M
|
usholla di deket rumah lagi mau bikin pagar. Pagar besi dua pintu yang model bukaannya dengan digeser. Soalnya nih kadang-kadang suka ada ayam masuk ke musholla. Naik-naik ke lantai teras terus ee' deh sembarangan, cret-cret. Akhirnya harus pada ngepel, menyingkirkan ai otok-ai otok yang bertebaran di segala penjuru. Yah maklum, namanya juga ayam, mau diiket juga ngga mungkin, memangnya anjing. Dikurungin terus juga ngga mungkin, jadi kaya memenjarakan kebebasannya beraktifitas. Mungkin kalau sudah digoreng, baru deh masalah terpecahkan.
Aku pun ditunjuk sebagai bendahara dadakan. Siapapun warga sekitar yang mau nyumbang silakan. "Dana yang dibutuhkan adalah sekian-sekian, yang mau sedekah silakan titipin ke Abah." gitu kata pak imam sholat jamaah. Warga pun manggut-manggut sambil megang janggut, usap-usap perut dan garuk-garuk lutut.
Dalam semalam adalah beberapa warga yang langsung titip duit buat pagar, alhamdulillah. Di ruang tamu, aku nyatetin tuh satu-satu siapa saja yang setor sekalian ngitung duit di dalem amplop. Waktu itu Kevin baru saja dapat uang-jajan-jatah-dari-mbah-nya (setiap mbah nya dapat uang pensiun tgl 1) sebesar sepuluh rebu.
Karena sejak awal K (panggilannya Kevin, dibaca kay-english alphabet) sudah ngikutin betapa orang-orang banyak nyumbang untuk pager musholla, maka begitu punya duit K langsung nyodorin tuh duit sepuluh rebu. "Aku juga Pa."
"Benaran? Mau nyumbang?" tanya bendsem (bendahara hensem) itu.
"Benaran? Mau nyumbang?" tanya bendsem (bendahara hensem) itu.
Kevin ngangguk, sambil tersenyum lebar dan mata berseri-seri.
"Alhamdulillah." bisa bayangin kan perasaan ku. Berbunga-bunga banget. Trus kucatet deh Kevin nyumbang sepuluh rebu, dijajaran nama-nama donatur. "Eh bentar." kata K yang lalu rogoh-rogoh sakunya. Cari sana sini, eh nemu duit seribu lecek, terus dikasih ke aku lagi.
"Ini juga?"
Kevin ngangguk, sambil tersenyum lebar keliatan giginya. "Subhanallah. Alhamdulillah." aku dan Mama K senyam-senyum terharu. Mudah-mudahan, mudah-mudahan, sejak kecil K semangat sedekah terusss hingga dewasa selama nafas masih dikandung badan. Trus kucatet deh Kevin nyumbang serebu, di bawah nama donatur sebelumnya yang juga bernama sama tapi nyumbang sepuluh rebu.
Besok paginya, usai sholat subuh, sepertiiii biasa K bilang, "Pa beli jajan Pa."
Ups. Kesemmmpatan nih. Aku lalu minta tolong Mama K cariin toples bening dari plastik, dan dapat. Di bagian luar toples kutulisin SEDEKAH KEVIN pake spidol besar warna hitam.
Kevin lalu kupanggil ke ruang tamu, berdua saja. “K, ini toples sedekahmu.”kataku, "Dengarin. Mulai sekarang, setiap separoh dari uangmu dimasukin kesini ya? Disedekahin.”
Kevin senyum lebar, mata jelinya berbinar-binar, lalu mengangguk.
Aku terusin, “Jadi kalau kamu minta Papa uang jajan, trus Papa kasih dua rebu, berarti yang serebu kamu masukin toples sini. Kalau Papa kasih uang serebu, berarti yang lima ratus masuk sini. Ngerti ya?”
Kevin mengangguk lagi dengan cepat. “Trus uang sedekahnya ini mau kita kasih ke siapa?” tanyaku. Kevin yang duduk agak tidur-tiduran di kursi ruang tamu sambil kakinya diangkat-angkat, dengan tertawa-tawa menjawab, “Hehehe.. Ngga tahu.”
“Ya kita kasih ke masjid." kataku, "Ke teman-temanmu yang susah, ke orang-orang miskin, ke siapa saja terserah kamu.”
Kevin mengangguk lagi. Sepertinya ia mengerti.
“Ya sudah, ntar toples ini Papa taruh di atas tv ya.” Lalu aku ngeluarin selembar uang dua ribuan (sebenarnya aku mau tukerin uang ini dengan dua lembar uang seribuan, tapi Mama K ngga setuju "biar kita liat yang seribu dimasukin toples apa engga").
“Nah K, ini, dua ribu buat kamu. Sana buat jajan.” Kevin lalu pergi ke luar rumah, mungkin beli snack-snack kesukaannya, sementara aku liat tv. Acara tv kalau pagi-pagi begini ada berita, tayangan gosip juga ada, acara pengajian juga ada. Pilih yang bermanfaat.
Ngga lama kemudian Kevin masuk rumah lagi. Di tangannya ada dua bungkus snack jagung rasa coklat seharga lima ratusan.
“Ini Pa.” kata Kevin sambil menyerahkan uang sedekahnya seribu rupiah, kembalian dari warung tadi. “Alhamdulillah." ternyata Kevin faham."Papa masukin ya.” kataku sambil masukin ke dalam toples. Terus Kevin balik badan dan kembali ke luar bersama teman-temannya.
Tiba-tiba Kevin balik lagi. “Paaa.” Sambil tersenyum lebar dan bangga, ia mengacungkan potongan sedotan kecil, yang di dalamnya digulung uang seribu rupiah. Oalah dapat hadiah! Sedotan kecil berisi uang itu diperolehnya dari dalam salah satu snack yang dibelinya.
“Subhanallah.” kataku sambil memegang sedotan berisi uang itu. Wah benaran dapat hadiah, hihihi. “Tuh kan, baruu saja kamu sedekahin seribu, duitnya langsung balik lagi.” kataku.
“Itu masukin toples juga saja, Pa.” usul Kevin. “Disedekahin lagi?” Kevin ngangguk dengan yakin, sambil mengunyah-ngunyah snack jagung rasa coklatnya.
Aku lalu membuka toples dan memasukkan uang itu, sementara Kevin melangkah keluar, kembali ke halaman bersama teman-temannya. Subhanallah, mudah-mudahan ini awal yang baik. Bahwa ada pelajaran yang ingin ditanamkan ke Kevin hingga ia kelak dewasa, bahwa ada hak orang lain disetiap rejeki yang ia terima.
Ya Allah kabulkan lah doa kami semua orang tua, yang ingin anak-anak yang diamanahkan kepada kami menjadi anak-anak yang beriman dan beramal soleh, yang selalu menjaga sholatnya, dan selalu menyisihkan sebagian rejekinya untuk sedekah.
*catatan:Sebelum berangkat sekolah, Kevin menyisihkan lagi seribu uang sakunya ke dalem toples. Terus sampai sekolah dia beli snack jagung yang sama seharga lima ratus, dan di dalemnya dapat gulungan uang seribu lagi di dalem potongan sedotan. Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar