Jumat, 13 Juli 2012

Sensus Pajak Nasional (SPN) : Kisah Yang Menyenangkan

Tahun ini aku dapet tugas bersama2 temen2 lain untuk terjun ke lapangan, door to door mendata responden, mengemban salah satu tugas negara yg bernama: Sensus Pajak Nasional (SPN). Jadi, kalo nanti suatu hari di kediaman, toko, tempat usaha atau kantor agan2 sekalian didatangi petugas SPN berseragam rompi dan bertopi kuning biru, nah jangan kaget. Mungkin itu aku (atau temen2ku se Indonesia).

Pengalaman temen2 di lapangan memang ga selalu menyenangkan. Ada responden yg nyolot, ada yg nanya2 Gayus, ada celetukan2 sinis, ada yg lgsg menolak, ada yg bentak2, bahkan dari ceritanya Kang Ase ada temennya yg dibentak2 "angkatan". Sang angkatan ini marah-marah, katanya "KAMU SIAPA? NGGAK TAU KAMU SAYA INI ANGKATAN (sambil nunjukin kartu tanda anggotanya, weleh weleh) POKOKNYA SAYA GAK MAU DISENSUS! APA, KAMU GAK TERIMA? SURUH KEPALA KANTORMU KE SINI KALO GAK TERIMA!" *elus dada*

Dari cerita Mas Win, ada jg yg neriakin, "Wooi... ojo gelem... kowe mung diapusi kuwi.. !!" (wooi jangan mau disensus, km cuma dibohongin itu!!). Dari cerita Mas Top, petugas sensus disambut pangkalan becak dengan nyanyian Jayus Tambunan Pergi ke Bali.
Fiiuuhh *seka keringet*. Macem2 ya tanggapan negatifnya.

Nah kalo di atas tadi aku mencuplikan pengalaman2 tidak menyenangkan temen2 saat di lapangan, aku justru akan bercerita sedikit pengalaman door to door SPN tapi yg menyenangkan.

1. Nitip motor

Suatu hari, aku berangkat sensus bersepeda motor dengan salah satu temen outsourcing ke kawasan pemukiman. Yang perlu diperhatikan bener soal kawasan pemukiman adalah berarti kita bertamu ke rumah orang. So, inget slogan: Anda sopan, kami segan? Nah kita balik slogan itu menjadi Kami sopan, mudah2an Anda segan :D

Yang paling awal, setiap bertamu adalah lepas sepatu kalo di rumah orang. Sekalipun si tuan rumah (biasanya) bilang, "Waduh mas ngganteng kok sepatunya pake dilepas sih, ngga papa kok dipake aja." Tapi tetep, biasakan untuk melepas sepatu ketika bertamu di rumah orang.
Waduh kaos kaki ane bolong jempolnya om, malu kalo lepas sepatu.
Yaa lain kali, jangan pake kaos kaki yg bolong!

Ucapkan salam, "Assalamualaikum, Ibuuu (atau bapak)." sambil menganggukkan kepala kepada responden dengan senyum ramah menampakkan gigi. Lebar senyum 2cm ke kanan dan 2cm ke kiri. Karena senyuman yg tidak seimbang akan menimbulkan kesan sinis. Coba aja.
Dengan mata agak menyipit, suguhkan sebuah senyum yg tulus! Senyum tulus itu penting, karena ia terpancar dari hati, bukan cuma dari gigi.

Oh iya, hari itu aku mendata responden seorang ibu2 pensiunan. Lalu setelahnya kubilang, "Ibu kalo boleh mau nitip sepeda motor di sini, biar kami jalan kaki ke rumah sebelah?"
"O iya boleh boleh, sepedanya dipindah agak sini aja Mas biar teduh."
Alhamdulillah, setelah keliling jalan kaki ke beberapa rumah potensial, kami kembali ambil motor.
"Ini nak udah Ibu buatin minum." kata si Ibu dgn dua gelas teh, dan dua toples kue kering.
"Ya ampun Ibu udah kami nitip motor kok masih dibuatin minum juga. Jadi ngrepotin."
"Engga nak, ngga apa2. Monggo dicicipin."
Alhamdulillah, basah tenggorokan kami. "Barakallahu fiiki." kataku kepada si ibu.
Ketika kami pamit, si Ibu bilang, "Lain kali kalo ke daerah sini monggo mampir."
"Nggih, Bu." jawab kami serentak.

2. Selamat bertugas

Suatu hari, aku dan temanku mendatangi sebuah rumah. Sebelumnya temenku udah kesini, tapi rumah yg ini sengaja belum disensus karena sedang ada acara pengajian. Maka baru kali ini lah kami kembali ke sini. "Assalamualaikum, Bapak, kami dari Pajak bade sensus." kata ku kepada si pemilik rumah. Ketika data yang kami butuhkan sedang disiapkan, aku melihat sekeliling ruang tamu. Ada gambar Ka'bah di dinding. Di meja beliau ada buku Sejarah Mekkah. Waah keren juga nih. Si bapak udah sepuh tapi masih seneng membaca dan menuntut ilmu.

Setelah menunjukkan KTP, ternyata si bapak ini letkol purnawirawan. Beda banget ya ama "angkatan" yang bentak2 di cerita di atas. Kalo tentara yg ini baik dan ramah. Kamipun sambil mendata juga berbincang2 dengan akrab. "Ayo adek diminum dulu." kata beliau menawarkan gelas2 air mineral. Hari itu hari Senin, dan kebetulan di rumah sebelumnya kami sudah ditawari minum. Maka aku bilang, "Terimakasih Pak, maap tadi sudah ditawarin minum di rumah sebelah, Pak."
"Oo begitu. Ya sudah." kata beliau. Setelah berpamitan, beliau berkata,"Selamat bertugas, (padahal) panas2 begini."
Subhanallah. Ucapan sederhana begitu, bagi kami di lapangan adalah hal yg besar. Terasa seperti disupport dan didoakan. Senang sekali. Terima kasih bapak yg sholeh, semoga Allah Ta'ala senantiasa melimpahkan rahmat kepadanya.

3. Didoain tentara

Di hari lain, aku dan temanku mendata sebuah rumah. Tapi sebelum masuk ke rumah tersebut, mataku tertuju pada seorang laki2 berambut cepak di rumah yg lain. Bapak itu sedang wudhu di kran di depan rumahnya, krucuk krucuk krucuk.
Beberapa saat kemudian, selesai mendata rumah yg awal tadi, kami pun bertamu ke rumah bapak berambut cepak tadi yang mungkin barusan kelar sholat dhuha. Kami pun disambut dengan ramah. Beliau ternyata tentara AL. Kebetulan beliau sedang cuti, jadi pas ada di rumah. Si bapak ini juga punya toko di samping rumahnya.

Disela2 pendataan dan ngobrol2, si bapak tentara ini nanya, "Dulu lulusan mana mas e?"
"Saya dari STAN, pak."
"O yo pantes. Kalo secara akademis udah ngga diragukan lagi." katanya. Beliau lalu bilang,"Saya percaya ama mas ini. Lha wong batuk e klimis ngene e (secara jidatnya licin begini) hahaha." katanya sambil becanda, "Titip2 ya Mas. Titip2 rakyat, masih banyak yg susah di bawah. Titip2 yang amanah di pajak. Semoga mas nya jadi pemimpin yang adil, yg amanah."
Masyaa Allah. Didoain lagi. Mana doanya panjang dan diulang2. Sampe aku cuma bisa bilang, "Nggih Pak, aamiin. Insya Allah."
"Aamiin, aamiin. Insya Allah."
"Iya, aamiin, aamiin. Insya Allah."
"Aamiin, aamiin. Insya Allah."

4. Kiai hafal Al Qur'an

Suatu hari, aku dan temenku mendata sebuah obyek pajak yg luas di sebuah kampung. Ternyata dipakai masjid dan yayasan pondok pesantren. Kami pun bertamu kepada pemilik rumah yang tentu saja Pak Kiai. Beliau pake kopiah, pake kaos, dan sarungan. Konon, di pondok ini pondok tahfidz Quran. Subhanallah. Ketika kutanya temen di kantor yg kenal dengan beliau, eh itu Pak Kiai hafal Al Qur'an ya? Kata temenku, "Insya Allah."

Kami pun ngobrol2 dengan Pak Kiai. Kebetulan ada salah satu ustadz di situ yang bertanya tentang Gayus itu gimana, apakah uang pajak yang sudah kami bayarkan itu diambil ama Gayus dan oknum2 pajak yg ada di tv? Akupun kemudian menjelaskan. Alhamdulillah beliaunya seperti faham dan manggut2.
Ketika kami pulang, Pak Kiai sambil tersenyum lebar lalu menjabat tangan dgn ramah sambil berkata, "Barakallaah!"

Ah lagi2 didoain. Setelah berpanas2 keliling2 rumah, lalu bertemu dengan orang yg hafal Qur'an dan didoain pula, alhamdulillah. Seneng banget, alhamdulillah.

***

Udah ah, empat cerita ini aja.
Mungkin bagi tokoh2 di dalam cerita ini, hal2 kecil yg mereka lakukan itu hal2 biasa aja. Tapi bagi kami (bagi ku terutama) ini hal yg sangat menyenangkan dan luar biasa. Semoga Allah Ta'ala membalas kebaikan2 mereka dengan khoiron katsir (kebaikan2 yang banyak).
Pelajaran bagi kita, jangan pernah meremehkan perbuatan baik sekecil apapun, karena berbuat baik yg bagi kita keciiil ternyata sangat menyejukkan bagi orang lain. Apalagi berbuat baik yang besaaaar. Ya kan?
Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, "Sungguh, kau jangan menganggap kecil suatu amal baik, sekalipun hanya sekedar , menghormat kedatangan kawanmu dengan wajah berseri (HR. Muslim)
Sampai saat ini, alhamdulillah selama SPN belum pernah mengalami kejadian buruk. Mudah2an ke depannya juga baik2 aja, aamiin.

Buat yg temen2 yg mgkn mengalami hal yg sama setiap hari berpanas2 di lapangan, door to door ngadepin berbagai macam orang, sempatkan sholat safar dulu.
Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, "Jika engkau keluar dari rumahmu maka lakukanlah shalat dua rakaat yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang berada di luar rumah. Jika engkau memasuki rumahmu maka lakukanlah shalat dua rakaat yang akan menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah." (HR Al Bazzar, dinilai shahih oleh Syekh Al Albani)

Semoga bermanfaat.
Ilal liqo'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar