Rabu, 03 Agustus 2011

Hikmah Musafir: Tentang Sholat dan Sutroh

Assalamu’alaikum wr wb. Hwaaa udah lama ya aku ngga nulis. Alhamdulillah hari ini kita berjumpa lagi, bercerita2 lagi dan kali ini bercerita dlm perjalanan menuju Surabaya. Mudah2an ada ilmu yg bermanfaat yg bisa dipetik, amiin ya Robbal ‘alamiin.

Siang itu, sebagai musafir, dlm rangka perjalanan dinas menuju Surabaya, sendirian, aku belokin mobilku di halaman sebuah masjid di Krian. Pas waktu dzuhur. Td sebelum sampe Krian, ada beberapa masjid yg kulewatin udah mengumandangkan adzan,tp aku sengaja pengen sholat di Krian aja, soalnya tempatnya teduh. Dulu aku pernah emang jumatan di sini.

Mobil pun kuparkir di halaman masjid. Begitu turun dari mobil, lgsg menuju pelataran masjid, deket tempat wudhu. Ada seorang cowok remaja tanggung, usia sekolah, mgkn pantesnya kelas satu SMA lah. Atau mgkn kelas tiga SMP seharusnya. Tapi penampilannya jelas ngga seperti anak sekolah. Duduk sendirian, muka lusuh, capek, tanpa senyum, dgn handuk kecil di leher.

"Udah adzan di sini?" tanyaku sambil lepas sepatu.
"Udah mas." jawabnya dgn logat sunda.
"Tapi belum mulai sholat kan?" tanyaku sambil lepas kaos kaki.
"Belum, saya juga baru duduk ini." katanya dgn logat sunda (tetep).
Aku manggut2. "Jualan apa?" tanyaku lagi.
"Itu, memean (jemuran, dlm bahasa jawa, diucapkan dgn logat sunda)." katanya sambil nunjuk sekitar tiga atau empat jemuran dari bahan pipa alumunium yg diikat jadi satu. Di situ ada dua ikatan yg kaya gitu, berdiri berdampingan. Mgkn punya temennya, masing2 angkat satu ikat jemuran alumunium di pundak.

Trs aku menuju tempat wudhu. Aku liat si anak tadi wudhu lbh cepat trs lgsg masuk ke masjid. Trs ada satu anak lagi yg baru dtg entah dari mana trs wudhu juga. Seperti nya anak ini temennya yg sama2 jualan. Usianya sepertinya sebaya, atau lebih tua sedikit lah dari yg tadi.

Begitu masuk masjid, cm ada satu orang bapak2 tua bersarung berkopiah dan baju takwa. Plus anak tadi. Si anak tadi duduk bersila di karpet situ, trs kusamperin.
"Jualan berdua temenmu?" tanyaku.
"Iya." jawabnya lagi.
"Udah makan?"
"Belum." jawabnya.
Hmmmhh. Menghela nafas daleeem-dalem. Subhanalloh. Yang begini ini lho hamba2 Allah yg soleh, yg perlu diringankan sedikit bebannya.

"Sholat dulu yuk." kataku.
"Iya nunggu temen saya jamaah." kata dia.
"Bukan. Maksudku sholat qobliyah dulu. Dua rakaat." jelasku sambil senyum.
"Eh iya." trs dia berdiri.
Aku sendiri memilih maju ke depan, sholat sendirian di shof paling depan, menghadap tembok. Seusai sholat sunnah, aku nengok ke belakang. Si anak tadi udah selesai sholat sunnah, tapi temennya masih lagi sholat.
Ya Allah, anak-anak usia sekolah itu, mereka merantau jauuuh dari kampung halamannya. Berjalan kaki, memanggul jemuran alumunium, door to door, dari kampung ke kampung menjajakan barang dagangannya. Dan mereka ngga lupa sholat. Ngga lupa naroh dahinya ke sajadah. Sholat di awal waktu. Berjamaah. Dan di masjid.
Gimana dgn kita yg lapang ini?
Yang tiap hari bisa makan siang di mall. Abis berapa sih sekali makan berdua? 250 rebu ya. Yang ga perlu berpanas2an di luar tapi udah berpenghasilan tinggi. Duduk2 di ruang ac menghadap laptop. Tapi sholat dzuhur-nya, ntar2 aja jam dua, atau bahkan, naudzubillah, ada yg ga kepikiran sholat sama sekali.

Kelak orang yg meninggalkan sholat itu di hari kiamat akan dikumpulkan bersama orang2 kafir, kumpul bersama Fir’aun, Qorun dan yg lain.

حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ حَدَّثَنِي كَعْبُ بْنُ عَلْقَمَةَ عَنْ عِيسَى بْنِ هِلَالٍ الصَّدَفِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ ذَكَرَ الصَّلَاةَ يَوْمًا فَقَالَ مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلَا بُرْهَانٌ وَلَا نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ
Telah menceritakan kepada kami Abu Abdirrahman telah menceritakan kepada kami Sa'id telah menceritakan kepadaku Ka'ab bin Alqamah dari Isa bin Hilal Ash Shadafi dari Abdullah bin Amru, dari Nabi SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM; bahwasanya suatu hari beliau pernah menyebutkan mengenai shalat seraya bersabda: \"Barangsiapa yang menjaganya, ia akan mempunyai cahaya, bukti dan keselamatan kelak di hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mempunyai cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat dan ia akan tinggal bersama Qorun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.\" (HR Imam Ahmad, yg juga diriwayatkan oleh Imam Ad Darimi dengan derajat jayyid)

Back to topic. Usai sholat sunnah qobliyah, aku nengok, masih ada si anak cowok td yang masih sholat qobliyah, sementara satu temennya
 lagi duduk di sampingnya. Tp ada orang yg lgsg iqomah aja. Mgkn muadzin situ, mgkn jg bukan. Lalu pak tua yg paling awal dtg tadi lgsg maju ke depan. Aku yg emang udah berada di shof paling depan kemudian bergeser mendekat ke tengah dkt mimbar. Eh, bapak tadi kok malah ambil posisi mengimami di tengah2 masjid (kira2 di baris ke tiga atau ke empat dari depan), bukan mengimami di tempat imam yg sebenarnya di depan.

"Lho Pak monggo di sini." kataku mempersilakan beliau ambil posisi di samping mimbar.
"Di sini aja." katanya, sambil menyuruh aku ambil posisi sbg makmum di belakangnya.
Waduuuuh ngimamin kok di tengah2 masjid sih Pak?? Kalo begini, jauuuh bener jaraknya dari pak imam ke dinding.

حَدَّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي حَازِمٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ
كَانَ بَيْنَ مُصَلَّى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ الْجِدَارِ مَمَرُّ الشَّاةِ

Telah menceritakan kepadaku Ya'qub bin Ibrahim ad-Dauraqi telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Hazim telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Sahal bin Sa'd as-Sa'idi dia berkata, \"Jarak antara tempat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam melaksanakan shalat dengan dinding ialah selebar jalan lewatnya kambing\". (HR Muslim dgn derajat shohih).

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ بْنِ سُفْيَانَ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ ح و حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَحَامِدُ بْنُ يَحْيَى وَابْنُ السَّرْحِ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ أَبِي حَثْمَةَ
يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى سُتْرَةٍ فَلْيَدْنُ مِنْهَا لَا يَقْطَعْ الشَّيْطَانُ عَلَيْهِ صَلَاتَهُ
قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَاهُ وَاقِدُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ صَفْوَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَهْلٍ عَنْ أَبِيهِ أَوْ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَهْلٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَعْضُهُمْ عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ وَاخْتُلِفَ فِي إِسْنَادِهِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ash-Shabbah bin Sufyan telah mengabarkan kepada kami Sufyan -dari jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abi Syaibah dan Hamid bin Yahya dan Ibnu As-Sarj mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Shafwan bin Sulaim dari Nafi' bin Jubair dari Sahl bin Abi Hatsmah yang menyampaikan haditsnya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: \"Apabila salah seorang di antara kalian shalat dengan sutrah, hendaklah dia mendekat darinya hingga setan tidak dapat memutus shalatnya.\" Abu Dawud berkata; Hadits ini diriwayatkan oleh Waqid bin Muhammad dari Shafwan dari Muhammad bin Sahl dari Ayahnya atau dari Muhammad bin Sahl dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sebagian mereka berkata dari Nafi' bin Jubair dari Sahl bin Sa'ad dan sanadnya diperselisihkan. (HR Abu Daud yg oleh Syekh Al Albani diberi derajat hasan shahih)

Aku pun ga beranjak dari berdiriku. "Di sini Pak." kataku lagi sambil mempersilakan si bapak maju ke posisi paling depan. Apa sih beratnya ngimamin sholat dari tempat yg emang udah disediakan utk imam. "Kalo di situ, sutroh nya apa? Kalo di sini kan (nunjuk tempat imam di samping mimbar) Bapak (sbg imam) ada temboknya sbg sutroh." kataku dgn lemah lembut dan se-halus se-sopan mungkin.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَهَنَّادٌ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وَضَعَ أَحَدُكُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلَ مُؤَخَّرَةِ الرَّحْلِ فَلْيُصَلِّ وَلَا يُبَالِي مَنْ مَرَّ وَرَاءَ ذَلِكَ
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَسَهْلِ بْنِ أَبِي حَثْمَةَ وَابْنِ عُمَرَ وَسَبْرَةَ بْنِ مَعْبَدٍ الْجُهَنِيِّ وَأَبِي جُحَيْفَةَ وَعَائِشَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ طَلْحَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ وَقَالُوا سُتْرَةُ الْإِمَامِ سُتْرَةٌ لِمَنْ خَلْفَهُ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah dan Hannad mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash dari Simak bin Harb dari Musa bin Thalhah dari Ayahnya ia berkata; \"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Jika salah seorang dari kalian telah meletakkan (sesuatu) semisal pelana kuda di depannya, setelah itu ia tidak perlu memperdulikan siapa yang lewat di belakangnya.\" Ia berkata; \"Dalam bab ini juga ada riwayat dari Abu Hurairah, Sahl bin Abu Hatsmah, Ibnu Umar, Sabrah bin Ma'bad Al Juhani, Abu Juhaifah dan 'Aisyah.\" Abu Isa berkata; \"Hadits Thalhah derajatnya hasan shahih. Para ahli ilmu mengamalkan hadits ini, mereka berkata; \"Sutrah (pembatas) imam adalah sutrah untuk orang-orang yang dibelakangnya.\" (HR At Tirmidzi yg oleh Syekh Al Albani diberi derajat hasan shahih)
Lagi pula dgn sutroh kita pun aman dari gangguan orang lewat. Misalnya yg kita jadikan sutroh itu dinding, tabir atau tiang masjid, atau orang yg sedang duduk di depan kita. Atau kita letakkan tas ransel di depan kita. Tentu orang juga ga akan nekat lewat di depan kita.Ya sekalipun ada yg lewat pun harus kita cegah.


أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ مَالِكٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي فَلَا يَدَعْ أَحَدًا أَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ
Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah dari Malik dari Zaid bin Aslam dari 'Abdurrahman bin Abu Sa'id dari Abu Sa'id bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: \"Jika salah seorang dari kalian shalat, jangan biarkan orang lewat di hadapannya. Jika ia tetap bersikukuh (untuk lewat depannya), hendaklah dia perangi.\" (HR Imam Nasa’i  yg oleh Syekh Al Albani diberi derajat hasan shahih)
Dan juga hadits yg diriwayatkan Imam Ibnu Majah yg oleh Syekh Al Albani diberi derajat hasan shahih, yaitu:
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيُصَلِّ إِلَى سُتْرَةٍ وَلْيَدْنُ مِنْهَا وَلَا يَدَعْ أَحَدًا يَمُرُّ بَيْنَ يَدَيْهِ فَإِنْ جَاءَ أَحَدٌ يَمُرُّ فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّهُ شَيْطَانٌ
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar dari Ibnu 'Ajlan dari Zaid bin Aslam dari 'Abdurrahman bin Abu Sa'id dari Bapaknya ia berkata, \"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Jika salah seorang dari kalian shalat, hendaklah menghadap ke sutrah dan mendekatinya. Jangan membiarkan seseorang melintas di depannya, jika ada seseorang yang melintasinya hendaklah ia bunuh sebab dia adalah setan. \"

Alhamdulillah setelah aku bilang gitu, si Bapak itu lalu terkekeh2 sambil mengangguk2, kemudian bergerak menuju posisi imam di samping mimbar. Barulah orang2 ikut di belakangnya dan kami pun sholat berjamaah.

Sebenernya sih sebagian cerita ini udah kusampaikan di musholla kantor, tapi ngga ada salahnya kuceritakan lagi di sini. Waktu dua hadits di atas (yg tentang diperangi dan dibunuh) ini kusampaikan di kantor, jamaah bergemuruh rame. Ekhem..guys, ini bukan aku yg ngomong. Ini sabda Rasulullah, dgn hadits yang hasan shohih. Karena itu, pelajaran yg bisa dipetik, tentu saja, jgn lewat melintasi sutroh di depan orang yang sedang sholat. Dan bagi yg sedang sholat sendirian, jgn lupa sutroh nya biar ga dilewatin orang yg mungkin belum faham.

Semoga cerita ini ada manfaatnya. Mohon maaf, mohon maaf, mohon maaf beneeerrr kalo ada kekurangan. Mohon dikoreksi dan ditambahi. Ilal liqo’.
Wassalamu’alaikum wr wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar