Jumat, 15 Maret 2013

Bukan Anak Bawang

Kalo ngga salah udah enam bulan kami tinggal di komplek ini.
Berarti sudah enam bulan pula kami menjadi bagian dari jamaah masjid Al Muhajirin.
Wajah-wajah ramah mereka -bapak2 dan mas2 jamaah masjid di komplek kami itu- tidak asing lagi bagiku.
Ada yang satpam, ada yang wiraswasta, ada yang tukang bangunan, ada yg pensiunan, ada yang tukang sampah, ada yang tukang aqua, ada yang pejabat, ada yang pegawai kantoran dan segala macem profesi. 
Kalo aku ketemu mereka di jalan kek, di tangga masjid, di teras, di tempat wudhu atau pun di dalem masjid, selalu kami saling bertukar senyum bertukar sapa.
Sebagian malah menganggukkan kepala dengan sopan. Saling sapa walau sebagian juga aku ngga tau nama. Sesekali bercakap2 hal ringan. Tapi ada juga yang ga pernah ngobrol, ya minimal bertemu mata lalu saling bertukar senyum. Gitu aja udh seneng rasanya.
Kevin at Cibubur Junction


Tapi yang lebih seneng dan haru lagi, adalah ketika "buah hati" kita yang diterima kehadirannya di lingkungan jamaah masjid.
Yup, ini memang cerita tentang Kevin dan jamaah masjid di komplek kami.

Kevin emang jamaah kecil di masjid ini.
Kadang ada sih anak2 kecil lain tapi biasanya pas maghrib aja. Itu pun sesekali doang mereka nongol.
Jadi most of all Kevin jadi anak kecil sendirian di antara orang2 dewasa. Bagiku, Kevin ini memang seperti anak bawang, yang ngikut aja di antara kami2 orang gede.



Biasanya, saat iqomah dikumandangkan, Kevin memilih untuk berada di shof kedua.
Susah bener disuruh maju. Susah banget disuruh nyari Biji Satus (masih inget tulisanku soal ini?).

"Aku di sini aja, Paaa..." katanya pada suatu waktu.
"Sini lho samping Papa!" suruhku dengan berbisik tapi bertekanan.
"Anak-anak di belakang Paa.." protes Kevin berdasarkan poster kecil yang ditempel di tembok, yang bersandar kepada hadits yang konon bersanad dhaif 1)

Karena sholat udah mau dimulai, aku pun ngga bisa ngapa2in. Malu ah eyel2an begitu. Ntar aja lah kukasih tau kalo hadits itu dinilai dhaif oleh beberapa ulama.
Lalu saat sholat jamaah akan dimulai, aku nengok sekali lagi ke belakang dan melihat Kevin di baris kedua. Eh kaget aku. Ternyata lehernya Kevin lagi dijepit diketekin oleh salah satu mas2 jamaah yang berdiri di sebelahnya. Hahahaha. Oalah, malah dibecandain sih. Si mas malu juga tuh, kecut, liat bapaknya nengok.

Suatu hari saat dzuhur, aku masuk masjid duluan, Kevin masih di teras. Dia emang suka duduk2 gitu.
Eh ada suara orang di belakang. Aku nengok ke teras, ternyata ada mas2 yang -ama aku aja gak pernah ngomong- sedang ngajak ngobrol akrab dengan Kevin.

Lain hari, usai shalat jamaah, aku nyari2 Kevin, ternyata ada suara Kevin jerit2 di samping masjid. Ternyata ada salah satu muadzin yang narik2 Kevin mau dimasukin ke gudang. Hahahaha pada iseng neh.

Kadang aku lihat ada muadzin yang lain yang lagi melet2 julurin lidah nya ke Kevin.
Kadang Kevin ngadu "Pa tadi jari kakiku ditarik2 Mas yang itu."
Kadang Mama nya dari shaf belakang liat ada bapak2 usuk2 punggungnya Kevin.

Alhamdulillah.
Seneng rasanya orang2 dewasa di masjid ini welcome kepada Kevin.
Dianggap bagian dari jamaah, bukan sekedar anak bawang lagi.
Mungkin begitulah seharusnya kita, welcome kepada anak2 siapapun, agar mereka merasa betah dan diterima di masjid, bagian dari pendidikan Islam bagi mereka. Ya tentu aja kalo mereka berisik ya ditegor, tapi dengan santun, dan ga bikin mereka trauma, ntar takut ke masjid ^_^
Semoga kelak anak2 kita termasuk satu dari tujuh golongan yang dinaungi Allah Ta'ala di padang mahsyar, karena keterkaitan hatinya dengan masjid 2).
Aamiin aamiin Allahumma Aamiin.


Catatan Hadits: _________________

1) Telah mengabarkan Abu Nadhir, telah mengabarkan kepadaku Abu Mu’awiyah yakni Syaiban dari Laits dari Syahr bin Hausyab dari Abi Malik al-Asy’ariy dari Rasulullah saw., “Adalah beliau saw., menjadikan laki-laki dewasa di depan anak-anak dan anak-anak dibelakang mereka, dan perempuan dibelakang anak-anak.” (HR. Ahmad V/344; Abu Daud I/181; dhaif)

Syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani juga mengomentari hadits tersebut dengan berkata, “Sanadnya (hadits ini) dhaif/lemah karena dalam sanadnya terdapat Syahr, dan dia (Syahr) adalah dhaif”. (Tamamul Minnah, 1/284).

Syahr bin Hausyab Abu Sa’id al-Asy’ariy (w. 111); Ibnu ‘Aun berkata, “Tidak ada yang bisa diambil dari Syahr,” An-Nasa’i berkata, “Laisa bil Qawwiy”, Ibnu Hajar berkata, “Dia Shoduq/Jujur tetapi banyak meng-irsalkan hadits,”
-dari alatsar.wordpress.com-

Bahkan menjadikan shaff khusus bagi anak-anak akan menimbulkan beberapa dampak negatif:
  1. Membuat mereka banyak bermain dan gaduh.
  2. Menimbulkan perasaan benci pada anak kepada orang yang menyuruhnya mundur.
  3. Menjadikan anak tidak senang kepada masjid, walaupun dia kecil tapi jangan engkau remehkan karena hal itu akan membekas pada dirinya.
  4. Memundurkannya dari tempat yang afdhal padahal itu haknya juga.
(Syarh Mumti [III/17-18]) Ibnu Utsaimin, Ahkaamu Hudhur Masaajid (hal. 76-77) Abdullah al-Fauzan).
(Dikutip dari buku “Koreksi Hadits-Hadits Dha’if Populer” karya Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi, cetakan ke-3, halaman 116-117).
-dari muslimsumbar.wordpress.com-

2) Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: Pemimpin yang adil, Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya, Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid, Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah, Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’, Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar