Senin, 13 Juni 2011

Edisi Orang Tua

 Ada cerita yang dulu pernah kutulis di status facebook ku, ntah tahun berapa, mungkin ada yang masih ingat, tentang Pak Haji kaya raya yang ibu kandungnya nenek-nenek kurus, ditempatkan di sebuah gudang tanpa jendela, berlantaikan tanah, tidurnya di balai bambu tanpa kasur, campur dengan ayam-ayam.Kompornya berupa tungku kayu bakar.Masak-masak sendiri, makan-makan sendiri, hanya dijatah (kalau ngga salah) tiga ribu rupiah per hari.
Pernah cerita kan ya tentang itu? Baru-baru ini aku menjenguk si nenek, yang mengeluh betapa peliiiiiiiiiiiiiiit anaknya. (huruf i nya memang banyak, karena si nenek juga bilangnya gitu). Aku bilang ke si nenek, "Yang sabar ya Nek.Nanti nenek Insya Allah diganti rumah di surga yang bagus ama Allah." Ah sQu sok tahu. Ya itu kan doa. Masa ngga boleh mendoakan yang baik. Mudah-mudahan kesulitan-kesulitan yang diderita si nenek sekarang diganti dengan diampuninya dosa-dosa beliau di masa lalu.
Dari ceritaku di atas, mari kita simpulkan bersama-sama, kepada siapa pertama kali kita bersedekah. Sedekah atau sedekah itu macam-macam ya, ada zakat, ada infak, ada tahajud, ada dhuha, ada beramal soleh, ada senyum dan lain-lain. Semuanya menolak bala, mendatangkan rejeki, dan segala kebaikan-kebaikan lain dunia dan akhirat. Setelah sedekah wajib kita ke keluarga kecil kita, coba deh ke orang tua dulu.
Banyak ya cerita-ceritaku tentang memuliakan orang tua.Sering kuulang-ulang ditulisan-tulisanku yang lain, bilang sbelum sedekah bleng-bleng kemana-mana gede-gedean, sungkem dulu ke orang tua. Mohon restu dulu. Allah ridho kalau orang tua ridho kan? Kita semua sudah tahu surga di bawah telapak kaki ibu, tapi kadang kita cuma nganggep itu slogan biasa yang bisa ditebus dengan sungkem setahun sekali kalau lebaran. Abis itu ngilang lagi, "See you next year, mom."
Yeah kadang kita memang berdomisili jauh dari orangtua kita ya, sehingga pulang kampung memang cuma bisa setahun sekali atau dua tahun sekali.Tapi jangan hanya dengan sungkem terus merasa kita sudah berbakti.Bukan kah kita harus selalu berbakti pada orangtua, bahkan hingga mereka meninggal nanti.
Terus gimana sQu?
Pertama: Senangkan hatinya.
Jalin hubungan yang selalu baik, selalu hangat dan selalu rukun ama orangtua. Meskipun jarak jauh,meskipun orangtua sifatnya nyebelin,dan meskipun-meskipun yang lain. Telpon, ngobrol, nanya kabar.Orangtua kita cuma dua, dijaga benar supaya hati mereka senang. Kasian sudah pada sepuh, dulu mereka susah mendidik membesarkan kita, sekarang kita sudah gede, waktunya kita senang-senangkan mereka.
Dengan beli-beliin sesuatu,dengan ngsajak jalan-jalan, dengan ngasih hadiah-hadiah? Gitu boleh.Tapi yang paling penting sih, hatinya tenang, hatinya senang. Jangan sampai kita sudah merasa baik, merasa soleh, tapi orangtua diam-diam sedih, jengkel, geregetan karena kita kurang berbakti padanya. Bismillah, semoga kita bisa jadi anak-anak yang bisa membuat hati orangtua kita selalu senang.
Kedua: Cukupi kebutuhan dunianya.
Sandang, pangan dan papan nya. Seperti yang kubilang kemarin, kalau orangtua sudah kaya gimana, orangtua yang ngga mau dikasih lagi. Ya sudah, sedekahkan saja jatah orangtua kita ke yang berhak, misalnya masjid, anak yatim, fakir miskin dan lain-lain dengan mengatasnamakan kedua orangtua kita.
Gimana kalau si orangtua anaknya banyak, tapi ngga semua anak-anaknya ngerti. Misal kita sudah menanggung orangtua banyak,tapi saudara-saudara kita yang lain ternyata ongkang-ongkang ngga pernah bantu apapun. Aduh, biarin saja kale. Tiap orang kan beribadah masing-masing. Yang mau mendekatkan diri ke Allah ya silakan. Yang ngga mau ya silakan. "Bunda, itu gimana sih Kak Amir kok ngga pernah kirim uang ke Bunda. Kebangetan banget." misalnya.
Si Bunda akan bilang, "Sudah ngga usah dipikirin, Samsul." Ceritanya si anak soleh namanya Samsul, "Kan kebutuhan sehari-hari Bunda sudah cukup dari kamu dan kakak-kakakmu yang lain. Asal kan Kak Amir mu sehat, Bunda sudah bahagia kok."
Gitu kan ya? Itulah orangtua kita. Ngga nuntut apa-apa kecuali kebahagiaan anak-anaknya.
Soal restu orang tua, nih ada cerita td pagi, dari Ust Yusuf Mansur tentang seorang anak (baru lulus SMP) di sebuah kota terpencil, yang satu kecamatan ketika itu (1994) yang punya telpon cuma satu orang ya itu Pak Camatnya doang. Si anak ini bilang Ibunya, "Bu aku pengen kuliah di Amerika."
Kata Ibunya, "Siapa yang punya Amerika?"
"Allah." kata si anak.
Ibunya bilang, "Minta sama Allah."
Sejak itu, selama tiga tahun di SMA, si anak ini ngga pernah putus sholat malam, minta ama Allah. Sampai akhirnya lulus SMA, dia berkesempatan lulus masuk seleksi di propinsi untuk ikut ujian bea siswa kuliah di Amerika, alhamdulillah. Waktu itu nilainya pas-pasan. Sementara saingan-saingannya keliatan pinter-pinter. Ada yang kacamatanya tebel banget, ngga perlu diragukan lah keliatan kutu buku. Ada yang matematika nya jago banget. Saking tinggi nilainya, kalau ada nilai 11, tuh anak nilainya 11 kali.
Tapi si anak ini pede saja. Bekalnya sholat malam, dan doa restu orangtuanya. Tiap malam, doa-doanya di-amini oleh ibu nya. Dan itu sudah cukup.
Hanya saja, Allah lah pemilik segala takdir.Kadang kita berharap banyak akan sesuatu, tapi Allah punya rencana yang lebih baik buat kita. Si anak ini ngga ketrima ujian. Dia ngga lulus. Rejekinya belum sampai kesitu.
Si anak kemudian ikut program Padat Karya, dari Depnaker waktu itu. Program pemerintah dimana bertujuan ngga boleh lagi ada pengangguran. Semua anak muda kudu bekerja, walaupun cuma dapat imbalan sekedar nasi bungkus. Dan si anak ini kerja di pantai, sebagai guide.
Dan ternyata, orang asing yang dia guide-in ini seorang profesor dari Amerika. Setelah urusan penelitiannya tentang kelautan di Indonesia (yang dibantu si anak tadi) selesai, dia sajak deh tuh anak sekolah di Amerika. Sekarang lagi ambil program doktoral di sana. Subhanalloh.
Ketiga: Doain orangtua kita.
Ini yang penting nih setelah Senangkan hatinya dan Cukupi kebutuhannya. Doain doain doain. Ngga akan diterima lho doa kita kalau ngga doain orangtua kita dulu, ketika mereka masih hidup apalagi kelak ketika sudah meninggal. Bukankah doa anak yang soleh bakal terus mengalir walaupun orangtua kita sudah meninggal.
Doain kedua orang tua kita setiap abis sholat. Doain juga kakek nenek kita. Mbah buyut almarhum. Kakek nenek nya mbah buyut almarhum, dan leluhur-leluhur kita teruus ke atas sampai Nabi Adam dan Siti Hawa. Doain juga mertua, orangtua nya mertua, kakek nenek mertua, mbah buyutnya, dan leluhur-leluhur nya terus ke atas ampe Nabi Adam dan Siti Hawa. Kalau kakek nenek kita sih masih tahu namanya, bisa disebutin, tapi kalau sudah semakin ke atas kita ngga kenal, ya sudah doain begini saja. Insya Allah nyampe.
Cuma syaratnya, doa anak soleh ya yang bisa nyampe. Terus kalau belum soleh, buat apa berdoa dong? Ya ngga gitu. Kalau kita sayang ama orang tua kita, ya terus berdoa sambil terus memperbaiki diri, berharap menjadi anak soleh yang doa nya bisa nyampe dan mudah-mudahan dikabulkan Allah. Amiin amiiin.
Seperti yang sudah-sudah, yang nulis ini ngga lebih baik daripada yang baca. Kalau ada salah-salah kata, langsung saja dikoreksi, kalau ada kurang-kurang langsung saja ditambahin. Aku cuma bener-bener pengeeeen pengeeeeen banget, membahagiakan orangtua ku. Pengeeeen pengeeeeeen banget, teman-temanku saudara-saudaraku semua juga sama-sama berusaha keras membahagiakan orang tua kita masing-masing. Mereka sudah lakukan banyak hal sejak kecil buat kita. Coba bayangin waktu kita umur setahun gimana ya. Umur lima tahun gimana ya. Umur dua belas tahun gimana ya. Bayangin deh. Terus, sudah pantaskah kita memperlakukan orangtua kita sekarang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar