Kamis, 16 Februari 2012

Rumah Sakit Sana, Rumah Sakit Sini (Bagian Kedua)

Udah pada baca Bagian Pertama nya kan?

Yuk dilanjutin cerita2nya.
Sampe mana ya? o iya sebelumnya aku cerita ttg orang2 yg berkunjung ke keluarganya yg sakit ya. Trs apalagi yg biasa kita temui di rumah sakit dan bisa kita amati? Oke, bener: Pelayanannya, Gan!

Yang kutau, ada lho sebagian puskesmas dan RSUD milik negeri yg suka membeda2kan pasien. Dibedakan mana pasien berduit dan mana yg engga. Dan dulu, yg pake askes dianggep termasuk yg ga berduit. Dulu aku begitu menghindari make askes, karena udah denger cerita2 tentang betapa 'diremehkannya' pasien yang dirawat dengan menggunakan askes. Tapi akhirnya aku make juga, soalnya disuruh2 mamiku hehehe. Dan dikecewakan pula, karena oleh pihak RS fasilitas askes ku dipake buat borong berbotol2 infus yg ngga kubutuhkan (karena aku udh mau cek out waktu itu).
Ketika kutegur, eh mereka tersinggung karena menganggap toh mereka ga merugikan pasien, kenapa protes. Lalu botol2 infus segitu banyak kemudian mereka serahkan kepada kami. Disuruh minum kali -_-"


Ada tetanggaku yg bukan orang berada bercerita: kemarin ketika istrinya sakit dirawat di puskesmas, mereka memutuskan untuk membayar saja ongkosnya satu juta lebih, karena kuatir kalo pake jamkesmas (layanan untuk orang miskin) ntar dilayani buruk oleh puskesmas. Ternyata walaupun bayar, mereka tetap dilayani buruk. Hmmhh (menghela nafas). Hal itu pun dialami Mama K kemarin ketika mendapat pelayanan yg buruk di puskesmas, tapi tentu saja kita harus yakin, setiap pengalaman tidak enak adalah kehendakNya, dan kita diwajibkan untuk bersabar. Inget Alloh aja, tersenyum dan mudah2an kesabaran kita menghadapi perlakuan buruk orang lain akan dicatat sebagai amalan kebaikan bagi kita, aamiin aamiin.

Maka, aku pun bilang kepada tetanggaku itu utk bersabar. Kusampaikan satu ayat -yg kita semua sudah hafal- kepadanya, "Yaa ayyuhalladziina aamanusta'inuu bishshobri washshollah, innallaha ma-ashshoobiriin." Hai orang-orang yang beriman,jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.(QS Al Baqoroh: 153).
Maka pertanyaan berikutnya ya adalah sholatnya bagaimana? Sholat istrinya bagaimana. Karena setiap orang itu pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yg dipimpinnya [1] Maka kita diwajibkan untuk menjaga keluarga kita dari api neraka:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At-Tahrim:6)

Tapi ternyata, perlakuan tidak sedap puskesmas itu hanya hal kecil, dibanding dengan kemudahan2 yang lain. Ketika tiba di sebuah RS swasta yg megah -yang biasanya kami cuma lewat doang sambil membayangkan betapa mahalnya biaya berobat di situ- ternyata pelayanannya sangat bagus, sangat ramah dengan hati, bukan dibuat2. Dan biayanya pun ternyata murah, Masyaa Alloh. Di situ pula kami berkenalan dengan dr.Tutut yang baik hati -semoga Alloh merahmatinya- yang rela menunggu pasiennya (kami) yg ga balik2 ke ruangannya selesai foto rontgen. Padahal seharusnya beliau sudah pulang. Ketika kami balik ke ruangannya, beliau lagi duduk2 sendirian di ruang tunggu sambil liat tv. Baru ini dokter ga pulang2 krn nunggu seorang pasien.

"Lho dari mana?"
"Aduh maaf bu dokter, tadi abis rontgen trs ke mushola dulu."
"O iya, ngga papa." jawabnya sambil selalu tersenyum.

Oke, dapet dokter baik. Dapet pelayanan baik. Ketika dirujuk ke RS swasta yg lain utk fisioterapi, juga dapet pelayanan yg baik, bahkan bisa menggunakan askes tanpa membeda2kan. Alhamdulillah.  
Nah dari petualangan kami mondar-mandir setiap hari ini lah, kami bertemu dgn banyak pasien2 lain. Kebetulan mama K itu orangnya gampang akrab, jd pasti ngobrol ama orang di sebelahnya. Akhirnya banyak cerita2 lain, ada informasi2 baru, dan jd tau penyakit2 lain. Ada pasien yang harus diterapi selama enam bulan, sementara Kevin hanya dua-tiga minggu. Subhanalloh. Bener2 pelajaran buatku, buat Kevin dan juga buat mama nya. Persis seperti yg kutulis di tulisanku sebelumnya: setiap musibah yg dialami seseorang bisa menjadi cermin bagi orang lain untuk bersyukur.

Ada sebuah cerita.
Suatu hari, kami harus ke RSUD -rumah sakit pemerintah di sini- karena salah satu alat kesehatannya hanya ada di sini. Beda dengan dua RS swasta sebelumnya yang ber- AC, lantai keramik yg mengkilap licin, rapi dan bersih, RSUD ini agak2 berantakan. Spanduk-spanduknya kumel. Warna posternya sebagian sudah memudar. Kertas2 pengumumannya yang di tempel di kaca, mulai lepas, hampir jatoh.  Kasihan liatnya. Polikliniknya ngga layak, bejubel ama parkiran sepeda motor. Dan pengunjungnya banyak sekali. Pasien segitu banyak, sementara kursi tunggu hanya sedikit. Ada kakek2 yg berjalan tertatih-tatih, ada ibu2 yg berjalan susah. Macem2 pemandangan di sini. Betapa kita harus banyak-banyak bersyukur dan perbanyak amalan sholih. Allohu Akbar, semoga Alloh menyembuhkan sakit mereka.

Seorang bapak2 tua, usia 73 tahun mendekatiku. "Facebook ya?" tanyanya.
Kebetulan waktu itu aku lagi buka facebook, "Eh iya Pak."
Dialog kami selanjutnya mgkn tidak sepersis dialog sebenernya ya, ini sebatas apa yg kuingat aja tanpa melenceng jauh dari inti percakapan aslinya.
"Apa itu? Samsung ya? Galaxy tab ya?"
"Iya Pak." eh si bapak ini gaul juga.
"Ada tuh versi terbarunya." katanya.
"Iya Pak, samsung ngeluarin versi baru terus." jawabku. Setelah ngobrol ini itu, lalu aku lancang bertanya,"Bapak sakit apa?"
Beliau lalu bercerita. Beliau mengalami ganggungan penglihatan pada mata kirinya. "Kalo orang lain, kalo nangis kan keluar air mata ya. Kalo saya ngga ada air matanya. Jadi harus ditetesin obat dari luar."
Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.

Ya Alloh. Pernah ngga sih kepikiran soal air mata? Pernah ngga sih kepikiran ketika tiba2 air mata itu ngga dikasih lagi kepada kita. Alloh. Alloh. Pengen nangis rasanya. Fabi ayyi alaaa-i robbikuma tukadzdzibaan.
"Dulu sebelum ini saya sakit prostat. Tapi alhamdulillah udah sembuh, yaa walaupun ngga seperti normal. Kalo aslinya kan kalo pipis seerrrrrr gitu kan, kalo saya sudah serr serrr gitu." Beliau lalu menjelaskan, betapa kalo orang normal ujung kemaluannya itu bisa membuka menutup otomatis, sementara kalo beliau sudah tidak bisa begitu, nutup terus ngga mau kebuka.
Jlebbb.
Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.

Ya Alloh. Pernah ngga sih kepikiran soal ujung kemaluan itu? Kita mah asal pipis ya pipis aja cuuur gitu. Pernah ngga sih kepikiran ketika tiba2 ngga bisa kebuka sendiri ketika kita pipis. Ketika tiba saatnya Alloh menakdirkan supaya pintu itu ditutup selamanya. Alloh. Alloh. Betapa banyak kita durhaka padaNya. Fabi ayyi alaaa-i robbikuma tukadzdzibaan. Hmmmmh (menghela nafas dalam2).
"Bapak sekarang kegiatannya apa?"
"Tahun ini saya berhenti jadi dosen. Udah tua. Biar diganti yg muda2." katanya sambil tertawa. Wajahnya ramah sekali.
"Dulu bapak ngajar apa?"
"Saya ngajar bahasa inggris dan pelajaran agama Islam." Beliau menyebut nama sebuah sekolah tinggi kebidanan. "Tapi saya bukan ngajar bla-bla-bla (dia menyebut bahasa arab, aku ga jelas dia ngomong apa), tapi saya mengajar fiqh yg berhubungan dgn kesehatan dan kebidanan."
"Fiqh nya madzab dari siapa?" tanyaku dgn agak2 sok tau.
"Ya dari siapa aja, saya jelaskan madzab2nya, biar mahasiswinya ikuti mana yg diyakininya." Kira2 beliau bilang begitu. Beliau lalu bercerita tentang ilmu fiqh, tentang madzab ini madzab itu. Tentang bunyi salah satu hadits, dan bagaimana imam2 madzab berpendapat. Aku manggut2 mendengarkan. Sayang kemudian obrolan harus terpotong karena aku harus ke kasir. Ah bapak ini banyak sudah mengajarkan ku tentang bersyukur.

Ketika antri obat, ada seekor kucing kurus kumel di lantai. Kevin langsung mendekat dan elus2. Kucing itu lalu menempel2kan kepala dan badannya di kakinya Kevin. Biasanya ya, kalo liat yg begini, Mama K atau aku akan langsung melarang, "Hweee kevin! kotor ah!" Tapi, seperti tanpa dikomando reaksi kami sama2 tidak melarang. Kalo mengelus2 kucing kurus dan kotor itu termasuk sodaqoh, membiarkannya bermanja2 di kakinya Kevin itu termasuk sodaqoh, maka biarlah Kevin bersodaqoh sebanyak2nya dengan apa yg dia bisa, "Abis itu cuci tangan ya." kataku. Seakan2 hati ini berbisik, hayo apalagi kebaikan yg bisa kita lakukan sbg rasa syukur kepada Alloh. Betapa besar nikmat Alloh Ta'ala kepada kita, sementara selalu saja rasanya hati ini masih kurang dalam mensyukurinya. Kucing kotor ini pun, telah mengajariku tentang bersyukur.

O iya, dari seluruh rangkaian cerita ini, ada cerita ttg satu orang lagi. Sudahkan akhi dan ukti fillah kenal dengan guru ngaji yg cantik itu? Mungkin belum bener2 mengenalnya langsung, tapi mungkin sudah tau nama panggilannya. Mgkn sudah pernah tau fotonya, tapi belum pernah bertemu langsung dengan orangnya, walaupun mgkn sudah sering mendengar cerita2 menyenangkan tentangnya kusebut.
Sebelum pulang dari RSUD, di dalam ruang poliklinik tadi, Bu Dokter memeluknya sambil meneteskan air mata. Bu Dokter bilang kepadanya, "Makasih ya."
Dia bertanya2, kenapa justru dokter yg berterima kasih kepada pasiennya.
Bu Dokter berkata lagi, "Terima kasih sudah mengajariku untuk lebih bersyukur kepada Alloh." Subhanalloh.

NB:
Buat bidadariku.
Tetaplah tersenyum. Tetaplah berbagi cinta dan kasih sayang dengan sesama. Tetaplah menginspirasi orang lain dengan kelembutan hatimu. La tahzan, innallaha ma'ana. Jangan bersedih, sesungguhnya Alloh beserta kita (QS At Taubah:40).
***

Catatan hadits:___________________

[1] Dari Abdullah ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalain akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalain adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.\" (HR Bukhari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar