Rabu, 18 September 2013

Dari Pintu Ke Pintu

Aku punya temen, udah sepuh, namanya Haji Amir, beliau ketua ranting NU di salah satu kecamatan di Jombang. Baru2 ini ga ada angin ga ada hujan Pak Haji Amir nelepon, "Ini lagi menuju sana (rumah kami di mojoagung)." Ya Allah, beliau ini usianya jauuuh di atas kami, udah sepuh, tapi mau meluangkan waktu main ke rumah, biasanya beliau ini naik mobil carry tetangganya yg bernama Haji Sofwan."Waduh Pak Amir, kami kan sekarang di Jakarta." jawabku."Oalah nang Jakarta ta? Padahal ini udah mau kesana." Ah sayang sekali. Kebayang betapa sumringah wajah Haji Amir kalo kami bertemu. Senyumnya lebar. Lalu berpelukan. Sambil tertawa terkekeh2 ngobrol sana sini.
Indah sekali.

Aku juga punya temen, udah sepuh juga, sebutlah namanya Yai Ni'am. Beliau ini juga warga nahdiyin tulen. Nah beliau ini pun pernah jauh2 naik bis ke rumah kami. Aduuh haru rasanya disamperin temen jauh2 dari Nganjuk naik kendaraan umum pula. Peluk dan sapa hangat pun terjalin. Ada bahagia yg terasa saat berjumpa. Disamperin itu rasanya kaya dicintai dan dihargai. Iya lho. Apa coba yg melangkahkan kaki mereka sejauh itu kalo bukan karena cinta.
Cintanya mereka kepada kita,
karena Allah Ta'ala.


"Kita kalah Ma, ama orang2 itu, Haji Amir, Yai Ni'am dan yg lain." keluhku suatu hari. "Kita kendaraan ada tapi kok ngga bisa kaya mereka.""Ya diniatin, Pa." kata Mama K.Iya ya, dasarnya memang niat.Kalo niat, ber-azzam kuat, bersungguh2, insyaa Allah bisa terlaksana. Ingin rasanya balas meneladani mereka.

Sedangkan kalo ngga niat, akan ada 1001 alasan yg menghalangi kita untuk bersilaturahim ke sodara kita yg lain.Kalo kata Ust Felix Siauw, menukil dari pepatah Sumatera, "Kalo nak 1000 daye! Kalo tak nak 1000 daleh"

"Iya nih pengen. Tapi ngga sempet." alasan sebagian orang."Abisnya lagi banyak acara sih." kata yg lain."Ga ada kendaraan." kata yg lain lagi.

See?Akan ada banyak alasan yg pasti bisa kita pakai kalo memang kita ngga bersungguh2. Ya kan? Semua tergantung niat. Mau apa engga kita berlelah2, meluangkan waktu dan tenaga sejenak.

Maka suatu hari, kami bertiga mengunjungi rumah Haji Amir. Hwaaaa, masyaa Allah betapa senangnya beliau dikunjungi. "Ayo kita ke Nganjuk, ke Yai Ni'am." kata Pak Amir, mumpung ada mobil nih. Maka kami pun bersama2 ke Nganjuk. Hwaaaaaa, masyaa Allah, betapa senangnya Yai Ni'am didatangi tamu dari jauh.
Tau ngga, lelah lelah jauhnya perjalanan pun rasanya terbayar saat bertemu dengan saudara kita yang memang udah lama tak bersua. Bahagiaaa banget. Itu tuan rumah tentu juga sangat merasa bahagia.

Kami pun mencoba lagi mengunjungi temen2 kami orang2 tua yg memang sudah lamaaa ngga ketemu. Apalagi mereka sudah sepuh, tentu sulit bagi mereka untuk berkunjung kesana sini, maka yg muda lah yg nyamperin.

Lagi2, saat bertamu, betapa kami melihat reaksi mereka bahagiaaaaa sekali. Dari kejauhan tampak tuan rumah udah menanti di pinggir jalan, longak longok ngga sabar nunggu tamunya.Ya Allah. Haru rasanya.
Begini ya indahnya menjalin silaturahim.Adeemm di dada.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, "Bahwasanya ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di suatu desa, maka Allah Yang Maha Tinggi menyuruh seorang malaikat (dengan rupa manusia) menghadang di tengah jalan. Maka setelah bertemu dengannya, malaikat itu bertanya, "Hendak kemanakah kamu ?". Jawabnya, "Saya akan mengunjungi saudaraku di desa ini". Malaikat bertanya, "Apakah kamu berhutang budi padanya sehingga kamu akan membalasnya ?". Jawabnya, "Tidak. Hanyasanya saya mencintainya karena Allah". Malaikat berkata, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu (menyampaikan), bahwasanya Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah". [HR. Muslim]

Di antara tuan rumah, ada juga yg malu2 "Rumahnya jelek lho."
Ya Allah, ngga banget kale bertamu kok menilai rumah jelek atau engga. Bukannya mulia dan tidaknya seorang hamba itu ngga dinilai dari bagusnya rupa ataupun banyaknya harta.Tapi kalo kita bertamunya baik2, buka alas kaki, duduk sama rendah berdiri sama tinggi, tentu perasaan malu2 tuan rumah juga akan hilang dengan sendirinya.

O iya.
Jangan lupa "Tahaaduu tahabbuu" Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari). Yang bertamu bawa buah tangan, yg tuan rumah juga siapin buah tangan. Itu namanya tanda tresno, ungkapan cinta kita kepada sodara. Ada tuan rumah yg selalu siapkan sesuatuk di rumahnya, kali2 ada tamu yg dateng bisa buat buah tangan.
Bu Sulis -temenku di forum shalahuddin- bercerita kalo di rumahnya udah dia siapin tuh kaos kaki buat hadiah bagi tamu yg main ke rumahnya. Bisa juga jilbab kan? Atau ada juga yg siapin buah2an di kulkas. Ada juga yg siapin sembako, yg setiap saat bisa jadi buah tangan ringan buat tamunya.

Saat cerita Bu Sulis kusampaikan ke yg lain, rata2 mereka bilang "Wah bener juga ya. Bisa ditiru tuh."
Alhamdulillah. Kaan, ilmu itu bisa barokah kalo dibagi2 kpd yg lain. Jangan disimpen sendiri.

Ah betapa masih banyak PR yg belum dikerjakan ya.Coba direnungin, betapa masih banyak sodara2 dan kerabat2 lama yg belum disamperin. Udah belasan bahkan puluhan tahun seperti terlupakan. Ngga pernah ketemu padahal mungkin sama2 sekota, atau di kota sebelah. Tinggal atur schedule aja, atur keuangan juga. Mau kemana nih abis ini, trs mau kemana lagi setelahnya. Gapapa bercapek2 sekalian jalan-jalan sambangi sodara dari pintu ke pintu. Ga ada yg sia2 dgn berbuat baik. Moga2 suatu saat kita juga bisa bersua.
Tiba2 pintu rumahmu kuketuk, atau pintu rumahku yg temen2 ketuk. Ya to?
Who knows.
Sekian dulu dari sayah.
Ilal liqa'
Uhibbukum fillah.

7 komentar:

  1. Bu Sulis juga menginspirasiku... thanks..
    dan kayanya berkunjung bersilaturahim itu harus dirutinkan dan dijadwalkan ya... biar gak ada 1000 daleh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. @nyona sutisna : eee temennya bu sulis juga ya??

      Hapus
  2. ah..teringat janji silaturahim dengan beberapa teman yg belum tertunaikan..

    jazakallah omsqu..

    BalasHapus
  3. Jombaaaaaangggg...
    Ternyata om asli mojoagung tho? kalo mama K asli mana ya, om?
    Saya tebuireng, om... yah, ga jauh-jauh amat lah sama mojoagung...

    Semoga suatu saat ada kesempatan sy kenalan sama kevin... Aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. @nihayah: bukaaaaaaaaannn...
      Aku kelahiran Surabaya, trs besar di Jakarta, trs pindah jombang, trs kuilah di Jakarta lagi, trs skrg di Jakarta lagi (mbulet kan?)
      Yang asli mojoagung itu mama K, skrg homebase kami di mojoagung itu.

      Hapus
    2. Wah, berarti mama K tetanggaan sama saya, Om...
      sampein salam sy buat mama K ya... Salam kenal dari tetangga... :)

      Hapus