Kamis, 05 Desember 2013

Aku dan Komik I : Sebuah Asa Di Langit Jakarta

Aku suka komik!
Tentu aja aku juga suka baca apapun termasuk buku biasa. Tapi namanya anak2, sejak kecil aku doyan banget ama komik. Komik pertama yg kubeli pake uangku sendiri adalah Tintin,  judulnya Penerbangan 714.
Aku juga beli Tintin dan Picaros.


Aku juga suka banyak komik2 lain, seperti misalnya Tanguy and Laverdure, kisah dua pilot AU Perancis yg mengemudikan pesawat Mirage. Dari komik2 ini lah aku pun terinspirasi ngomik juga. Sekitar kelas empat SD lah aku mulai bikin2 komik sendiri, kubaca2 sendiri, kupamer2in ke temen. Hahaha, seingetku waktu itu aku gambarnya agak2 berbau pesawat2 dan perang2 gitu lah.

Lho, bukannya dari kecil suka nulis?
Iya, nulis cerita juga, ngomik juga. Tergantung mood aja. Hobby ku ya dua itu lah pokoknya.


Nah, anyway.
Masih inget ama tulisanku berjudul Gigih Mengejar Mimpi ?
Wokey, aku punya mimpi.
Mimpi yang kupatri dalam hatiku sejak kecil. Mimpi yang sama yang mungkin juga diimpikan oleh Mami ku sejak aku kecil (karena lihat bakat anak bungsunya ini). Mimpi yang mungkin baru terwujud setelah usiaku almost forty, insyaa Allah. Fyuuh.
Eh, maap. Ga usah dibayangkan kata almost forty nya ya, bikin omsqu jadi keliatan tuwak aja, hahaha.

Hari itu hari Senin, tanggal 24 Juni, ketika tiba2 ngga ada angin ngga ada hujan, seorang Mas Editor di Penerbit Zaytuna menyapaku di Facebook. Aku bahkan ngga menyadari kalo beliau udah jadi salah satu friend ku di Facebook secara pribadi, sementara kalo Penerbit Zaytuna sih emang udah lama ada di friendlist.
O iya buat yang belum tau, Penerbit Zaytuna ini yang nerbitin buku2-nya Vbi Djenggotten. Tau kan? Kaya Komik 33 Hadit Nabi dan sekarang (memakai nama Zahira) menerbitkan komik Lima Pesan Damai. Buku2 ini best seller nasional lho, ketinggalan ah kalo belum pernah baca? Buruan ke Gramedia terdekat.
Cerita seputar buku2 ini bisa dibaca di tulisanku yang Ruwet Kusut Tapi Indah.

Oke lanjut.
Dalam obrolan awal perkenalan kami ini via fesbuk, Mas Editor menawarkan kerjasama. Katanya Mas Editor tertarik untuk kemungkinan menerbitkan buku-bukuku.
Hah?
*dagu jatoh*

Serius? Kucek2 mata.
Alhamdulillah yaa Rabb.
Eh beneran nih?
Kucek2 mata.

Bener-bener ngga nyangka, klunak klunuk tau2 ada Penerbit yg nawarin.
Penerbit major. Bukan self publishing lagi.
Tarik nafas dalem2.
Oke deh oke, karena masih rencana, maka beliau minta untuk ketemu dulu di kantornya. Aku pun dag dig dug hatiku. Antara seneng, tegang, tapi juga sedih dan malu ama Allah Ta'ala.
Hari2ku berikutnya ternyata justru diisi dengan cucuran air mata, saat nikmat yang Allah limpahkan begitu melimpah mengabulkan doa2ku yg mungkin terpendam dalam2 di hati tanpa sempat terucap.

Seminggu kemudian, aku pun bertamu ke alamat kantor Zaytuna dan bertemu langsung dengan Mas Editor. Ehem, aku agak norak memang. Ini pertama kali aku masuk ke kantor penerbit lho. Ini pertama kali punya temen editor, buku best seller pulak. Bagi orang yg punya mimpi jadi penulis, hari itu adalah hari yang ditunggu kita semua: masuk kantor penerbit dan bertemu dengan seorang editor.

"Minum apa mas squ?"
"Air putih aja."
"Teh ya?"
"Iya deh teh aja."

Kami pun mulai ngobrol2, diawali dengan perkenalan. Ternyata beliau udah lama baca2 blog dan status2 facebook ku, termasuk download ebook ku.
"Mas Squ ini kelahiran tahun berapa?" tanya Mas Editor.
"Saya 75"
"Wah kok keliatan muda ya?"
"Iya saya emang babiface." kataku. Tetep. Hahaha (banyolan lama yg kupake mulu).

Mas Editor pun mulai menerangkan, kalo beliau tertarik untuk menerbitkan tulisan2ku dalam bentuk komik.

Tapi dengan rendah hati (hiks) aku ngaku kalo gambaranku ngga bagus. Acak adut, "Aku cuma suka oret2an" kataku. Apa cukup layak untuk jadi komikus?
Lalu akhirnya disepakati biarlah aku setor contoh gambar dulu aja. Kalo cocok, maka komik akan digambar olehku sendiri. Sedangkan kalo ngga cocok, maka komik akan digambarkan orang lain. Pihak penerbit akan mencarikan komikus lain untuk menggambar ceritaku.

Ng...
[hening]
...
gitu ya (dalam hati)
...

Oke lah. Insyaa Allah dalam seminggu ke depan aku akan kirim sample komiknya. Deal!

Ah, aku seneng sekali. Kevin, Mama K, Mami ku, kakak2ku dan temen2ku ikutan seneng. Kata kakakku, "Di Jakarta ini lebih banyak kesempatan bisa dikembangkan buat orang yg mau kreatif."  Sepertinya sih ngga harus di Jakarta juga, tapi... mm kayanya cocok kalo dijadiin judul tulisan ini (agak maksa, haghaghag).
Tapi di lain sisi, aku juga deg2an.
Apa aku mampu?
Apa penerbit mau nerima gambarku?

Jujur aja, gambaranku itu biasanya kan pake mouse di komputer, dalam bentuk vector.
Software yang kupake Macromedia Flash. Sementara komikus2 di mana2 itu -setauku biasanya- menggambar pake tangan langsung di atas kertas, lalu di-scan, dan diedit menggunakan Adobe Photoshop (bitmap).
Padahal ya, guys, vector dan bitmap itu bagai dua koin mata uang yg sangat berbeda!
Dan aku NGGA BISA SAMA SEKALI yg namanya Photoshop, haghaghag.
Scanner juga ngga punya. Tambah katrok aja nih, Squ.
Maklum pemulaaaaa (membela diri).


Dan yang lebih parah lagi, telunjukku terkilir pulak (kutulis di No Pain No Gain ).
Hiyaaaaa. Gimana bisa gambar dengan telunjuk bengkak kesleyo begini??


Aku pun beli scanner Canon di tokobagus. Aku juga minta temenku software Photoshop (dia adanya yg versi jadul, gpp lah) trs mulai kupelajari deh dalam seminggu itu. Alhamdulillah aku ada ebook How to Draw Anime - Photoshop Coloring Tips. Masih ada waktu lah sambil belajar dan sambil nunggu telunjukku pulih lagi.
Dalam hati kecil, aku sendiri berharap mudah2an gambar komikku diterima Penerbit.
(bersambung)



4 komentar:

  1. ya ampun aku berasa terlempar ke jaman2 ciblog baca tulisan om squ
    selamat ya om buat bukunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. @sapar: jaman kita msh muda dulu ya hihihi, makasih sapar

      Hapus
  2. Barakallah om squ.. Sukses selalu... Doakan juga ya biar bisa ikut sukses walau dalam bidang berbeda : )

    BalasHapus
    Balasan
    1. @radhiya: aamiin aamiin, wafiikum barakallah

      Hapus