Udah tau belum kalo aku tinggal di desa? Udah ya. Kami tinggal di sebuah desa kecil di Jombang, yang kanan kirinya sawah. Sebagian besar penduduk desa berprofesi sebagai petani atau buruh tani. Dan ternyata termasuk juga Mama K, yang punya sepetak kecil sawah di deket rumah.
Suatu hari sawah Mama K panen untuk yang pertama kali. Bergerobak-gerobak batang padi yang sudah ditebasi diangkut ke halaman rumah. Ada sekitar tujuh atau delapan buruh tani yang digaji untuk bekerja hari itu. Laki-laki dan perempuan. Rata-rata mereka ini tetangga di kanan kiri rumah juga yang pekerjaan sehari-harinya memang bertani.
Batang-batang padi yang telah ditebasi itu kemudian dimasukkan ke dalam lubang di atas mesin penggiling padi keliling yang sudah parkir sejak tadi di halaman rumah. Bunyi mesinnya berisik memekakkan telinga, berrrrrrrrrrzzzz beerrrrzzzz, menggiling batang-batang padi yang terus dimasukkan. Dari lubang di ujung bawah, keluarlah butir-butiran gabah yang menyembur keluar tak henti-henti. Butir-butir gabah tersebut langsung dimasukkan ke dalam karung. Lalu karung dijahit dan ditumpuk di depan garasi untuk kemudian ditimbang dan siap diangkut oleh tengkulak.
Selain mengeluarkan butiran-butiran gabah yang terus menyembur itu, mesin penggiling padi itu mengeluarkan berbatang-batang jerami sebagai ampas buangan. Jerami-jerami yang sudah tidak dipakai, disingkirkan ke tempat lain, di tumpuk di tanah kosong di samping mushola di sebelah rumah, untuk nantinya akan dibakar.
Mama K selaku pemilik sawah yang mengerti urusan ini mengawasi penimbangan karung-karung gabah yang siap dibawa tengkulak. Di tangannya, ia memegang bulpen di tangan kanan, sementara tangan kirinya memegang buku sekaligus kalkulator. Sementara Kevin dan anak-anak kecil lain bermain-main di tumpukan jerami, aku hanya jalan-jalan mengawasi proses penggilingan batang padi menjadi gabah. Bukan mengawasi sih sebenarnya. Lebih tepat kalo dibilang liat2 doang.
Tiba-tiba mataku tertuju pada tumpukan jerami yang sudah tidak dipakai itu. Ada sekitar lima atau enam ibu-ibu berjongkok di tanah di dekat tumpukan jerami itu. Entah mereka berasal dari mana. Mereka berpakaian tertutup dan kumal. Kepala mereka mengenakan jilbab kaos, atau sekedar kerudung untuk melindungi rambut dan leher dari kotoran jerami, lalu ditutup lagi dengan topi caping petani berukuran lebar untuk menahan panas matahari. Rata-rata mereka memakai baju lengan panjang, celana panjang dan sarung tangan. Mungkin ini memang ‘pakaian dinas’ mereka sehari-hari.
Ibu-ibu itu sedang sibuk mengayak-ayak jerami dengan tangan dan sapu lidi yang mungkin mereka bawa dari rumah masing-masing. Jerami diayak-ayak hingga rontoklah beberapa butir gabah yang sebelumnya masih menempel. Lalu diayak-ayak lagi, hingga rontok-rontok lagi. Lalu diayak-ayak lagi, hingga rontok-rontok lagi. Begitu seterusnya. Butir-butir gabah yang jatuh ke tanah itu kemudian disapu lalu dikumpulkan, dan mereka masukkan ke dalam karung kecil yang sudah mereka siapkan.
“Ma, itu siapa?” tanyaku dengan suara keras ke Mama K, di sela berisiknya suara mesin penggiling padi yang memekakkan telinga.
“Nggak tau.” kata Mama K dengan agak berteriak.
“Ituuu, yang di jerami-jerami.”
“Lha iya Pa, nggak tau. Bukan orang sini.” jawab Mama K lagi.
Aku kembali menatap ke arah mereka. Orang-orang asing itu. Begitulah yang mereka lakukan. Mengais-ngais butir-butir gabah dari jerami yang sudah tidak dipakai lagi. Berharap mendapatkan gabah untuk dijual, atau mungkin digiling sendiri menjadi beras.
Butir demi butir, boss.
Dikumpulin.
Atu-atu.
Dan masih saja ada orang di sisi lain negeri ini, yang masih menyia-nyiakan makanan, bermewah-mewah, lalu tidak menghabiskannya, dan membuangnya ke tempat sampah. Na'udzubillahi min dzalik. Semoga kita semua, Insya Alloh -semoga Alloh memudahkan niat kita ya- tidak akan lagi menyia-nyiakan makanan di piring kita.
Hmmhhh.
Fa bi ayyi aalaa-i robbikumaa tukadzdzibaan.
Rasulullah S.A.W menyuruh membersihkan sisa makanan di piring dengan sabdanya,“Kalian tiada mengetahui secara pasti di mana letak berkah pada makanan” (HR. Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar