Senin, 13 Juni 2011

Mencium Hajar Aswad


Eh eh mau ngga kuceritain soal mencium Hajar Aswad? Yaaa siapa tahu dengan berbagi pengalaman di sini bisa jadi masukan buat teman-teman semua yang sudah niatan mau berangkat haji. Hayo ada yang belum niat haji sekarang? Buruan niat, sekarang. Terus mulai deh nabung sedikit sedikit. Terus dirupain emas se-gram se-gram, khusus diniatin buat haji. Bismillahirrohmanirrohim, semoga dimudahkan buat kita semua untuk menuju tanah suci.
Jadi begini nih agan-agan semua.
Hari ini aku mau cerita soal pengalamanku dan istriku Mama K dalam usaha kami mengikuti sunnah Rasulullah Muhammad, S.A.W junjungan kita untuk mencium Hajar Aswad. Ini sunnah lho ya, bukan wajib. Jangan sampai karena sunnah lalu melalaikan yang wajib. Jangan karena sunnah, terus desak-desak pake otot dorong-dorong orang lain, nyakitin orang lain, malah dosa ntar. Mudah-mudahan kita dijauhkan dari yang begitu-begitu.
O iya, sebelumnya (sehubungan dengan ceritaku nanti) mau jelasin dulu soal empat sudut Ka'bah. Ada empat rukun (sudut) di situ. Keempat sudut itu adalah Rukun Aswad, Rukun Irakui, Rukun Syami dan Rukun Yamani. Nah yang paling penting dan dimuliakan dari keempat sudut itu tentu saja Rukun Aswad karena di sudut yang ini ada Hajar Aswad, batu hitam yang diletakkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika membangun Ka'bah.
Ada riwayat yang menceritakan bahwa sebenarnya Ka'bah sudah ada di situ sejak Nabi Adam, tapi kemudian hancur karena musibah banjir besar di jaman Nabi Nuh. Lalu Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail membangun kembali di tempat yang sama.
Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Hajar Aswad turun dari surga berwarna lebih putih dari susu lalu berubah warnanya jadi hitam akibat dosa-dosa bani Adam." (HR. Timirzi, An-Nasa`I, Ahmad, Ibnu Khuzaemah dan Al-Baihaqi).
Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah SAW bersada, ”Demi Allah, Allah akan membangkit hajar Aswad ini pada hari qiyamat dengan memiliki dua mata yang dapat melihat dan lidah yang dapat berbicara. Dia akan memberikan kesaksian kepada siapa yang pernah mengusapunyaa dengan hak.” (HR. Tirmizy, Ibnu Msajah, Ahmad, Ad-Darimi, Ibnu Khuzaemah, Ibnu Hibban, At-Tabrani, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Al-Asbahani).
At-Tirmizi mengatakan bahwa hadits ini hadits hasan. Sedangkan Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dalam kitab Shahihul Jami` no. 2180, 5222 dan 6975.
Dari Abdullah bin Amru berkata, ”Malaikat Jibril telah membawa Hajar Aswad dari surga lalu meletakkannya di tempat yang kamu lihat sekarang ini. Kamu tetap akan berada dalam kebaikan selama Hajar Aswad itu ada. Nikmatilah batu itu selama kamu masih mampu menikmatinya. Karena akan tiba saat di mana Jibril datang kembali untuk membawa batu tersebut ke tempat semula.” (HR. Al-Azraqy).
Suatu hari, aku sedang thowaf seorang diri. Muter-muter gitu. Ketika sampai di Rukun Syami menuju Rukun Yamani, kok aku liat orang-orang berbaris rapi. Lho lho, ternyata sedang dibuatkan antrian oleh petugas-petugas keamanan di masjidil Harom. Aku pun langsung masuk dalam antrian. Lalu berbaris, menempel dinding Ka'bah, lalu bergerak satu per satu mendekati Hajar Aswad.
Ada beberapa jamaah yang mencoba potong antrian (biasa lah yang kaya gini), tapi langsung lehernya ditarik ama petugas keamanan yang guede, berotot, hitam dan bessar sekali kaya raksasa. Huhuyy serem euy. Makanya jangan suka main serobot, antri sana di belakang. Dan alhamdulillah, aku pun bisa mencium Hajar Aswad walaupun sak nyuk (sebentar) karena buru-buru harus minggir, terdesak oleh antrian berikutnya.
Gampang ya?
Ngga pake perjuangan. Hahahaha. Yeaah tapi yang model ngantri berbaris rapi kaya gini ini memang jarang terjadi. Yang terjadi biasanya adalah ratusan ribu orang berdesak-desakan menuju satu titik, saling sikut saling dorong. Hmmh alhamdulillah kok ya aku diberi kemudahan tanpa harus sikut-sikutan dorong-dorongan injek-injekan. Mari berharap nanti kita diberi kemudahan kaya yang kuceritain barusan.
Lalu gimana dengan Mama K?
"Pa aku pengen Pa." kata Mama K.
Huah apalagi sudah kuceritain betapa mudahnya aku mencium batu itu."Ya sudah ayo aku anterin. Tapi ngga usah maksa ya Ma. Kan cuma sunnah. Palagi cewek, malah bahaya. Lebih banyak mudaharatnya daripada manfaatnya." Kira-kira gitu jawabanku. Tapi Mama K tetep pengen mencoba.
(please dont try this at home hihihi pertimbangkan masak-masak dulu sebelum mencoba untuk meniru)
Maka, ketika sudah diniatin mau ke Hajar Aswad, maka sejak Rukun Yamani, kamipun mendekati Rukun Aswad. Tidak ada lagi antrian kaya aku.Yang ada adalah ribuan bahkan ratusan ribu jamaah berdesak-desakan. Mau mencoba masuk, malah kedorong-dorong sampai ngelewatin Rukun Aswad, dan ngga mungkin ngelawan arus. Fiuuuh gagal.
Mungkin kita harus mendekati Ka'bah sejak sebelum Rukun Yamani, usulku. Maka sejak sebelum Rukun Yamani kami mulai mrepet-mrepet ke dinding Ka'bah.Dan perjuangan menembus ratusan ribu orang itu memang ga gampang karena semua orang juga berebut mendekat kesitu.
Huwaaaah kami berdua terjebak di dalam pusaran. Tapi teruus saja mencoba masuk. Di antara segitu banyak jamaah haji bertubuh besar-besar. Tinggi dan besar-besar lho. Aku dan Mama K bagaikan dua anak kecil yang bisa menerobos di sela-sela ketiak mereka. Sreet sreet. Mama K kupeluk di depanku, tapi pengemudinya tetap aku. Lengan kecilku berfungsi sebagai penjaga istriku. Sreet sreet. Di kanan otot lengan. Di kiri otot lengan. Di belakang badan orang besar. Di depan punggung orang. Semua keras-keras. Tapi kami terus bergerak maju. Sedikit demi sedikit mendekat. Tapi makin mendekat, himpitan kanan kiri depan belakang makkkiiiin menyesakkan badan. Hmpppff. Tahaan tahaan.
Kurang satu meter. Hanya kurang satu meter di depan Hajar Aswad. Aku sudah merasa ngga sanggup bernafas. Sesak. Begitu tertekan. Badanku digenceeeet dari kanan kiri jadi semakin keciiil, semakin layu. Yang kupikirkan waktu itu adalah istriku. Kalau aku saja sudah merasa gepeng kaya gini, gimana dengan Mama K ya? Tulang-ulang ini sudah remuk rasanya. Sudah kaya triplek saja. Gepeng, penyet. Bisa mati kami dua kurcaci ini digencet ratusan ribu raksasa berotot yang SANGAT kuat-kuat.
Seketika itu juga, aku mundur, tarik Mama K kebelakang. "Nggak bisa Ma." Sreeet sreet sreeet. Langsung mundur, makin longgar makin longgar sampai kami bisa bernafas lega. Huuwaaaaah alhamdulillah.Basah tubuh ini oleh keringat.Ayo ayo minum air zam zam dulu. Istirahat.Kayanya memang ga bisa nih nembus kesana. Fiuuuh.
"Gimana Ma? Masih pengen?" tanyaku. "Masih." jawabnya. Wooooo masih ya? Hahahaha.
Kami pun atur-atur strategi lagi. Ya sudah kita ke Multazam saja dulu. Multazam merupakan dinding Ka’bah yang terletak di antara Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah. Tempat ini merupakan tempat utama dalam berdoa, yang dipergunakan oleh jama’ah Haji dan Umroh untuk berdoa/bermunsajat kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, “Antara Rukun Hajar Aswad dan Pintu Ka’bah, yang disebut Multazam. Tidak seorangpun hamba Allah yang berdoa ditempat ini tanpa terkabul permintaannya.”
So, kami berdua lagi-lagi mrepet ke dinding Ka'bah, melewati Hajar Aswad yang dipenuhi jamaah, dan mendekati Multazam. Berdesak-desakan, dan sedikit berkelok kelok mengandalkan kecilnya kedua tubuh kami. Eh berhasiiil, alhamdulillah. Di dinding Multazam kami berdoa. Kalau ngga salah Mama K berdoa, "Ya Allah, hamba cuma mau melakukan apa yang pernah dilakukan Rasulullah." (maksudnya dia pengen mencium Hajar Aswad).
Tiba-tiba askar, petugas keamanan yang bergelayutan di Ka'bah memanggil-manggil kami. Ntah memanggil atau kami yang GR sih ya, wkwkwk, tapi kami Memang melihat dia memberi isyarat kami untuk mendekat.
FYI, semua jamaah yang thowaf bergerak mengitari Ka'bah berlawanan arah dengan jarum jam. Tapi Hajar Aswad saat itu sungguh sangat dekat di sebelah kiri kami. Maka aku dan Mama K pun bergeser sedikit-sedikit ke kiri, melawan arus, sesuai petunjuk si petugas keamanan tadi.
Dan tibalah Mama K di depan batu Hajar Aswad.
Kalau orang lain harus membungkuk, lalu cukup mencium sak nyuk, kemudian segera didesak orang-orang lain untuk pergi. Mama K justru naik, kedua lututnya dinaikkan ke undakan di bawah Hajar Aswad. Dan bukan hanya mencium, tapi juga berdoa di situ. Robbana atina dan seterusnya.
Aku yang menjaga di belakangnya (jaga apaan?Kalau ratusan ribu orang itu mau dorong, bisa patah seketika punggungku) cuma bisa mengedarkan pandangan mataku ke sekeliling. Orang-orang besar itu, orang turki orang mesir orang negro yang berukuran raksasa itu, semua menunggu. Semua diem. Ngga ada yang dorong. Ya Allah Ya Robbi. Terus terang, aku ketakutan."Maa sudah Maa sudah Maa.. cepetan Maa.." bisikku ke Mama K.Lha katanya mau nyium Hajar Aswad. Lha kok pake berdoa segala. Panjang pula. Mungkin sepuluh detik lebih. Sampai kemudian Mama K mengakhiri doa nya, kutarik minggir dan BLESSSSSS ratusan ribu orang itu kembali berebut berdesak-desakan sikut sana sini.
Alhamdulillah.Kami berdua diberi kesempatan. Sekali lagi, pertimbangkan masak-masak. Jangan sampai ibadah sunnah sampai melalaikan yang wajib.Kalau mudaharatnya lebih besar daripada manfaatnya, lebih baik tinggalkan.Tapi kalau dr awal sudah niat, dan keyakinannya kuat, bismillah.Pilihannya di tangan antum masing-masing.

*mohon maap kalau ada salah kata, cmiiw, monggo dikoreksi,cuma mau share pengalaman siapa tahu jadi ada gambaran buat di sana kelak ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar