu sebutan bagi orang yg bermulut manis tapi sebenernya engga. Cocok bagi orang yg tampaknya baik padahal di belakangnya engga baik.

Sahabat fillah temen2nya omsqu yang senantiasa dirahmati Allah.
Omong2 soal baik engga baik, ada gitu orang yg 100% baik, ngga berdosa, kecuali Rasulullah shallallahu alaihi wasallam? 
Tentu aja ngga ada ya. 
Jadi, semua orang pasti punya sisi ngga baik, pernah berbuat salah, khilaf dan dosa, punya aib yang ngga semua orang tau.Dan kewajiban bagi semua orang untuk menutupi aibnya sendiri! 
Ada sebuah quote yg kita semua sering denger, "Kita dipandang baik kadangkala bukanlah karena benar-benar baik, tapi karena Allah menutup aib yang ada pada diri kita." (1)

Trus emangnya peminum khamr ngga boleh menasehatkan hal baik?
Misalnya ada seorang bapak minum2 khamr, lalu anaknya ikut minum2 di teras rumah.
Lebih baik mana, si Bapak bilang, "Eh nak, masuk lo sana, jangan ikut minum2 kaya bapak." atau si Bapak diamkan saja anaknya ikut rusak.
Tentu saja (dari dua pilihan itu) lebih baik pilihan yang pertama.
Walau masih belum lepas dari nyekek botol, tapi si Bapak udah mengamalkan watawaas shaubil haq.

Sayangnya, jaman sekarang ini, setiap hal baik kok ya langsung dibilang pencitraan.

Jokowi blusukan, pencitraan.
Dahlan Iskan duduk di lantai, pencitraan.
Angel Lelga pake jilbab juga dibilang pencitraan.
(eh tau amat si om ama infotainment) 
Abaikan saja. 

Yuk lanjut.
Sebutlah dua orang. Si A dan Si B. 
Si A memiliki kekurangan begitu pula si B. 
Yeaah right, mana ada sih orang ga punya kekurangan. Sayangnya, kita sulit melihat kekurangan kita sendiri. Mata kita diciptakan untuk menatap ke depan. Itu sebab kita butuh (ber-)cermin untuk meilhat diri kita sendiri. Oke, jadi ada dua orang yg kondisinya sebutlah sama. Sama2 baik, tapi juga sama2 punya kekurangan.


Si A menuliskan hal baik, lalu si B bilang pencitraan. Si A berbuat baik yang lain lagi, si B gembar gembor lagi bahwa si A ini pencitraan. Si A berbuat baik lagi, si B makin panas dan membongkar aib si A agar semua orang tau siapa si A ini sebenernya.

Akhirnya, yg satu teruuuus aja berbuat baik. Yang satu makin benciiiii, sebel, muak dan teruuuus aja membongkar aib temannya. Kalo bisa semua orang harus tau. 
Nah, kelak Allah akan membongkar aibnya orang yg suka menggibah dan mengintai kejelekan sodaranya  begini (2).

Karena dibongkar aibnya, akhirnya si A pun dijauhi. Ga ada lagi yang mendengarkan nasehatnya. Sementara si B tertawa puas dengan kemenangannya. Setan lah yang tertawa bersamanya. Na'udzubillah.


Tapi Si A memang pencitraan, om!
Ente su'udzon dong kalo gitu? Lagian gimana kita tau isi hati orang lain busuk apa engga? Lebih baik introspeksi diri sendiri. Jangan2 kita sendiri yang busuk hatinya, hayooo.

Etapi beneran om, si A itu nyebelin nya setengah mati kalo di luaran. Banyak yg ga seneng ama dia. Pokoknya sehari2nya beda ama yang ditampilkan di dunia maya.
Kalo memang begitu, maka beri udzur saudaramu. Sampe 70 udzur kan?
Mungkin si A sebenernya jg sedang dalam upaya memperbaiki dirinya.
Mungin si A sedang berusaha mengiringi keburukannya dengan kebaikan-kebaikan (3).
Terus aja beri udzur. Kalo ga nemu, bilang aja ah mungkin ada udzur yang aku ngga tau.

Dan kalopun andai memang si A ini sehari2nya buruk begitu, maka beri nasehat yang ahsan kepadanya, bukan dengan menyebar kebencian dan ngegosip kemana2. Minimal kalo mentok ga bisa berbuat apa2, ya dengan mengingkarinya dalam hati. Walaupun ini selemah2nya iman, tapi ini jauuuuuuuh lebih baik daripada kita malah ngegosipin yang bersangkutan. Bagi orang yang suka menggibah, kelak akan dipasangkan kuku2 dari tembaga untuk mencakari muka dan dada mereka sendiri (4).

Kenapa sih om kita diminta untuk memberi udzur kepada sodara kita yg lain, hingga 70 udzur?
Well, maybe someday, kita yg berada dalam keadaan sulit dan butuh diberi udzur oleh saudara2 kita.

Sahabatku fillah temennya omsqu yang senantiasa dikaruniai ilman naafi'aa.


Lalu kita tengok diri kita sendiri (termasuk Dapur Bersih yang nulis nih).
Ada kah kita tidak adil ama seseorang, yg selama ini kita menggibahnya?
Ada kah kita sendiri punya aib yang -subhanallah- jauh lebih buruk dari orang yang sedang kita benci?
Sebenernya, kalo kita tau borok kita sendiri, kita ga akan sibuk korek2 borok orang lain.
Astaghfirullahal adziim.

Wallahu a'lam. 
Mohon maaf kalo ada salah kata.
Ilal liqa'.


Catatan hadits:____________________________


1)  Rasulullah Shallallahu “alaihi wassalam bersabda : “Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari , kemudian dipaginya ia berkata : wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu , padahal Allah telah menutupnya dan dipagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya” (HR.Bukhari Muslim).



2) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya dan iman itu belum masuk ke dalam hatinya. Janganlah kalian mengghibah kaum muslimin dan jangan mencari-cari/mengintai aurat (aib/cela/kejelekan) mereka. Karena orang yang suka mencari-cari aurat kaum muslimin, Allah akan mencari-cari auratnya. Dan siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya di dalam rumahnya (walaupun ia tersembunyi dari manusia).” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Kata Syaikh Al-Albani: “Hasan shahih.”)

(3) Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal rodhiallohu ‘anhu, bahwa Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Alloh di mana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik.” (HR Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini hasan. Dalam naskah lainnya dikatakan, hadits ini hasan shohih)

(4) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati sekelompok orang yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka melukai (mencakari) wajah-wajah mereka dan dada-dada mereka. Maka aku bertanya: ”Siapakah mereka ya Jibril?”. Jibril menjawab: ”Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan mencela kehormatan mereka". [Riwayat Ahmad, Abu Dawud, berkata Syaikh Abu ishaq Al-Huwaini : Isnadnya shahih.]

4 komentar:

  1. nasehatnya omsqu ini selalu ku nanti, ringan.. dan menyejukkan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. @radhiya: makasih, jazakillah khair.
      moga2 membawa manfaat

      Hapus
  2. akan terus kuingat nasehat omsqu ini... aku akan memberi udzur 70 kali, sebelum aku berprasangka buruk ma orang lain om... ces pleng nasehatnya. makasih om

    BalasHapus
    Balasan
    1. @masichang : nasehat buat diriku sendiri jg mas,
      terimakasih kembali, barakallahu fiik

      Hapus