Kamis, 06 Februari 2014

Gua Berkuasa

jnatoli dot deviantart dot com
Jakarta sini, iring2in mobil jenazah ke makam (yang harusnya bernilai ibadah), menjadi ajang unjuk kecongkakan, pamer kuasa sejenak (mumpung ada kesempatan) dan anarkis. Wajah-wajah pemuda beringas dan tongkat2 kayu yang diacung2kan, membentak2 sopir dan memukul mobilnya supaya minggir. Tidak semua memang, tapi sering lihat yg begitu.

Di Madura, hal serupa juga terjadi saat antar jemput konvoi rombongan haji.
Di tempat lain, mgkn banyak juga hal serupa.

Ternyata bukan cuma harta yaa ikhwah.
Kekuasaan juga sesuatu yang diimpikan hawa nafsu.

Orangtua bisa jadi sangat keji karena berkuasa atas anaknya.
Suami jadi sangat mudah mendzalimi.
Politikus bisa jadi sangat rakus.
Media bisa jadi sangat jumawa.
Pejabat bisa jadi sangat jahat.
Punya wewenang hanya bikin teman2nya saja yg senang.
Bikers motor besar maksa minta jalan lebih lebar.
Bahkan orang kecil yang biasanya ngga punya kuasa apa2, tiba2 beringas saat kekuasaan kecil ada di tangannya.
You name it lah, bray.






Alkisah, ada mahasiswa culun yang baru lulus kuliah. Sebelumnya bukan siapa2, lalu bekerja sebagai pelaksana di sebuah direktorat jenderal, masih sangat muda, namun diberi pekerjaan yang ternyata sudah mengandung "kuasa".

Suatu hari, ada seorang stakeholder (pengusaha) yang masuk ke ruangan kerjanya untuk sebuah urusan. Lalu setelah urusannya selesai, dia keluar lagi. Saat masuk dan keluar, si pengusaha ini ternyata cuman lewat tidak menyapanya. Bahkan melihatpun tidak. Si pemuda baru gede ini berpikir "Blagu banget sih nih orang".
Lalu dengan "kuasa" nya, si pemuda ini kemudian mencari tau dan meneliti kewajiban administratif si pengusaha ini.
Wow, gotcha! Rupanya si pengusaha ini tidak pernah menunaikan kewajibannya selama setahun. Atas dasar itu si pemuda menerbitkan denda sebesar (kalo ga salah) enam ratus ribu. Waktu itu nilai segitu cukup besar. Ya sekarang juga besar sih. "Rasain lu kena denda. Belum tau siapa gua sih. Nih gua berkuasa nih!" kira2 begitu dalam hatinya.
Eh bukankah semua stakeholder yang tidak memenuhi kewajiban memang harus didenda?
Teorinya memang begitu. Namun kenyataannya ngga semua pelanggar otomatis didenda. Kala itu ada kebijakan yang mana yang didenda dan yang mana yang engga. Banyak faktor yang jadi bahan pertimbangan.

Cerita "lucu" ini pun diceritakannya kepada ibunya di kampung. Sayangnya cerita itu dianggep ngga lucu. Si ibu marah semarah2nya. Si ibu berang, ngga nyangka anaknya bisa secongkak dan se-arogan ini. Si pemuda pun kaget. Astaga. Kok semarah ini ibunya.

Eh bentar2.
Arogan apanya?
Si stakeholder itu memang melanggar aturan dan secara legal harus dikenai sanksi enam ratus ribu kok.

Iya memang bener.
Tapi bukan itu yang bikin si ibu marah.
Yang bikin beliau berang adalah berbangga2nya si pemuda dengan kuasa yang dipunyainya. Ketika hanya karena tidak disapa, cuma karena itu doang, maka "kuasa" dijalankan. Ada bibit kesewenang2an yang terendus di situ.


Astaghfirullah.
Semakin tertunduk malu, tak sanggup melihat wajah sendiri di cermin.
Kalo ada sedikit aja kuasa yg kita punya, maka yang sedikit itu pun akan dimintai pertanggungjawaban di hari kelak kita dibangkitkan.
Apalagi kalo kekuasaan itu besar, dan menyangkut hajat hidup orang banyak.
Fyuuuh.
-menghela nafas-

Allahul musta'an.

***

Tambahan dari mas afzan di Shalahuddin copas dari
masbadar.files.wordpress.com/2009/07/fitnah-jabatan.pdf‎

Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda :
Sungguh kalian akan berambisi untuk mendapatkan kekuasaan. Dan kekuasaan tersebut akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Betapa baiknya anak yang disusui dan betapa jeleknya anak yang disapih.” (Riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah)

-Sabda beliau, ”Betapa baiknya masa disusui dan betapa jeleknya masa disapih. “Al-Hafidz berkata di dalam “Al-Fath” “Berkata Ad-Dawudi, ‘Betapa baiknya masa disusui adalah di dunia, dan betapa jeleknya masa di sapih adalah setelah kematian. Karena dia menuju perhitungan di dalam masalah tersebut’.



4 komentar:

  1. bukan masalah menghukum yang sudah seharusnya dihukum, tapi masalah berbangga2 dengan sedikit kekuasaan yang dipunyainya... jlebb deeh... kadang2 ada terbersit sedikit di hati "berbangga-bangga" itu, baik dlm kapasitas sbg orang tua, sebagai 'petugas', sebagai dan sebagainya... astaghfirullah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. @nyonyasutisna : yeeah, me too, sigh T_T

      Hapus
  2. yang bangga karena dipuji, perlu ditanya keihklasannya,
    yang sakit hati ketika dihina/dikritik, perlu ditanya niatnya.

    BalasHapus