Selasa, 25 Juni 2013

Gigih Mengejar Mimpi

gigih amat
Apakah aku cukup gigih mewujudkan mimpiku?
Mimpimu apa, squ?
Sebenernya sih pengen jadi coverboy, ha-ha-ha. Ngga ngga. Coverboy majalah bekas kali. Hag hag hag.
Jangan serius2 ah. Itu cuma becandaan.
Sebenernya sih aku mau jadi pemain sinetron.
Hmppfff. Hadeuh ini lagi. Ngga ngga. Pernah ada sih wajib pajak yg ngotot nanya "Kenapa kok ngga main sinetron SMA-SMA itu, Mas."
Ooo mungkin pantes jadi guru agama nya anak2 SMA kali ya?
"Bukan, ya jadi murid2nya." si Wajib Pajak tetep ngotot maksa nanyain ttg main sinetron. Jyaaaah. Mgkn waktu itu perutku masih rata, jd masih pantes jd anak SMA yang ga naek2 kelas belasan tahun.


Tapi mimpimu apa sebenernya, squ?
Nulis.
Punya buku.
Bikin komik.
Sejak kecil aku udah bikin komik2 yg kubaca2 sendiri atau kubagiin ke temen2 di sekolah. Sejak kecil juga aku udah nulis2 pake mesin ketik brother.
Mungkin temen2 pernah baca tulisanku seputar ini di Meninggalkan Jejak Dengan Tulisan.

Tapi apakah aku cukup gigih mengejar mimpiku?
Apakah aku mampu? (ga pede banget kesannya)

Hiks.
Aku ngga gigih sama sekali.
Aku harus mengais2 waktu di sela kesibukanku sebagai auditor di sebuah direktorat jenderal.
Aku menyempatkan menulis (blog ini) di sela2 longgar waktu yg kupunya.
Aku ngga cukup gigih mewujudkan mimpiku.
#curcol mode on

Tapi mungkin dua cerita di bawah ini bisa jadi contoh bagaimana gigihnya mereka mengejar mimpi:

Jaman aku kuliah dulu, aku pernah diajak ikut kakak sepupuku ngelamar kerjaan.
Wow, ngelamar kerjaan door to door dan aku diajak keliling! Tega amat, mas *tepok jidat
Maka berpanas2 lah aku ikut dia ke Tanjung Priok, bawa map berisi ijazah dan sebagainya. Sepupuku ini pelaut, jadi ijazah nya ya ijazah pelaut, keahliannya di bagian mesin. Itu adalah pertama kalinya aku ke kawasan Jakarta Utara.
Kesan yang kutangkep saat itu adalah panas, tandus, berdebu, dan kehidupan yang keras. Hmmh. Siapa sangka ya kalo aku sekarang malah ada di sini, penempatan kerja di Jakarta Utara sini.

Maka hari itu, siang2 di bawah terik matahari, aku dan kakak sepupuku pindah dari angkot ke angkot, jalan kaki, masuk kantor ke kantor. Kupikir udah selesai, ternyata belum, masih pindah lagi dari angkot ke angkot, jalan kaki, masuk kantor ke kantor. Mencari pak itu. Mencari bu itu.
Allah.
Berat sekali. Persis kaya lagunya Iwan Fals:

Berjalan seorang pria muda  
Dengan jaket lusuh dipundaknya  
Di sela bibir tampak mengering  
Terselip s'batang rumput liar

Jelas menatap awan berarak 

Wajah murung s'makin terlihat 
Dengan langkah gontai tak terarah  
Keringat bercampur debu jalanan
reff: ... 


Ah
Sebotol teh sosro dingin tentu akan sangat melegakanku. Aku ngikut aja nemenin beliau.
Cuasa panas pula, capek sekali. Tapi si kakak sepupuku ini seperti ngga capek. Dia gigih sekali.
Aku saat itu hanya seorang pelajar, berstatus mahasiswa. Yang kurasain saat itu adalah mengagumi kegigihannya dan.. jujur saja sangat berkesan bagiku.

Kini, saudara sepupuku itu udah sukses jadi pelaut, udah perwira, kerjanya berlayar ikut kapal2 asing. Ga nyangka dulu jalan kaki dan naik angkot berpanas2, eh kini gajinya puluhan juta sebulan. Sstt jangan bilang2. Aku pernah ditunjukin sms dari perusahaan asing yang menawarinya kerja dengan gaji dollar, sekitar enam puluh jutaan sebulan kalo di-rupiah-kan. Wow, besar sekali.
Sejak muda beliau ini remaja masjid. Semoga hingga kini sudah sukses, hatinya selalu tertaut dengan masjid. Doa ku menyertaimu, Mas Don.


Next...
Lain cerita,
Aku punya temen yg gigih banget nulis. Lomba2 cerpen dan karya tulis diikutinya di mana2. Sering daftar dan dipanggil Workshop2 menulis di mana mana. Gitu terus kegiatannya sehari2 yg kutau setelah dia resign dari bank.
Aku liatnya aja capek, kok dia ngga capek ya, hihihhi.
Post it ditempel2, isinya deadline ini, jatuh tempo lomba itu. Yg ini gagal, yg itu diterima, yg ini ditolak, coba lagi, coba lagi. Jatuh dan bangun.
Akhirnya alhamdulillah, novel pertamanya dalam waktu dekat akan diterbitkan oleh Divapress, insyaa Allah.
Keren ya?

Lalu bagaimana mimpimu, squ? 
Apakah berharap mimpi itu akan terwujud, atau angan2 belaka?
Tiga syarat berharap menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyyah adalah rasa cinta terhadap apa yang diharapkan, kekhawatiran tidak mendapatkannya dan usaha untuk memperolehnya.
Tanpa tiga syarat itu, berarti hanyalah angan2 belaka.

Maka sahabatku, kalau harapan itu baik, maka kejar dan wujudkan.
Sebagaimana kita berharap surga Allah Ta'ala dan takut akan adzab neraka-Nya.
Ayo bersungguh-sungguh.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yg takut terlambat, niscaya ia akan jalan semalam suntuk, dan barangsiapa berjalan semalam suntuk ia pasti akan sampai ke tempat tujuannya. Ingatlah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Ingatlah sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah Surga."
(dari Jaami'ut Tarmidzi, juga diriwayatkan Imam Bukhari, Al Hakim dan lainnya. Sanadnya dhaif, tapi mempunyai penguat dari Al Hakim dan Abu Nu'aim dengan sanad hasan).


Afwan kalo ada salah kata.
Sekedar cerita sehari2 tentang mimpi dan kerja keras untuk mewujudkannya.
Moga2 tulisan ini ada manfaatnya.
Ilal liqo'.

2 komentar:

  1. hugghh...nonjok maaas, aku juga suka nulis, cinta nulis, tp kaya odong-odong, muter di tempat, ga gigih blas.

    Btw semoga dilancarkan buku mas bisa terbit di penerbit mayor yaak :)

    BalasHapus