Senin, 16 Maret 2015

Batal Ngaji, Tapi Tetep Dapet Ilmu

gambar dari loupiote dot com
"Saya ini masih jauh dari agama.." begitu kata Pak Fulan tetanggaku -sebut saja demikian namanya- saat duduk menunggu di majelis ilmu.
Seingetku, ini adalah kali ketiga Pak Fulan duduk bersama di masjid Jannatul Firdaus, Bekasi, menyimak kajian kitab hadits Arba'in Nawawi bersama Ustadz Nuzul Dzikri, Lc hafidzahullah. Selama menunggu kedatangan Al Ustadz, kami berdua bercakap-cakap.
Pak Fulan kala itu bercerita tentang dua temannya (yg satu batak, yg satu manado),
"Hari minggu begini dulu kalo di kost, mereka berdua ke gereja, saya di rumah sendirian." ceritanya.
Siapa sangka kedua temannya tadi dua2nya masuk Islam, alhamdulillah.

Aku pun menyimak kala Pak Fulan bercerita tentang masa lalunya, hingga akhirnya panitia kajian mengumumkan bahwa ustadz qadarallah berhalangan hadir, sehingga pengajian pun dibatalkan. Para jamaah lantas bubar pulang ke rumah masing-masing.

"Ayo kita makan yuk ke bebek Slamet." ajak Pak Fulan bersama istri dan anaknya mentraktir kami sekeluarga. Akhirnya dari masjid kami pun menuju Bebek Slamet di harapan indah. Di situ lah kami melanjutkan obrolan.

Pak Fulan ini dulunya miskin. Sempet kerja nggoreng aspal di jalan di Palu.
"Oo.. kerja kontraktor?"
"Bukan.. Bukan! Itu yang berdiri di jalan nggoreng aspal."
Oalah. Aku terdiam. Membayangkan masa muda Pak Fulan yg berdiri di jalan, berpanas2 bersama pekerja2 yang lain.


Setelah merantau ke Jakarta Pak Fulan kerja serampangan, ikut sopir2 truk jadi kenek. Dateng pagi2 ke pangkalan, biar bisa diajak pak sopir. Pak Fulan bercerita suatu siang, panas dan terik, Pak Fulan naik motor tanpa kerjaan. Di saku celananya hanya ada uang sepuluh ribu perak. Hanya itu. Gimana dia bisa pulang dengan uang segitu? Cari uang dimana lagi? Sementara anak dan istrinya menunggu di rumah kontrakan. Oh iya mereka tinggal di rumah petak. Alhamdulillah istrinya shalihah -insyaa Allah-. Si istri nerimo keadaan suaminya sekalipun mereka hidup pas2an, ngga punya kasur, ngga punya bantal. Baju2 dan handuk dilipat untuk dijadikan bantal.

Galau hatinya.

Akhirnya, Pak Fulan berhenti di pinggir jalan. Motornya di parkir, dan dia duduk merenung di trotoar. Ngga tau harus cari uang kemana lagi.

Tiba2, datang seorang kakek tua, badannya udh bungkuk, membawa buntalan atau tas gitu di pundaknya. Kakek ini bertanya dengan logat sunda, mau ke sebuah tempat. "Wah jauh Pak." kata Pak Fulan. "Ini terus aja, bapak naik angkot nomor sekian dan sekian."
Jawab si kakek, "Terimakasih, saya mau jalan aja."

Masyaa Allah.
Si kakek ini ceker, ngga pakai alas kaki, mau jalan sejauh itu?
Andai motor ini ada bensinnya, tentu akan diantar oleh Pak Fulan, tapi bensin juga ngga ada.
"Pak Pak.." kata Pak Fulan memanggil si kakek. "Ini aja buat naik angkot." kata Pak Fulan sambil menyerahkan uang sepuluh ribu satu2nya yg ia punya.
Pak Fulan ngga mikir panjang, spontan aja, ah orang ini jauh lebih susah daripada aku.

"Terimakasih Pak terimakasih Pak.." kata si kakek mencium2 uang itu, sambil banyak-banyak berterimakasih dan mendoakan segala kebaikan buat pak Fulan.

Setelah si kakek pergi, sepuluh menit kemudian pak Fulan dapet telepon dari nomer tidak dikenal.
"Halo Pak Fulan, saya dapet nomer telepon ini dari si X, Pak Fulan bisa usahain armada ngga? Saya butuh truk2 buat anter barang2 saya (celana jeans)."
Dan lokasi si penelpon ini sangat deket, cuma jalan kaki aja dari tempat pak Fulan saat itu!

Lalu Pak Fulan menghubungi temannya sopir yang belum ada job hari itu.
"Kamu di mana?" tanya Pak Fulan.
"Aku di Pulo Gebang. Ada lima truk nih."
Wah deket juga!!

Pak Fulan pun kemudian menghubungi pengorder tadi. Kalo tarif biasa satu truk trayek kota2 sebesar enam ratus rebu, eh Pak Fulan dapet 1,2 juta per truknya. "Ngga papa saya lagi banyak rejeki, yang penting barang saya sampai." kata si pengorder tadi. Masyaa Allah. Tiap supir pun dapet bonus satu celana jeans.
Ini semua berawal dari sodaqoh Pak Fulan yang cuma sepuluh rebu, tapi itu lah semua yang dia punya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham." Para sahabat bertanya, 'Bagaimana bia demikian'
"Ada orang yang memiliki 2 dirham, kemudian dia sedekahkan satu dirham. Sementara itu ada orang yang memiliki banyak harta, kemudian dia mengambil seratus ribu dirham untuk sedekah." (HR. Nasai dan dinilai hasan oleh Al-Albani).


Pak Fulan sedikit demi sedikit membaik kondisi ekonominya.
Saat ini beliau sudah punya rumah sendiri, dua lantai, mobilnya CRV, orang kaya, dan dia bersama keluarganya duduk bersama kami di majelis ilmu, alhamdulillah. Istrinya berteman baik dengan Mama K.
Kalo pagi2 kadang aku bertemu mereka suami istri olahraga jalan kaki lewat depan rumah, menyapa tertawa2 sambil lambai2kan tangan.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Barang siapa memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (Q.S. Al-Hadid:11)

Usai ditraktir Bebek Slamet, Pak Fulan kusalamin
"Terimakasih, walau kita batal ngaji, tapi saya tetep dpt ilmu dari cerita Bapak."

3 komentar: