Hari itu hari sabtu atau minggu, seperti biasa kalau lagi di rumah, siang-siang, biasanya aku ngimamin sholat di musholla kampung. Hari itu aku pake kopiah haji putih rajutan ala Ustadz Arifin Ilham gitu (cuma wajahnya ngga seganteng beliau), pake baju koko putih, ama sarung putih. Tau ngga sih kalo kopiah bulet dan baju koko begitu itu aslinya dari Tionghoa? Namanya jg baju "koko" ya, bukannya ke arab2an, yg ada aku makin keliatan oriental aja wkwkwkwk.
Selesai adzan, aku sholat sunnah qobliyah dzuhur, sambil menunggu jamaah-jamaah berdatangan. Ketika itu lah ada mas-mas yang usianya mungkin sebaya atau lebih muda dari aku, pake kemeja dimasukin, pake celana jins, pake topi dan kaca mata item. Dia bawa tas dan sebuah map. Si mas-mas ini lalu ambil wudhu. Tas, topi, kacamata dan lain-lain tadi dia copotin dan ditaruh di dekatnya. Ia kemudian sholat sunnah juga.
Selesai dia sholat, terus nyalamin aku, sambil senyum. Hormaat sekali gayanya, andap asor, dan rendah hati dengan menganggukkan kepala dalem gitu. Aku pun membalasnya demikian.
Sambil menunggu jamaah berdatangan, aku puji-pujian di micropon, "Ya Nabi salam, alaika. Ya Rosul salam, alaika. dan seterusnya." diikuti anak-anak kecil yang sudah pada berdatangan. Eh aku kalau baca ini kadang suka nangis sendiri, mungkin karena suaraku sendiri yang mendayu-dayu hihihihi.
Lirak-lirik ternyata sudah lumayan banyak anak-anak dan ibu-ibu yang masuk musholla. Jam-jam segitu memang ngga ada jamaah bapak-bapak, karena sabtu minggu mereka kerja.
Lalu aku berdiri, baca iqomah. Trus aku persilakan si mas-mas tadi untuk ngimamin, "Monggo? Mas?" Dia menolak halus dengan tersenyum dan menyuruh aku saja, "Monggo." katanya sambil menunjuk dengan jempol. Kami pun sholat berjamaah.
Cerita yang biasa ya?
Tapi betapa kalau dipikir-pikir nih Gan, betapa banyak orang di jalan, yang kalau dgr adzan ngga berenti mencari masjid terdekat? Atau kalau kita lagi di mall, jam dzuhur jam ashar cuek saja. Dengan alasan ah musafir ini ntar saja di jama' qosor ama ashar. Atau lagi nonton bioskop yang jam 12 siang.
Trus sholat dzuhurnya kapan? Mepet-mepet nanti jam dua-an kan, atau setengah tiga? Atau lagi wisata, ntar saja nyampe rumah masih ada waktu ashar. Dzuhurnya masih bisa di-jama'. Hmmmhhhhhh.
Tapi si mas-mas ini tadi engga gitu ya. Dia beda ama kita-kita yang masih lalai mementingkan urusan dunia daripada panggilan adzan.
Dia, si mas-mas yang aku ngga tahu kerjanya apaan. Yang jalan kaki bawa tas gede dan map yang mungkin isinya penting bagi dia. Yang ngga tahu mau memasarkan apa.
Ah aku jadi kudu nangis.
Terus, abis sholat itu, masih di atas sajadah imam, aku berdoa buat dia.Ya Allah, buat mas itu ya Allah. Karuniai rejeki yang banyaaak yang barokaaaaah.Diberi kesehatan selalu, Diterima semua amal ibadahnya dan diampuni dosa-dosanya.
Aku ngga kenal dia. Kita cuma sama-sama satu musholla di suatu masa.Insya Allah, mudah-mudahan, mudah-mudahan doa nya nyampe, soalnya kalau mendoakan orang lain tapi orang itu ngga tahu kalau didoain, konon doanya mustsajab.
Kita ngga tahu lho dia itu orang apa malaikat. Yang jelas Allah menitipkan hidayahNya buat ku, dan buat kita semua (melalui catatan ini) lewat si mas-mas bertopi, berkacamata hitam itu.
Semoga ada pelajaran yang bisa dipetik ya Gan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar