Sabtu, 20 Agustus 2011

Belajar sabar pada JLEBB yang pertama

Suatu hari, dlm rangka dinas tiga hari di Surabaya, kebetulan panitia menyediakan fasilitas menginap bagi para pesertanya yang berasal dari luar Surabaya. Tentu aja termasuk diri kyu (sambil miringin kepala, trs dua telunjuk di tempelin di pipi, clink clink) howeek, nggilani, njembeki, jangan ditiru.
(bumbu2 cerita yg kaya begini sebenarnya yg bikin orang males baca tulisanku, hahahaha).
Oke ga usah dipikirin. Lanjut ya.
Pagi2 buta sebelum subuh, aku keluar dari hotel, jalan kaki menuju masjid di perkampungan penduduk yg letaknya di belakang hotel. Yaaa sekitar,, mmm,, sepeminuman teh lah lamanya perjalanan. Ups, gini nih kalo kebanyakan baca cerita silat jaman dulu, jarak dan waktu ditulis dgn kiasan, sepenanakan nasi, sepelemparan tombak dsb.
Ternyata di masjid tersebut, pak Imam nya setelah Al Fatihah membaca surat Al Baqoroh 155-157. Dibaca dgn mendayu2, tapi mantap dan begitu mengena di hati.
Wah squ keren ih apal Al Baqoroh ya, kok tau itu surat apa ayat berapa? Wkwkwwk kagak kagak. Sebenarnya sih waktu pak Imam menyebut kata “musiibah” dan “innaa lillaahi wa innaa ilayhi roojiuun” dlm hati aku membatin “mmm.. Al Baqoroh (kayanya).”
So, pas pulang dari masjid, ternyata imam masjid nya jalan kaki di sampingku, trs kami ngobrol2.
“Nginep di _tiiiiit_________(menyebut nama hotel) ya Mas?” tanya beliau. Mungkin karena dia liat sandal hotel yg kupake. Lho kok tau. Subhanalloh, ternyata beliau ini satpam shift malam yg jaga di ruko persis di samping hotel. Pantesan dia mengenali sandal ku.
Dan ketika sampe di hotel, ayat tadi kucari deh di Al Quran via ponsel. Tepatnya surat Al Baqoroh ayat 155-157. Lengkapnya begini yg beliau baca, berikut artinya:  
Walanabluwannakum bisyay-in (Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu) minalkhowfi (dengan sedikit ketakutan) waaljuu'i  (kelaparan) wanaqshin minal-amwaali (kekurangan harta) waal-anfusi (jiwa) waatstsamaroot (dan buah-buahan),
Wabasysyirish shoobiriin (Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar).
Alladziina idzaa ashoobat-hum mushiibah ((yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah), qooluu (mereka mengucapkan): innaa lillaahi (sesungguhnya kami adalah milik Alloh) wa-innaa ilayhi rooji'uun (dan kepada-Nya-lah kami kembali).”
Ulaa-ika 'alayhim sholawaatun min robbihim warohmatun waulaa-ika humu almuhtaduun (Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk).
Huwii, berarti sungguh, dan pasti ya, kita akan diberi cobaan2 oleh Alloh berupa musibah2, sesuatu yg ngga mengenakkan (takut, laper, kematian kenalan atau anggota keluarga kita dll). Sunatulloh nya emang begitu. Kita akan selalu dan selalu diberi ujian berupa susah, seneng, susah, seneng, susah, seneng, begitu berganti2.
Nah kalo dikasih seneng kita harus bersyukur, kalo dikasih susah (musibah) kita harus bersabar. [1]
Bahkan dalam peperangan pun, Rasululloh ngga selalu menang kan? Setelah meraih kemenangan dalam perang Badar, umat Muslim mengalami kekalahan di perang Uhud sehingga banyak sekali sahabat yang gugur ketika itu. Kita emang selalu diuji agar tampak kejujuran kita dalam beribadah, apakah kita bersyukur ketika senang, apakah kita bersabar ketika susah.
Misalnya nih, based on true story.
Tiba2 dpt telpon dari rumah, “Papaaaa.. Papaaaa..huuuhuhuhu.” suara istri menangis yg berkata dgn terbata2 terputus-putus, “Anak kita Pa, matanya Pa, matanya sobek Paaaaa..darah banyak Paa..” JLEBBB!
Oke, dada kita pasti pennnuh, sesak, kaya ditindih batu yg begitu berat. Hmmmhhhhhhppp. Mungkin seperti Bilal r.a. yang dadanya ditindihin batu ketika disiksa majikannya orang kafir Quraisy.
Inget, reaksi awal ketika mendapat musibah adalah sebut Innaa lillaahi (sesungguhnya kami adalah milik Alloh) wa-innaaaaa ilayhi rooji'uun (dan kepada-Nya-lah kami kembali), baru nanya, “Kenapa anak kita, Ma?”
Hapalin bener ya ini | Yeee ya udah apal lah, squ | Bukan, maksudku hapalin bener sehingga terbiasa ketika kita tertimpa musibah, maka kata ini lah yg pertama kali kita ucapkan meskipun dlm hati, karena Alloh akan memberi kita pahala dan menggantinya dengan yg lebih baik.
Kalo ga sanggup karena kepanjangan ya sebut Innaa lillaahi (sesungguhnya kami adalah milik Alloh), baru nanya, “Kenapa anak kita, Ma?” (ntar sambil jalan bisa berkali2 mengucapkan versi lengkapnya, maklum kadang ketika ditimpa musibah, JLEBBB, kadang hati kacau balau dan sulit berpikir jernih).
Kalo masih kepanjangan, yaaaa nyebut aja deh. Bilang Alloh Alloh Alloh Alloh teruuus aja (sambil mengingatkan kembali hati bahwa semua ini milik Alloh dan akan kembali kepadanya), baru nanya,“Kenapa anak kita, Ma?”
Maka kita, dikit2, jelek2 begini sudah belajar sabar. Dgn ridho seridho2nya bahwa ini terjadi karena kehendakNya, karena sabar itu terletak pada pukulan JLEBBB yang pertama. [2]  Sabar ngga, saat JLEBB itu terjadi? Apakah ketika musibah terjadi kita bersabar dan mulia? Ataukah kita berkeluh kesah dan hina? Apakah kita ikhlas menerima kehendakNya? Ataukah kita mencari kambing hitam menyalahkan orang lain, andai begini andai begitu, atau justru mencaci maki Alloh? Naudzubillah.
Beda lho ya berkeluh kesah dgn bercerita. Berkeluh kesah yg ga boleh itu yg mencaci maki, ngersulo, mengeluh, gerundel, jambak2 rambut, jedot2in kepala (palagi sampe jedotin kepala orang lain), merasa ngga terima, jadi ngga ridho. Pamer musibah kemana2. Sementara bercerita itu boleh kalo misalnya bercerita kepada orang yg akan kita mintai tolong, “Dok, ini anak saya betmen (berak2 tur mencret2).”
Atau bercerita ttg musibahnya dgn tujuan dakwah dan mengambil pelajaran dari kisah itu. “Eh jeung, anak saya barusan jatoh dari genteng, kepalanya nyungsep duluan. Itu gara2 kebanyakan lompat2 niruin adegan parkour di film.” Tanpa mengeluh, tanpa pamer musibah. Justru ada sisi pelajarannya agar menjauhkan anak kecil dari adegan lompat2 parkour.
Oke lanjut.
Suatu hari lagi enak2 nyetir mobil sama keluarga lalala syalalala dududu cuapcuap, tiba2 BRUUAAAKKKK!! Mobil ditabrak sepeda motor yg melawan arus dari kiri hingga bemper mobil kita copot.
JLEBBB. Addaaa aja musibah terjadi. Apakah kita kemudian tersenyum, sabar, this is it, dlm hati nyebut nama Alloh dan yakin seyakin2nya bahwa ini semua terjadi mmg karena kehendakNya? Atau kah kita keluar mobil, lalu mencaci maki si pengemudi sepeda motor yg ga tau aturan itu? “Mata nya di dengkul ya?!” Kemudian ketika kita liat ternyata orangnya kurus dan lemah langsung aja kita pukulin sekalian sampe babak belur? (soalnya kalo orangnya gede kekar, cukup dicaci maki aja hahaha).
Padahal ketika Alloh menguji kita, itu karena sayangNya kepada kita. Bukankah semua musibah itu memang karena dosa2 kita? Jgn sampe bilang “dosa apaaaaa aku kejadian kaya gini kok menimpa dirikuuuu!!” (banyak nih yg bilang begini kaya yg ga punya dosa). Dan melalui musibah, Alloh menggugurkan dosa2 kita [3].
Jadi ketika misalnya,
“Eh tau ngga, kamu tadi diomongin ga enak ama Bu Kantin, bla bla bla.” JLEBB. Ayo bercermin, istighfar, liat kesalahan2 kita, introspeksi. Sstt semua hal ga enak kan berarti musibah, dan itu dari Alloh. Bahkan Umar bin Khottob r.a. pun ketika tali sandal nya putus pun menyebut itu sebagai musibah. So, jangan langsung misuh2, maki2 ke Bu Kantin atau mencari kambing hitam yg lain. Bukankah Alloh sedang menggugurkan dosa2 kita (kalo kita sabar) kok malah kita nambah dosa (_ _”)
Atau misalnya, main bola tiba2 Klekkk, kaki terkilir. JLEBB, ini dia. Innaa lillaahi, wa-innaaaaa ilayhi rooji'uun.
Tiba2 denger kabar kalo suaminya selingkuh, JLEBBB. Anak sakit panas, JLEBBB. Handphone ilang, JLEBBB. Genteng bocor, JLEBBB. Dipanggil kitsda. Diaudit BPK. Di-BAP bareskrim, JLEBB. Dan masiih banyak berbagai jenis JLEBB JLEBB yang lain.
Ketika JLEBBB, inget Alloh saat itu juga. Bahwa ini ujian berupa musibah dariNya. Ini kehendakNya.
Trus kalo emg kita dikasih musibah karena dosa2 kita, apa berarti yg kena musibah hanya org2 yg berdosa aja? Oke oke, konon musibah itu emg ada yg namanya adzab ada yg namanya ujian. Tp khusus utk hari ini aja, kita ga usah bahas mana adzab dan mana ujian. Pokoknya setiap musibah yg menimpa kita itu emang atas kehendakNya, dan kita kudu wajib bersabar atas musibah tersebut.
Ada misalnya si Fulan yang melihat temennya hidupnya enak, kaya, semua dimiliki, keluarga yg bahagia dsb, lalu si Fulan berkata, “Cik mulione uripe koncoku iku (sungguh mulia bener hidup temenku itu), gak koyo awakku kok soro terus (tidak seperti diriku yg selalu sengsara).”
Padahal ngga begitu. Kan di surat Al Fajr ayat 15-16 telah disebutkan:
Fa ammal insaanu idza mabtalahu robbuhu fa akromahu wana ‘amahuu fa yaquulu robbii akroman (Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku”).
Wa ammaa idza mabtalahu fa qodaro ‘alaihi rizqohuu fa yaquulu robbii ahaanan (Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya, maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku").
Kallaa, sekali-kali tidak (demikian), firman Alloh di awal ayat yg ke-17 surat yang sama.
Ada sebuah kedudukan (derajat) kita di hadapan Alloh yang tidak akan tercapai hanya dgn amal2 soleh kita. Sholat udah, puasa udah, sodaqoh udah, haji udah dsb tapi tetep derajat itu begitu mulia dan terlalu tinggi untuk kita capai. Maka untuk mencapai kedudukan itu Alloh menguji kita dengan musibah, agar kita bersabar. [4]
Sebagai penutup, yuk kita inget2 lagi ayat 5 dan 6 Surat Alam Nasroh, Fa inna ma’al ‘usri yusroo. Inna ma’al ‘usri yusroo. Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. (Diulang lagi) sungguh beserta kesulitan ada kemudahan.  Semoga kita selalu bisa jadi orang yg ridho dengan semua kehendakNya, bisa sabar, dan teruuus belajar sabar. Karena Alloh akan menyabarkan orang yg selalu berusaha menyabar-nyabarkan dirinya apabila tertimpa musibah. [5]
Semoga bermanfaat ya. Mohon maaf kalo ada salah2 kata, ilmu cm dikiit cm pengen berbagi menjalankan kewajiban tawaa shoubish shobr.

===============
[1] Rasulullah ShallAllohu 'alaihi wa Salam bersabda: \"perkara orang mu`min mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu`min, bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya.\" (HR Imam Muslim dan Imam Ahmad)
[2] Nabi ShallAllohu'alaihiwasallam bersabda: \"Sesungguhnya shabar itu pada kesempatan pertama (saat datang mushibah) \". (HR Bukhari, hadits serupa sbg pembanding juga diriwayatkan Imam Muslim, Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad)
[3] Rasulullah shallAllohu 'alaihi wasallam bersabda: \"Tidak ada satupun musibah (cobaan) yang menimpa seorang muslim, melainkan dosanya dihapus Alloh Ta'ala karenanya, sekalipun musibah itu hanya karena tertusuk duri.\" (HR Muslim, hadits serupa sbg pembanding juga diriwayatkan Imam Ahmad).
[4] Rasulullah shallAllohu 'alaihi wasallam bersabda: \"Sesungguhnya seorang hamba, apabila pernah memiliki kedudukan dari Alloh, yang tidak ia peroleh dengan amalannya maka Alloh mengujinya pada jasadnya, harta, atau pada anaknya.\" Abu Daud berkata; kemudian Ibnu Nufail menambahkan; kemudian Alloh memberikan kesabaran atas hal tersebut. -kemudian keduanya lafazhnya sama-: \"Hingga Alloh menyampaikannya kepada kedudukan yang dahulu ia peroleh dari Alloh ta'ala.\" (HR Abu Daud, dengan derajat shohih menurut Syekh Al Albani)
[5] Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: \"Barangsiapa bersabar maka Allah akan menyabarkannya, barangsiapa merasa cukup maka Allah akan mengayakannya, barangsiapa berusaha menjaga diri (tidak meminta-minta) maka Allah akan memelihara dirinya, dan tidaklah seorang hamba diberi rizki yang lebih lapang selain sabar.\" (HR Imam Ahmad)

3 komentar:

  1. sering reflek bilang innaa lillaahi kalo lihat ada yg jatuh ato apa gitu.... tapi seringnya diprotes sm orang ....., kok gitu sih mbak...menakutkan katanya....

    BalasHapus
  2. @anomim: ya itu yg bener kan, disuruh ngucap begitu. orang yg protes itu yg blm paham, dijelasin aja, sekalian kasih link tulisan ini :D

    BalasHapus
  3. aku bilangin aja... kalo bilang innaa lillaahi... jatuhnya jadi gak sakit2 amat...#pengalamanpribadi, eee ini andhi barat, seneng baca2 tulisanmu yan

    BalasHapus