Senin, 30 Mei 2011

Nunggu Hidayah Di Mana?

Selalu ya kita sering dengar (atau ngucap) kata ngeles "nunggu hidayah dari Allah" atau "belum ada panggilan di hati" dan sebagainya. Nah hidayah itu jangan ditunggu, memang mau nungguin dimana? di halte? di perempatan?
Hidayah sendiri berasal dari bahasa arab, dari kata hadâ–yahdî–hud[an] wa hady[an] wa hidy[an] wa hidâyat[an]. Hudâ dan hidayah secara bahasa artinya ar-rasyâd (bimbingan/tuntunan) wa ad-dalâlah (petunjuk).
Hmmm, jadi artinya Petunjuk ya.
Petunjuk itu sebenarnya terpampang dimana-mana. Dan jelas. Contoh ya, misal kita dari Jombang menuju Surabaya bawa kendaraan sendiri tanpa tahu arah sama sekali. Nah petunjuk jalannya sudah tersedia tuh dimana-mana. Misalnya dari rambu-rambu lalu lintas, Surabaya ke sini, Malang kesitu. Jangan sampai tersesat. Kalau pun kita bingung, kita bisa nanya kanan kiri.Atau bisa liat GPS kalau ada.
Kembali ke judul di atas, nunggu petunjuk itu gimana. Tetep jalan saja tanpa tahu arah sesuka kita, yang jelas akan nyasar karena kita ngga peduli petunjuk-petunjuk arah sama sekali. Kalau ditanya kok nyasar, jawab saja seperti di atas, "Masih nunggu petunjuk." Weh petunjuk sudah sebanyak itu kok. Memang nunggu ditegur polisi? atau nunggu bensin nya abis dan mesin mobil mati! Doweeng itu baru mesin mobilnya yang mati. Kalau kita yang mati dalam keadaan tersesat? Jleebbbb.
Terus petunjuk yang disediakan segitu banyak itu apa ngga keliatan? Sebenarnya keliatan, tapi kita nutup mata nutup telinga L Kita keburu asyik dengan perjalanan kita, sampai lupa tujuan utama mau ke Surabaya. Lupa tujuan utama kita diciptakan semata-mata hanya untuk beribadah kepadaNya.
Aku, yang lalai ini, mau berterima kasih melalui tulisan notes yang sederhana ini kepada orang-orang yang kepada mereka lah petunjuk-petunjuk dititipkan untuk kulihat.
Yang paling utama, tentu saja. Terimakasih ya Allah yang menyediakan semua petunjukmu. Yang masih mau menitipkan hidayahMu kepadaku, kepada keluargaku, tetangga-tetanggau dan teman-temanku untuk selalu ingat kembali ke jalan yang lurus, bahwa hidup dan mati kami semata-mata hanya untuk beribadah kepadaMu.
Terimakasih kepada Nabi Akhir Jaman, sebaik-baik mahluk Rasulullah Muhammad SAW yang hingga detik ini kita masih belajar kepadanya.
Hidayah itu pertama-tama dititipkan tentu saja lewat kedua orangtua ku, keluarga ku, guru-guru ngajiku (pak anang, mas basri, mas sayuti) yang sudah mendidikku, memberi begituuuu banyak petunjuk di masa kecil, tapi ketika dewasa aku lalai.
Lewat istriku, Mama K, guru ngajiku yang cantik, yang sabar, solehah, sederhana, yang selalu memberi contoh contoh dan contoh, ga pernah lelah mengajar walau dengan ilmu yang menurutnya hanya sedikit, sementara... Jlebb, suaminya jegigisan, cengengesan, womanizer, ngalor ngidul gak genah, pemarah, egois, manja, sok ganteng, sok sugih. Hadeuuh.
Lewat Kevin, Rio, Dwi, Laili, Galih, Ikhsan, Irfan, Gita, Putra, Agus, Cindy, Della, Anna dan puluhan anak-anak kecil langgar lor lain yang ga bisa kusebutin semua (ntar baca ya di buku ku Haji Mohawk dan Anak-anak langgar lor, kalau terbit hihihihi, amin amiin).
Lewat temenku di kantor, yang hobi bike to work, yang temen becandaan yang kalau ketemu aku suka bilang, "Stt yan yan, cewek itu lho psst psst psst." terus kami tertawa-tawa. Ternyata dia tiap hari sholat dhuha di musholla, Jlebb. Nggak pernah lewat meluangkan waktu kerjanya sejenak untuk bersujud. Thanx bro, walau kamu ngga pernah ngomong apa-apa, tapi petunjuk itu dititipin ke kamu.
Lewat teman-temanku sehari-hari yang berjenggot, bercelana di atas mata kaki, yang berjilbab syar'i, yang santun, ngga banyak ngomong, ngga banyak tertawa, yang keliatan kalau rendah hati dan tawaddu. Jlebb. Kebanting banget ama gayaku yang sok modis, borjuis, hedonis dan sadomasokhis (eh yang terakhir ini engga, hahahaha).
Lewat temenku yang menegur, "Sudah lewat lah Yan masa adrenalin pumping." Jlebb. Mengingatkan betapa usia sudah semakin tua.
Lewat saudara-saudaraku semua, yang terus saja nulis yang baik-baik di BBM, di twitter, di facebook, di gtalk, di FS dan semua socialmedia yang dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk jalan dakwah.
Lewat semua teguran, sindiran, ejekan, perbuatan jahat, santet dan apapun yang sebenarnya justru membuat kita jadi makin ngerti dan ngerti. Bukankah besi harus dipanaskan dan dipukul-pukuli terus supaya terbentuk pisau yang bagus dan tajam?
Hwiih ternyata hidayah itu ada di mana-mana kalau kita mau liat dan berusaha menggapainya. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua yang kuhormati dengan pahala berlipat-lipat dan ngga pernah putus hingga ajal menjemput.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar