Kamis, 08 November 2012

Lihat Ke Depan

Kenapa ada sebuah perbuatan baik banget (menurut kita) yg sering kita inget-ingeeeet mulu? Padahal belum tentu lho perbuatan baik itu tercatat sbg amal sholih? Tapi kita selalu terkenang2 bahwa kita pernah berbuat baik dan bermanfaat buat orang lain (cieeeee, uhuk).

Misalnya nih ya, ketika ada seorang remaja tanggung lewat di depan rumah, kita langsung berpikir dalam hati, "Ah itu tuh, anak yatim tuh, dulu aku pernah membiayai dia sekolah." (padahal, sebutlah cuma sekali dua kali bayarin SPP nya, tapi kadang kita merasa udah berjasa).
Ah, guys, ini fiktif kok. Ini cuma misalnya lho ya.

Yang begini ini, takutnya, someday ketika si anak yatim tadi dewasa lalu punya sikap yang kebetulan berseberangan dengan kita, langsung deh kita ngejudge "Tidak Tahu Terimakasih!" Kita jadi meradang, duluuu aku tuh yang bayarin dia sekolah!
Huwaaaaaaa.
Duduls kan?

Ada ngga kejadian gitu di sekeliling kita?

bianglala
Kenapa kok kita suka begitu? Suka inget2 kebaikan kita yg dulu2 yang menurut kita baik.
Coba kita simak contoh2 berikut, barangkali bisa ditarik benang merah.

Pertama kali kita main ke dufan nih (dan misalnya cuma sekali itu doang kesitu), wooow seneng banget. Naik kora2, amazing. Naik halilintar, wow wow. Naik bianglala, sereemmm (whattaaa). Lalu kita cerita tuh kemana2. Trs kita kenang2 sepanjang hayat. Pengalaman terindah seumur hidup!
Tapi bagi pegawai yang kerja di dufan sana, semua biasa aja. Mungkin dia udah naik kora2 1000x lebih. Naik halilintar juga udah 1000x lebih. Naik bianglala juga 1000x lebih (whatthaaa).
Apanya yang mau diinget2, lha wong udah jadi rutinitas sehari2.



Contoh lain.
Pertama kali aku di kelapa gading sini, ketemu Saipul Jamil. Terus aku sms istriku, sms kakakku. "Aku sholat bareng Saipul Jamil nih. Cuma ngga deket2 amat, takut orang ketuker yg mana yg Saipul Jamil." Trs cerita Mami ku. Cerita temen2ku. Norak ya? *ngumpet di kolong meja

Pas ketemu kedua kali si Saipul Jamil di kantor, aku udah ngga cerita2 lagi. Paling cuma cerita Mama K doang kok. Eh tetep norak ya? *masih ngumpet
Tapi bagi tetangga nya Saipul Jamil di sana, semua biasa aja. Mungkin dia udah ngobrol ama Saipul Jamil 1000x. Apanya yg mau dicerita2in lagi. Apalagi yg dia ceritain ternyata juga tetangganya Saipul Jamil juga. What for coba?

So, sahabat2ku rahimahullah,

Selalu mengingat2 kebaikan justru bikin kita merasa jadi udah baik. Merasa jadi udah sholih.
Padahal belum tentu.

Belum tentu perbuatan baik kita yg cuma seuprit dulu itu dicatat Allah Ta'ala sebagai amal shalih.
Sholat2 kita yang masih belum khusyu'. Shodaqoh2 kita yg masih disisipi penyakit hati. Puasa2 kita yang hanya dapet haus dan lapar. Sementara maksiyat nya jalan terus setiap hari.
Ya kan?

Allah Ta'ala berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu." (QS. Muhammad : 33)
Ibnu ‘Umar berkata, "Kami sekelompok shahabat Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam mengira bahwa tidak ada sedikitpun kebaikan, kecuali pasti diterima (Allah). Hingga turunlah ayat (diatas)"
(Diriwayatkan Ibnul Mubaarak; dikutip dari Tafsir Ibnu Katsiir dari abuzuhriy dot com).

Udah cuma sedikit, belum tentu diterima, eh diinget2 mulu bikin jumawa dan lalai.
Trs kenapa ya kok suka kita inget2 mulu?
Ya mungkin karena kebaikan kita terlalu sedikit. (Astaga!)

Krik krik krik.(hening - backsound: suara jangkrik)
....
...
..
.

Gimana kita pernah inget sodaqoh ke siapa, kalo misalnya kita udah membantu begitu baaanyak orang yang kesusahan. Bukannya ga mau inget2, tapi emang gimana bisa inget. Banyak banget (misalnya gitu).
Banyaaaak orang2 hebat di luar sana yang berbuat tanpa henti buat umat, sementara mungkin kita malah sibuk mengingat2 kebaikan kita ke sini dan si itu.


Krik krik krik. 
....
...
..
.


Hmmh. Jadi merasa keciiiil banget dan malu -_-" Astaghfirullah.


Ya udah tambahin aja kebaikan yg pernah kita lakukan dengan kebaikan2 yang lain.

Pokoknya yang udah dilakukan ya udah. Tambahin lagi. Berikutnya, berikutnya. Makin banyak, makin sering, makin lupa. Ingatan kita yang dulu2 bakal lupa deh, ketutup ama amalan sholih yang baru2 yang buanyak. Biar tugas malaikat2 yang mencatatnya, Insya Allah, bukan kita. Ntar kebaikan2 yang banyak bakal menghapus keburukan2 kita [1]. Jangan lihat ke belakang lagi. Lihatnya ke depan. Ayo jangan mau kalah berlomba dalam berjuta2 kebaikan. Semangat semangat semangat!

Walaupun kita belum tahu apakah perbuatan baik kita itu tercatat sebagai amal sholih, tapi tentu saja kita sangat2 berharap Allah Ta'ala menerimanya.
Maka memohonlah selalu dengan mengucap doa: Robbanaa (Ya Tuhan kami,) taqobbal minnaa (terimalah (amal) dari kami,) innaka antas (sesungguhnya Engkaulah) samii'ul aliim (yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui). QS Al Baqoroh: 127.   

Semoga bermanfaat, terutama buat yg nulis ini.
Barakallahu fiikum.
Ilal liqa'.



Catatan hadits: ________________________

[1] Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Bertakwalah kamu kepada Allah dimana dan kapan saja kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu menghapus keburukan itu, dan pergaulilah manusia dengan ahlak yang baik." (HR at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, al-Hakim, al-Baihaqi, al-Bazar dan Abu Nu’aim dari Abu Dzar al-Ghiffari).

At-Tirmidzi berkomentar, “Hadis ini hasan shahih.” Al-Hakim mengatakan, “Hadis ini sahih menurut syarat Syaikhayn,” dan adz-Dzahabi menyetujuinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar