Selasa, 29 Oktober 2013

Being Cool Mbecungik


Jono -artis bule yang mualaf itu- bercerita betapa ramahnya orang Muslim di Aceh kala itu, yang membuatnya begitu terkesan. Orang muslim saling sapa dan memberi senyum, sementara di London orang2 di sana ngga suka kalo ada orang lain yang ngeliatin.
Begitu pula di Australia. Abu Bakar -nama sebelumnya adalah Ruben, seorang mualaf dari Australia- juga bercerita bahwa orang2 Australia tidak tahan jika dipandang (ada yg ngeliatin).
Dua cerita di atas kudapet dari nonton Youtube.

Begitu pula kita sekarang. Orang yang tidak kenal saling dingin satu dengan yang lain. Kalo ada yang agak ramah dikit, ih apaan lu. Siapa sih? Seakan curiganya di duluin. Kalo ada orang ngeliatin di angkot, langsung deh kita raba2 hape dan dompet. Kalo ada mas2 agak melambai, kita langsung curiga wah hombreng nih. Begitu ngga? Engga kok ya :D

Ada nih cerita, orang di komplek sini yang kala kusapa, diem aja. Memang ngga kenal, tapi sering lihat, makanya kusapa. Sayangnya dia diem aja. Etapi istrinya mengangguk ramah.
Ketemu berikutnya kusapa lagi. Eee, diem lagiii!!  Ya Allah.
Tapi istrinya tetep mengangguk ramah.
Begitu beberapa kali. Sementara si suaminya itu memang sepertinya menghindari tatapan mata.

Ah entahlah. Mari kita beri udzur.
Mungkin dia ngga dengar sapaanku. Akan kucoba lagi sapa di lain hari, insyaa Allah.

Sebagian orang memang menghindari tatapan mata sekalipun berpapasan dengan saudaranya sesama Muslim. Mari bandingkan dengan penjaga toko di pusat perbelanjaan. Lihat bagaimana ramahnya mereka.  Menatap dengan wajah berseri-seri dan tersenyum hangat. Ketika kita tidak melihat mereka, ternyata mereka tetap melihat ke arah kita sambil tersenyum.
Kita baru menyadari, ketika merasa orang yang berdiri di situ itu lagi ngeliatin kita. Eh bener, dia ngeliatin dan dia tersenyum sambil mengangguk. Ramah ya. Bahkan saat kita keluar dari tokonya dengan tidak membeli apapun, si pelayan masih tetap tersenyum ramah.

Tuntutan profesi itu om!
Oh iya, mungkin aja.
Itu adalah simbol keramah tamahan, makanya diadopsi oleh toko tersebut.
Itu adalah simbol terbaik yang harus disuguhkan dari penjual kepada calon pembeli, sekalipun yang disenyumin mungkin tidak bereaksi, wajah datar, dingin, cuek dan cool. "Ngga kenal ini." atau "Sapa elu." begitu pikir yang disenyumin.

Sahabat fillah.
Kadang kita merasa being cool itu keren. Yeah, aku dulu begitu. Mungkin sekarang juga kadang begitu hiks. Tapi keramahan penjaga toko yang berusaha menatap mata sambil tersenyum ramah itu memang cukup berpengaruh positif.

Pertanyaannya, apa iya tampil cool dengan bergaya dingin, berlagak ketus, dan cuek itu keren?
Yakin situ keren? (ngeliatin sambil alis naik satu).
Sebagian orang memang anggep yang cool itu keren. Mungkin itu karena orangnya memang good looking.
"Ih ih cowok itu cool banget ya." bisik2 sebagian cewek ke omsqu. Yaa kalo ada kejadian gitu mungkin karena emang orangnya cakep kali!
Sama kaya orang merasa keren dengan merokok,  padahal yang keren itu orangnya, bukan rokoknya.
Tuh buktinya di iklan2 rokok, orangnya pada keren2 karena memang ga ada yang megang rokok.

Sebaliknya, kalo orangnya ngga good looking, yang ada malah dianggep blagu, dan mbecungik!
Wo wo wo, wait a sec. Kosa kata baaaru nih?
Apa itu mbecungik?

Bahasa Jawa Timuran tuh.
Apa ya.
Ya muka songong gitu deh, blagu, lungset, ketus, temonyo, manyun, nyaprut ga enak dilihat. Kalo bahasa surabaya-an nyebutnya raine mbecungik.
Ga ada bagus-bagusnya.

Mungkin dengan being cool itu dalam hatinya merasa orang2 pada ngeliatin dia, tanpa dia harus ngeliat balik orang lain. Ciee ciee ngaya banget.
Hmppff. Padahal ga ada yang liat, hahaha.
Atau pun kalo ada yang lihat malah mengundang reaksi negatif dari orang lain.
"Sok cool banget tuh orang. Jelek aja blagu." dsb.

Maka kembali ke pertanyaan di atas, yakin situ keren? Atau malah mbecungik?


Aku pernah jaman SMA, jalan kaki ama temen2 di trotoar. Sok gool. Rambutku gondrong kaya Kurt Cobain, rambutnya nutupin muka, merasa anak2 SMA lain ga ada yang rambutnya segondrong aku.
Eh tiba2 kesandung di depan sekolah SMEA. Banyak ce2 pulang sekolah, pada ngakak2 ngetawain.
Duh malunya. Itu efek buruk sok cool.

Sahabat fillah.
Yuk bercermin lagi ke diri kita sendiri.
Sudah seberapa ramah kah kita suguhkan wajah kita kala bertemu saudara kita?
Maka berikan senyum (1), yang hangaaaaat dan menyenangkan. Suguhkan wajah manis berseri-seri (2), dan ucapkan salam kepada yang kenal maupun yang tidak kenal (3). Aseli, kita akan kenal orang2 baru yang saat ketemu berikutnya akan kembali saling sapa dan menanyakan kabar.
Beneran nih! Cobain ya. Persaudaraan baru akan terjalin.

Eh, bagaimana dengan mengucapkan salam kepada lawan jenis?
Boleh dengan syarat tidak menimbulkan fitnah (4). Wallahu a'lam.

Cobain deh, ketika ketemu di jalan orang yang ngga kita kenal, lalu kita sapa sambil tersenyum ramah (syukur2 kalo ucapkan salam), lalu mereka bereaksi dengan senyum balasan, atau anggukan kepala. Wah seneng sekali. Cobain deh, walau mungkin ga selalu ditanggapi baik, tapi ga ada kok perbuatan baik yang sia2. Insyaa Allah barokah.

***

Suatu hari aku berpapasan lagi ama orang di komplek itu.
Pas nih berhadap2an. Aku yakin dia ga bisa mengelak mengalihkan pandangan lagi.
Lalu kusapa dengan ramah, dan ternyata....
dia membalas dengan senyuman ramah pula.
Alhamdulillah. Berhasil kaaaaan kalo ditelateni hahaha.
Moga setelah ini bisa terjalin silaturahim.

***

Catatan hadits: __________________
1) “Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah” (HR Tirmizi)

2) Dari Abu Zar radhiallahu anhu, katanya: "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Janganlah engkau menghinakan -meremehkan- sesuatu dari perbuatan baik sekalipun jikalau engkau sewaktu bertemu dengan saudaramu itu lalu menunjukkan muka yang manis berseri-seri." (Riwayat Muslim)

3) Abdullah bin ’Amru bin Al-’Ash radhiallahu anhu menceritakan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam "Bagaimanakah Islam yang baik itu, ya Rasulullah?" Beliau bersabda, "Berilah makan kepada orang yang memerlukannya, dan ucapkanlah salam baik kepada orang yang sudah engkau kenal maupun orang yang belum engkau kenal" (HR. Muttafaqun ’Alaih)

4) Dari Asma' binti Yazid radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi shallallahu alaihi wasallam berjalan melalui kita, yaitu kelompok kaum wanita, lalu beliau shallallahu alaihi wasallam mengucapkan salam kepada kita." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. Ini adalah lafaznya Imam Abu Dawud.



2 komentar:

  1. Jreng..jreng...pas buanged mas. Aku sering berpapasan dengan beberapa orang yang sama, dan sama-sama tau kita segedung. Tapi ya cuma saling lihat aja, etapi aku senyum kemarin hehe. Ntar kuajakin ngobrol ah kalo ketemuan lagi, secara hampir tiap hari searah pulangnya dan barengan berhenti sholat di masjid.

    BalasHapus
    Balasan
    1. @fatika: alhamdulillah, lalu rasakan nikmatnya, dpt temen baru euy!

      Hapus