Jumat, 25 Januari 2013

Mpok For Hire

Kondisi rumahku hingga beberapa hari ke depan kayanya masih acak2an aja nih.
Semua barang2 masih di keatas2in. Hujan pun masih setia mengguyur Jakarta dan sekitarnya. Kadang deras kadang gerimis, dan tentu saja selalu menimbulkan rasa khawatir, cemas, deg2an, takut ada banjir lagi kaya kemaren.

Cuaca yang sering mendung, langit gelap dan hujan yg kerap turun ini tentu saja bikin baju di jemuran pun menumpuk dan menumpuk. Karena kapasitas pekerjaan rumah tangga yang semakin banyak, maka Mama K pun mulai kewalahan. Dia membutuhkan seorang asisten rumah tangga untuk membantunya di rumah. Dan kemudian didatangkanlah si Mpok for hire, khusus untuk menyeterika baju aja. Beliau bersepeda kayuh dari rumahnya yang ngga begitu jauh dari kontrakan kami.

Suatu hari, si Mpok khilaf menyeterika baju2 kotor di keranjang cucian, hingga tertumpuklah baju2 yang licin dan rapi -pdhl itu baju kotor-.
Mama K pun memekik terkejut.


Mama K: Empoook, ya ampun mpoook, itu kan baju2 kotor, kenapa pada disetrika rapi begitu?
Mpok: wadduh (kaget dan nyesel), kirain sayah, itu baju bersih dari jemuran yang emang belum bener2 kering,
Mama K: emangnya ngga (curiga) bau gitu?
Mpok: itu diaaa, ngga bau soalnya
Aku (nyeletuk): kalo ngga bau, kita pake lagi aja.

Wkwkwk orang2 pada ketawa.

Kasihan si Mpok salah ambil baju, jadi sia2 tuh kerjanya.
Tapi bener deh, alhamdulillah ada si Mpok nih, kerjaan Mama K di rumah jadi jauh lebih ringan.

Ikhwatal Islam rahimakumullah.
Dasarnya, semua orang itu selalu mengharap imbalan dari apa yang diberikannya. Misalnya kita bayar uang ke toko, untuk mendapat barang yang sesuai dengan harga yg kita bayar. Atau kita bayar gaji pegawai (misalnya asisten rumah tangga seperti si Mpok), untuk mendapat jasa tenaga kerja yang kita butuhkan dari orang tersebut.
Ya kan?

Mungkin kita sering memanfaatkan tenaga kerja mereka (officeboy, tukang sampah, asisten rumah tangga dsb) dan kita bayar dengan harga pantas yg disepakati.
Tapi bagaimana dengan melebihkan pemberian kita?

Berharap imbalan kah atas itu?

Bagaimana dengan sodaqoh?
Bagaimana dgn meng-infaq-kan sebagian harta kita kepada orang2 lemah di sekitar kita, baik yang berhubungan kerja dengan kita maupun yang ngga kenal sama sekali?
Berharap imbalan kah kita atas itu dari mereka?

Masyaa Allah, betapa mulianya sodaqoh, karena kita ngga berharap imbalan apa2 dari mereka yang kita beri. Mereka memang orang lemah yang ngga bisa memberi imbalan apa2 kepada kita.
Tapi tahukah saudaraku, bahwa sebab keberadaan mereka lah, rejeki dan pertolongan dari Allah datang.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah kalian ditolong dan diberi rezeki kecuali dengan sebab orang lemah di antara kalian." (HR Bukhari)

Maka cukuplah berharap kepada Allah Ta'ala.
Ayo mulai sekarang yok, sama2 mengingatkan diriku sendiri juga, utk lebih perhatian dan jangan pernah ngeremehin orang2 lemah di sekeliling kita.
Beri senyum, salam, sapa, hargai mereka dan infaq-kan sebagian harta kita kepada mereka: tukang sampah, asisten rumah tangga, office boy, siapa aja lah mereka yang secara ekonomi mungkin di bawah kita, tapi bisa jadi mereka jauh lebih mulia daripada kita di hadapan Allah Ta'ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar