Senin, 25 Maret 2013

Tobat Ngrokok



Dulu aku perokok.
Jaman kuliah rokokku Gudang Garam Internasional -anak Jakarta biasa nyebutnya Gudang Garem Filter-. Itu lho yang filternya pendek. Kenapa ngrokok, Squ? Asli, cuma buat ikut2an aja. Yang lain ngrokok, ane juga ngrokok. Merasa keren kalo ngrokok.
Lalu lama2 merasa pusing dan berat di kepala. Kemudian tanpa basa-basi aku ganti ke Sampoerna A Mild yang putih itu. Lebih ringan, tapi cepet abis.
Ngabisin duit maksudnya.
Lalu perlahan aku ngga beli rokok lagi, tapi masih ngrokok kadang2 minta temen (buseet).
Lalu perlahan mulai bosen dan makin jaraaaaang ngrokok hingga akhirnya berhenti sama sekali. Badanku yang kurus pun akhirnya mulai berisi.


Setelah nikah ternyata aku masih ngrokok hanya kalo lagi nyupir mobil jarak jauh. Itu berarti, ya anggaplah kira2 empat bulan sekali, kalo pas mudik aja. Sebatang dua batang lah kira2 dalam satu perjalanan jauh.
"Biar ngga ngantuk." alasanku waktu itu. Tapi Mama K ngga suka asepnya, karena itu biasanya jendela mobil kubuka lebar-lebar, biar ngga kena Kevin juga yg masih itu masih kecil.
Suatu ketika dalam perjalanan jauh Madura-Jombang, aku turun dari mobil, nyebrang jalan menuju Indomare* (maap harus kusensor biar ga dikira ngiklan) untuk beli rokok "Tombo ngantuk."
Sekali lagi, aku memang ga ngerokok kecuali nyupir jauh begini.


Keluar dr minimarket, aku berdiri di pinggir jalan, nyalain rokok, lalu tengok kanan kiri, dan nyebrang menuju mobil. Perjalanan dilanjutkan.
Abis satu batang, ngantuk ku hilang. Sepanjang perjalanan, aku ngga nyalain rokok lagi.
Tiba2 Mama K nanya, "Papa ngga ngrokok?"
"Engga, Ma." jawabku singkat. Perjalanan dilanjutkan.
Agak lama Mama K nanya lagi, dan kujawab sama. Lalu nanya lagi, kujawab sama lagi.
Lho.. Ada apa c?
"Dari tadi nanya2 mulu, Mama pengen aku ngrokok?" tanyaku curiga.
Dan Mama K bilang, "Papa keren kalo ngrokok."
Hah! Guwoooong (gong dipukul kenceng) !!!
Serius aku keren? *sambil sisir2 rambut pake jari* 
Ternyata style cool nyalain rokok di pinggir jalan tadi menjadi perhatian Mama K dr dalem mobil, uhuuy ihiiir *sisir2 rambut lagi pake jari*

"Cuma ngga suka asepnya." tambah Mama K.
Oalah. Aku ketawa ngekek, "Lha terus, diemut doang gitu rokoknya?" tanyaku.
Kami pun tertawa.
Rupanya ini juga ya yang jadi alesan sebagian orang, yang mengira kalo dia lagi ngrokok tuh keliatan keren. Padahal itu salah besar. Nih kukasih tau. Cerita di atas itu yang bikin keren adalah orangnya, bukan rokoknya, hahaha. 
Itupun kata istriku kalo rokoknya diemut doang tanpa asep!

Lalu, saat pemahamanku semakin dalam tentang mudharatnya, aku kemudian mengganti tombo ngantukku itu dengan permen pedes Golia. Dan yang namanya rokok akhirnya bener2 kubuang jauh2 dari kehidupanku

     

Sahabat2 yang kucintai karena Allah Ta'ala.
Setelah kita semuuuuaaaa tau betapa buruknya merokok, ternyata di luar sana masih aja banyak perokok yang sayangnya adalah temen2 akrab kita sendiri, sodara kita sendiri, bahkan anggota keluarga kita sendiri  yang hubungannya begitu dekat dan akrab dengan kita sehari2. Bukan mereka ngga tau keburukannya lho ya. Mereka kan ngga bodo. Cuma mgkn agak ketutup oleh hawa nafsu yang belum bisa dikalahkannya sendiri.

Ngga capek2 ya kita menasehati, secara lisan maupun tulisan kepada para perokok.
Tapi selalu adaaa aja jawaban ngeyel dari mereka.
Bahkan sekalipun lembaga2 fatwa ulama dunia sudah mengharamkan, seperti Komisi Tetap Lembaga Riset Ilmiah dan Fatwa di Riyadh (1396 H.), Dewan Fatwa al-Azhar, Mesir (1979 M.), Muzakarah Jawatankuasa Fatwa, Majlis Kebangsaan Hal Ehwal Islam Malaysia yang ke-37 ( 1995 M), Fatwa Negeri Selangor (1995) dan Fatwa Majlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Indonesia (2010 M.), termasuk pula fatwa haram dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), para perokok tetep aja ngeyel.

Ketika disampaikan haramnya merokok, langsung dibantah oleh mereka,

"Siapa bilang rokok haram, jaman Rasulullah aja ngga ada rokok kok main mengharam2kan."
Lho jaman Rasulullah juga belum ada tequilla, vodka maupun sabu-sabu, tetep aja haram karena mudharat (dampak buruk) buat diri sendiri dan orang lain, maupun haram karena zat yang dikandungnya.


Mereka lalu menambahkan,
"Ngrokok itu makruh! Belum sampai haram!"
Makruh itu arti katanya adalah dibenci (tidak disukai). Oo jadi sepakat ya kalo ngrokok itu perbuatan yang dibenci? Dibenci siapa? Dibenci Allah dan RasulNya. 
Maka jangan merasa aman dengan perbuatan makruh. Apalagi makruh tahrimi, selain ternyata begitu banyak fatwa ulama dan dalil yang menguatkan haramnya merokok. 

Bahkan konon, ada ustadz atau kyai yang bilang, "Rokok itu hukumnya sunnah bahkan wajib, kalo ngga ngrokok gini, ngajinya ngga keluar dalil." Malah ada yang sambil berceramah sambil ngrokok. Fyuuh. Coba cari di youtube deh. Gimana ngga jamaah nya ikut ngrokok semua tuh. Padahal jelas2 itu benda berbahaya, tapi dijadikan sandaran pembenaran bagi mereka.


"Biarin aja, lha wong kyai nya juga ngrokok. Ustadz nya juga ngrokok. Pinter mana kamu ama kyai ku?"

Wah beneran tuh. 
Banyak tokoh agama yang dihormati justru memberi contoh ngrokok.
Suatu hari, digelarlah sebuah acara keagamaan di mushola kampung di sebuah desa di Jawa Timur. Rame sekali, dengan dipasangi speaker dan masyarakat Muslim datang berduyun-duyun.
Penulis lupa persisnya acara apa, entah mauludan, atau pengajian toriqoh apa gitu. Dan karena di samping mushola tersebut terdapat sebuah rumah, maka -mau tidak mau- sebagian orang yg di"tokoh"kan pun disediakan tempat oleh panitia, dikumpulkan di ruang tamu rumah tersebut.

Tapi sungguh amat disayangkan.
Rumah yang tidak pernah menyediakan asbak rokok itu ternyata malah dijadikan tempat majelis suro (suka rokok). 
Kasihan tuan rumah dan keluarganya yang terpaksa menyingkir jauh2 saat orang2 itu duduk bersila, bersarung, berkopiyah, berkumpul dan.. merokok bersama2 di ruang tamu!
Asapnya putih memenuhi ruangan, hampir seperti berkabut.
Mereka saling membagi keburukan dengan saudaranya. Mereka menghisap rokok, lalu meniupkan asapnya ke temennya.
Lalu temennya membalas. Lalu dibalas lagi.



Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak boleh memulai memberi dampak buruk (mudharat) pada orang lain, begitu pula membalasnya." (HR. Ibnu Majah, Ad Daruquthni, Al Baihaqi, Al Hakim; shahih menurut Syaikh Al Albani)

Rumah yang bebas asap rokok itu hari itu dijadikan smoking area oleh mereka. Padahal mereka saudara sesama Muslim lho. Sepertinya ngerti agama, namun tidak aman muslim lain dari gangguan mereka. Na'udzubillahi min dzalik -kami berlindung kepada Allah dari perbuatan yang demikian itu.


Kadang nasehat2 berbentuk sindiran halus bisa juga menyentuh hati para perokok.
Misalnya, "Eh ternyata orang kaya itu ngga merokok ya."
Mereka langsung jlebb, kena di hati, karena kebetulan secara ekonomi mereka masih lemah tapi kok masih aja merokok, sementara orang kaya malah ngga merokok. 

Lha daripada buat beli rokok kan mending dikasih ke istri to? Buat beli daging, ayam, telor, tahu, tempe, cabe, bawang, sayur, kangkung, bayem atau apalah yang positif.
Disindir begitu langsung deh malu hati. Iya ya.
Tapi sebentar doang, karena dengan bekal hawa nafsu, mereka langsung mencari2 siapa temen mereka yang kaya raya tapi ngrokok.

Ketika memakai gaya sindiran Ustadz Arifin Ilham bahwa orang yang sholat Subuh berjamaah di masjid bukan perokok , maka kita tanyakan orang sebelah kita yang perokok, "Tadi pagi jamaah Subuh di masjid ngga?" 
Jlebbb, langsung mati kutu deh saat ternyata dirinya (si perokok ini) memang ngga pernah jamaah Subuh di masjid.
Tapi lalu dia mencari pembenaran, ah kyai itu, ustadz anu, juga perokok aktif tapi selalu sholat jamaah di masjid kok, malah jadi imam nya. Lagi2 kyai dan ustadz perokok mereka jadikan sandaran pembenaran.

Ada juga yang jawabnya seenak udelnya sendiri. Misalnya, ketika kita ingatkan pada sebuah tulisan dilarang merokok di tembok atau pintu kaca, mereka akan berdalih,
"Yang dilarang ngrokok itu ya di tulisan itu! Kalo ngrokok di tembok situ ya memang ga boleh. Kalo di sini boleh."
Waduh. Itu jawaban pura2 bodoh atau memang bodoh? Tentu saja pura2 bodoh buat lucu2an aja, yang intinya bahwa semua peringatan yang dipasang itu bukan untuk dipatuhi. Mikirin kesehatan diri sendiri aja engga kok, gimana mikirin kesehatan orang lain?
 
Ada sebuah kisah nyata yang diceritakan oleh salah satu ustadz di radio Rodja dari seorang mantan dokter kepresidenan, yang sedang mengantar ayahnya dalam sebuah bis AC.
Saat itu, ada salah satu penumpang yang merokok.
Lalu ditegurlah oleh si dokter agar rokoknya dimatikan karena ini ruangan ber-AC. Di setiap ruangan AC tentu udah ditempeli tulisan dilarang merokok. Maka, si perokok dengan wajah marah lalu mematikan rokoknya. Tapi tiba2 kemudian dia kentut kenceng banget, DUUUT!!
"Lho kok malah kentutin?" si dokter protes.
Si perokok balas ngotot, "NGGA ADA TULISAN DILARANG KENTUT!!"
Rupanya itu pelampiasan amarahnya karena dilarang merokok. Hahahaha.

Atau saat diingatkan bahwa sebagian besar korban asap rokok adalah perokok pasif, maka mereka akan berdalih,
"Justru karena yang bahaya itu perokok pasif, makanya jadi perokok aktif aja!"
Lho bukannya tobat malah ngajak2 maksiyat?

Ada yang bilang begini,
"Mending ngga makan daripada ngga ngrokok."
Ah masa? Bokis banget. Kalo laper perut krucuk2 juga lgsg ke meja makan buka tudung saji. Ya kan?
Lagian jangan banding2in makanan ama rokok deh.
Coba liat, apa ada orang makan pizza di toilet?
Atau makan nasi padang sambil duduk di closet?
Ngga ada kan? 
Tapi perokok? Waaah malah sueneng banget kalo ngrokok sambil jongkok gitu. 
Ntar abu dan puntungnya ada berserak2an di lantai wc.
So, jangan deh banding2in makanan ama rokok. Beda level.    

Ada juga yang bilang begini,
"Rokok diurusin, tapi kalo asep knalpot kok ngga diprotes!?"
Oo ngiri ya ama asep knalpot? Yo wis kalo ngiri, gimana kalo situ nyedot kenalpot aja? Hihihhi.
Kujawab gampang2an aja deh atas perbedaannya. Pertama, asep knalpot itu adanya di jalan raya, di tempat umum dan terbuka beratap langit, sementara asep rokok itu di ruangan tertutup, di angkot, di kantor, di rumah dan di muka anggota keluargamu! Itu beda nya.

Kedua, asep knalpot itu berasal dari kendaraan bermotor, kebutuhan seluruh umat manusia untuk berpergian. Sedangkan asep rokok itu kebutuhan hawa nafsumu sendiri. Tuh bedanya!

Di lain hari, kita ingatkan bahaya rokok seperti membunuh diri sendiri, dan bisa menyebabkan kematian, serangan jantung, impotensi dsb, mereka akan berdalih,
"Bahaya apanya? Itu buktinya mbah fulan sampe sekarang masih sehat aja padahal ngrokok sejak muda. Malah yang ngga ngrokok yang mati duluan."
Lho jadi mau niru Mbah Fulan, yang hingga usia tua masih rutin mendzolimi orang lain dengan asap rokoknya? Na'udzubillahi min dzalik.

Ikhwatal Islam rahimakumullah. 
Ini bukan bahasan baru. Bukan pure juga dari aku sendiri. Bahasan ini udah ada dimana2. Aku cm pengen jadi bagian mengkampanyekan anti rokok buat sahabat2ku fillah yang masih ketergantungan ama rokok.

Maka kembalilah kepada hati nurani yang paling dalam.
Rokok itu ngga baik. 
Kalau lah merokok itu baik, kenapa para perokok ngga berbangga2 mengajari anak mereka merokok sejak dini?

"Eh anak saya baru sepuluh bulan udah bisa jalan lho!!"
"Ih, anak saya yang bungsu, si Tino, malah umur sepuluh bulan udah bisa ngomong papa papa mama mama."
"Yaelah, anak saya sepuluh bulan udah ngrokok Dji Sam Soe ngga pake batuk!"
Gubrakz!!
Ada yang gitu? Rela anak kita merokok?

Yuk, matikan rokok sekarang.
Dulu aku juga perokok 'kan? 
Sama kaya kamu dan kamu. Lalu aku berhenti dan meninggalkannya jauh2
Temen2ku yang dulu ngrokok juga udah pada berenti lho.
Kamu juga bisa!

4 komentar:

  1. jadi yg keren itu orangnya ya, bah?
    bukan rokoknya?
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. mohon diabaikan yg bagian itu,
      hahahahaha
      *kabooor

      Hapus
  2. setuju om squ,, lagi mikirin cara buat menyadarkan saudara-saudaraku yang merokok,,

    kalimat kampanye yang keren :
    "yang bikin keren orangnya, bukan rokoknya!"
    hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi, kayanya bisa dijadiin quote kampanye rokok

      Hapus